Firasat
Firasat

Firasat

0 Shares
0
0
0

Aku melangkah di sebuah jalan yang sepi dan kulihat di sekelilingku daun-daun banyak yang berjatuhan oleh hembusan angin sehingga membuat ranting-ranting pohon merasa kesepian, namun sekitar beberapa meter di depanku ada satu pohon yang masih utuh dengan daun hijaunya. Pohon itu adalah pohon akasia yang menjulang tinggi, besar dan kokoh seperti dilindungi oleh kekuatan serbuk pixie pada film Tinker Bell. Rasa penasaran membuatku mulai mendekat ke arah pohon itu dan aku ingin mengetahui penyebab pohon itu bisa tetap utuh disaat musim gugur ini telah menyisakan pohon-pohon yang lain tanpa daun. Lima langkah lagi aku akan mencapai pohon akasia itu saat tiba-tiba angin berhembus sangat kuat sehingga debu dan daun yang ada di tanah berhamburan dan memburamkan penglihatanku. Kututupi mataku dengan tangan kananku sambil berusaha memburu daun yang berlayangan dengan tangan kiriku. Saat kurasa angin telah kembali normal, kubuka mataku dan yang kulihat adalah dinding atas kamarku.

                                                                        ****

Sudah yang ketigakalinya aku bermimpi hal yang sama. Apa sebenarnya maksud dari mimpi itu? Huh, otakku tak bisa menafsirkan artinya. Andai saja ada orang yang bisa menafsirkan mimpi seperti nabi Yusuf AS. Aku pasti akan langsung memintanya untuk menafsirkan mimpi yang barusan kualami. Mimpi memang sebagian besar tidak masuk akal dan jauh dari kenyataan, namun kalau mimpi yang demikian, datang lebih dari satu kali di dalam tidurku, haruskah aku melupakannya? Oh tidak bisa. Otakku yang sedikit pelupa ini pun akan terus mengingatnya.

Sekilas kulihat jam di dinding kamarku dan sekarang bukan waktunya untuk memikirkan buaian tidur itu karena jika dalam 10 menit aku tidak juga beranjak dari tempat tidur, aku akan segera dipecat dari pekerjaanku. Aku harus selalu bangun pukul 06.30 WIB dan segera bersiap untuk melakukan rutinitas harian dengan bekerja di minimarket tak jauh dari rumah minimalis yang kutinggali bersama ibuku sekarang.

Setelah mandi, menyapukan bedak tipis di wajah dan mengenakan jilbab biru laut di kepalaku, aku bergegas memakai sepatu kets biru tua yang telah lama menemani hari-hariku selama ini. Sempat terdengar teriakan bunda memanggilku untuk sarapan, tapi dengan berat hati aku harus melupakan sarapan pagi yang damai itu karena waktu, sedang tidak memihak padaku. Jam di pergelangan tanganku menunjukan pukul 06.55 WIB, itu artinya 5 menit berharga yang kupunya harus kumanfaatkan dengan berlari menuju minimarket karena tepat pukul 07.00 WIB aku harus segera bekerja. Tidak ada kata terlambat dalam kamus bosku.

Aku sangat bersyukur dengan bakat satu-satunya yang kumiliki karena dengan bakat ini, sekarang aku bisa berada di minimarket tepat waktu. Dua puluh dua tahun hidup yang telah kujalani, aku hanya merasa memiliki satu bakat, yaitu berlari cepat. Mungkin sebagian orang menganggap hal ini biasa saja, tapi tidak denganku. Aku menganggap berlari cepat merupakan bakat yang harus kuhargai dan kubanggakan. Terbukti, dengan berlari cepat aku tidak terlambat ke minimarket dan tidak akan dimarahi oleh bos.

Huh, tubuhku lelah setelah seharian menjaga kasir dan sekarang aku harus berjalan kaki untuk pulang ke rumah. Jam digital dipergelangan tanganku menunjukkan pukul 16.00 WIB. Di sepanjang perjalananku menuju rumah, kulihat pohon-pohon yang berdaun mulai kehilangan daun-daunnya. Hanya beberapa pohon yang masih menyisakan beberapa daun yang mulai menguning.

Di Indonesia tidak ada musim gugur seperti di negara beriklim subtropis, namun di kota kecil tempatku menetap ini pohon-pohon seringkali menggugurkan daunnya saat cuaca mulai dingin. Hal ini sering terjadi pada akhir bulan September sampai awal bulan November. Aku tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi di sini. Mungkin pengaruh dari dinginnya cuaca di sinilah yang memicu gugurnya daun-daun di pepohonan.

Tak seperti di negara-negara yang memang mempunyai musim gugur, daun-daun berubah warna menjadi kuning dan merah lalu kemudian mulai berguguran untuk menyambut musim dingin yang ditandai dengan turunnya salju. Di kota kecil kami ini, daun-daun berwarna kuning kecoklatan yang sudah agak menua serta mudah rapuh. Akan tetapi, pohon-pohon yang telah kehilangan daun-daunnya tetap berdiri tegak seperti biasa.

 Cuaca juga mulai dingin sehingga membuat orang-orang di kota kami menggunakan baju yang bisa menghangatkan, seperti yang kupakai sekarang. Aku sudah mempersiapkan jaket biru muda di dalam tasku sebelum pergi kerja karena kami−penduduk kota ini−semua tahu pada sore hari akan terasa hawa-hawa dingin yang menyentuh kulit. Tidak heran lagi jika sore hari banyak yang menyajikan minuman hangat di cafe-cafe.

Sekarang aku telah sampai di rumah dan aku disambut oleh aroma menggoda yang berasal dari dapur. Pasti bunda sedang memasak sup ceker ayam. Hem, sup favoritku. Kulangkahkan kakiku menuju dapur tanpa melepas tas slepang biru dongker andalanku. Benar saja, kulihat bunda sedang mengaduk sup lalu mencicipinya dengan sendok.

“Hmmm, Bunda is the best” langsung saja kupeluk bunda dari belakang.

Astagfirullahhalaazim Pingki, senang sekali kamu bikin bunda kaget” bundaku tersayang ini sampai melepaskan sendok yang sedang dipegangnya karena aksiku. Aku hanya berkikik geli karena berhasil membuat bunda terkejut.

“Maaf Bun, Pingki terlalu bahagia karena bunda masak makanan favorit Pingki” cengiran lebar mulai menghiasi wajahku saat ini.

“Huh, bahagia tak bahagia kamu kan tetap aja ngagetin bunda”

“Oww, ayolah Bun, jangan pasang wajah jengkel seperti itu” Aku lagi-lagi hanya tertawa menanggapi omelan bunda.

“Ya udah, mending sekarang kamu salat Asar dulu, baru kita makan sama-sama”

“Pingki lagi absen Bunda, jadi, ayo sekarang kita menyantap sup ceker ayam ala bunda yang masih awet cantik walau udah tua ini”

Bunda hanya tersenyum menanggapi celotehan anak tunggalnya ini. Beginilah kehidupan kami sehari-hari, aku selalu merasa memiliki segalanya jika bersama dengan bunda setelah kematian ayahku 4 tahun yang lalu. Ayah meninggal saat usiaku 18 tahun dan saat itu aku sedang bahagia karena kelulusanku dari SMA, namun bahagia itu seketika lenyap saat aku mendengar kabar kecelakaan motor yang menghilangkan nyawa pengendaranya yang tak lain adalah ayahku.

Kesedihan dan kehilangan itu kini telah berlalu, aku dan bunda telah lama menerima kematian lelaki yang kami sayangi itu. Kami berjanji akan selalu bahagia walau tanpa sosok seorang kepala keluarga. Aku memutuskan untuk segera bekerja setelah lulus SMA karena kondisi ekonomi kami yang tidak memungkinkan aku untuk menempuh pendidikan diperguruan tinggi.

Beginilah hidupku sekarang. Bekerja sebagai penjaga kasir di minimarket dari pukul 07.00–16.00 WIB dan gaji per bulan yang kudapat lumayan untuk menambah penghasilan keluarga kecil kami. Bunda bekerja dirumah dengan membuat kue-kue yang akan dititipkan ke warung-warung atau ke minimarket. Kadang juga bunda mendapat pesanan dari tetangga-tetangga yang akan mengadakan acara di rumahnya.

Aku tidak bisa mengizinkan bunda mengerjakan pekerjaan berat yang bisa membuatnya kelelahan, lalu mengakibatkan penyakitnya kambuh. Bunda menderita penyakit epilepsi, yaitu penyakit yang menyebabkan tubuh penderita mengalami kejang. Kata dokter yang memeriksa bunda, hal yang harus dihindari oleh bunda adalah kelelahan karena kelelahan dapat mencetuskan terjadinya kejang. Oleh sebab itu, aku tidak mau bunda mengerjakan pekerjaan yang bisa membuat ia kelelahan.

****

Udara yang dingin membuatku merapatkan jaket tipis yang kukenakan sekarang. Kakiku terasa berat untuk menyusuri jalan yang terasa sepi ini. Jilbab kuning yang terpasang di kepalaku melambai-lambai terkena hembusan angin sore. Sekitar tiga meter di depanku, aku merasa melihat seseorang tengah duduk di kursi taman yang diteduhi oleh sebatang pohon akasia. Pohon akasia? Hah pohon itu lagi-lagi berdiri dengan kokohnya, tetapi ada yang aneh dengan pohon itu. Di sisi kiri batang, daunnya mulai menguning kecokelatan dan mulai berjatuhan, sedangkan di sisi kanannya daun itu seolah baik-baik saja. Daun itu tetap hijau dan terlihat erat dengan ranting-ranting pohon.

Kucoba mendekat ke arah orang itu dan sepertinya dia seorang wanita karena di kepalanya tersampir jilbab hijau muda dan selendang hitam borkat. Ketika jarakku semakin dekat dengan ujung kursi taman, wanita itu menoleh kepadaku. Refleks mulutku melantunkan satu kata yang sangat sering kuucapkan.”Bunda?” Ya, wanita itu adalah ibuku dan dia hanya tersenyum tanpa mengucapkan satu kata pun. Aku mematung di tempatku berdiri saat tiba-tiba bunda menghilang, lenyap dibawa hembusan angin bersama dengan melayangnya daun-daun akasia yang telah gugur.

“Bundaaaaa”

Mataku terbuka lebar saat aku tersadar dari mimpi yang seolah nyata itu. Jantungku berdetak dua kali lebih cepat. Aku mendudukkan ragaku dari tempat tidur dan menarik nafas panjang untuk menetralkan detak jantungku saat ini. Petanda apa ini? Mendadak aku merasa takut dan akupun bergegas keluar dari kamar untuk menemui bunda. Kucari bunda di dalam kamar, di dapur, di ruang tamu, dan di kamar mandi, tapi tidak juga kutemukan. Di mana bunda? Rasa cemas mulai menghantui pikiranku.

Satu jam serasa 12 jam saat bunda tak kunjung terlihat oleh jangkauan mataku. Kulihat jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul 09.00 WIB dan tak lama kemudian bunda muncul di depan pintu sambil membawa tempat kue. Refleks aku memeluk bunda dengan erat.

“Eh, ada apa Sayang? Kok tiba-tiba meluk bunda?” Ada nada terkejut dari perkataan bunda saat aku tiba-tiba memeluknya.

“Bunda kemana aja sih?”

“Bunda ngantar kue di warung dan minimarket, terus ngambil tempat kue yang udah kosong, kamu kenapa sih Pingki? Kok aneh gini?

“Gak kenapa-napa kok Bun, cuman lagi pengen meluk bunda aja” Aku memutuskan tidak memberitahu bunda tentang mimpiku. Mungkin aku terlalu berlebihan menafsirkan mimpi yang tidak jelas itu. Lupakan.

Hari minggu ini aku libur dari aktivitas bekerja dan aku memutuskan untuk mengajak bunda jalan-jalan ke pasar tradisional yang terletak di ujung kota. Sekitar pukul dua sore aku dan bunda sudah siap untuk pergi dengan menaiki bis. Hari libur begini, pasar tradisional ramai dikunjungi apalagi di sini sedang diadakan acara Tong Edan, yaitu atraksi dua pengendara motor di dalam sebuah ruangan bundar yang dibangun dari bilah-bilah papan dengan ketinggian mencapai 10 meter dan kemiringan mencapai 900.

Bis yang kami tumpangi telah berhenti di terminal bis yang berseberangan dengan pasar. Aku memegang tangan bunda untuk menyebrang jalan, namun tanpa diduga di depan kami ada seorang anak kecil berumur sekitar 5 tahun juga ingin menyeberang tapi anak kecil itu tidak menyadari bahwa beberapa meter di sebelah kirinya sebuah mobil truk melaju ke arahnya. Sontak aku melepaskan tangan ibu dan berlari sekencang mungkin untuk menyelamatkan anak itu. Aku seperti berlomba lari dengan truk dan akhirnya aku yang memenangkannya dan akupun berhasil mendorong anak kecil itu. Setelahnya aku merasa tubuhku seperti melayang ke angkasa. Sekilas kulihat ke samping, bunda berteriak histeris memanggil namaku. Kemudian semuanya gelap, tanpa cahaya sedikit pun.

****

Aku mengerjapkan mata saat kurasa ada sesuatu yang jatuh tepat di mataku. Sesuatu itu ternyata daun kering yang kutak tau berasal dari mana. Silau yang berasal dari sinar mentari membuatku menutup mata dengan tangan kananku dan aku bangun dari tempatku berbaring. Aku berbaring di sebuah kursi taman? Kupandangi suasana di sekitarku dan yang dapat kusimpulkan aku berada di tepi jalan yang di kedua sisinya di tumbuhi pohon-pohon tanpa daun. Ah, ini seperti musim gugur yang ada di kotaku. Tapi, kenapa suasananya begitu sepi? Dan kenapa aku bisa tidur disini dengan memakai baju serba putih?

Titik pandangku kini tertuju pada sebuah pohon akasia yang seluruh daunnya telah menguning kecoklatan dan sepertinya siap untuk jatuh ke bumi. Lama kupandangi pohon itu dan tiba-tiba aku teringat dengan semua hal yang telah kualami selama ini. Ingatan tentang mimpi, tentang bunda, dan tentang anak kecil itu. Jadi, sekarang aku? Ah, jadi pohon akasia ini aku?

Siniar Audio

32 comments
  1. Terima kasih. Ada sapuan filsafat eksistensialisme dalam teks cerpen ini. Tokoh utama meninggal. Namun, secara esksistenisalisme, mungkiin saja yang “meninggal” itu esensinya. Sementara, yang “eksistensi” tetap hidup. Simaklah karya-karya novelis besar seperti Iwan Simatupang, misalnya yang berjudul “Ziarah” dan “Kemarau”. Ya, mati atau hidup itu ukurannya adalah pemikiran. Jika pemikiran masih hidup,, masih hidup juga si tokoh. Jadi, jangan pernah kita “meninggalkan” pemikiran kita. Bahkan, kembangkanlah terus.

  2. Rizka Nailatul Hasanah -23020022
    WAG (BI-NS-0208)
    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Bapak/Ibu
    Mohon izin untuk menanggapi 🙏
    Saya sangat tertarik dengan teks yang telah ibu sampaikan dan sangat setuju dengan pendapat yang telah bapak ajukan, dimana hidup atau mati kita itu di ukur berdasarkan pemikiran kita, jika kita berpikir sempit, maka apapun yang kita jalani semuanya terasa sempit, jika kita berpikir cermat, tenang, InsyaAllah apapun yang kita hadapi bisa berjalan dengan tenang.
    Kunci kehidupan itu adalah Pemikiran kita sendiri.
    Terimakasih Bapak/ibu🙏

  3. Sherly Aprianori
    BI-NS-0208

    Cerita ini sangat menarik dan terdapat banyak pelajaran didalamnya.

  4. Sandra Dewi Surya (23133013)
    BI- NS-0207
    Cerita di atas sangatlah menarik dan memberikan inspirasi yang sangat bagus untuk orang banyak.

  5. Ceritanya sangat mengharukan,mengandung banyak makna tersirat di dalamnya.
    Terkadang alam/kehidupan memberikan banyak pertanda kepada kita mengenai hal yang akan terjadi kedepannya,biasanya kita menyebut hal tersebut sebagai firasat,hanya saya pada saat itu kita belum bisa memahaminya.
    Seperti halnya pada cerita tersebut,di mana seseorang yang mendapatkan firasat melalui mimpi yang ia dapatkan secara berulang dan dengan mimpi yang sama.Pada saat itu,ia belum dapat memahami apa sebenarnya makna dari mimpi-mimpi nya tersebut.Tapi ketika hal itu sudah terjadi,ia tau apa makna sebenarnya dari mimpinya tersebut.

  6. Hizadhatul Aqhidah
    BI-NS-0207
    Cerita ini sangat menarik dan menginspirasi sekali untuk orang banyak

  7. THIO VALENTINO EDILY PRATAMA
    23133017
    BI-NS-0207
    Assalamu’alaikum wr wb.
    Izin pak/buk,untuk menanggapi🙏
    Setelah saya baca ceritanya menarik dan banyak pesan pesan moral didalam nya yaitu mati atau hidup itu ukurannya adalah pemikiran. Maksudnya jika pemikiran kita terbuka maka jiwa pada diri kita akan hidup,sebaliknya jika pemikiran kita sempit maka jiwa kita akan mati..pemikiran yang hidup akan membawa kita ke kesuksesan,kembangkan lah terus pemikiran sampai pemikiran kita kaya akan wawasan.

  8. Annisa Orlia
    BI-NS-0214
    cerita di atas sangat menarik penggambaran musim gugur, hubungan antara karakter utama dan ibunya, serta perubahan misterius menjadi pohon akasia.

  9. Cerita diatas sangat menarik dan memberikan banyak inspirasi yang bagus untuk banyak orang. Firasat memberikan banyak pertanda kepada kita,hanya saja pada saat itu kita tidak merasakan firasat tersebut.
    Raysha Anggraini BI-NS-0207

  10. Cerita di atas sangat menarik dan banyak pesan moralnya. Dalam cerita ini kita bisa menyimpulkan bahwa firasat yang kita rasakan bisa membawa diri kita ke jalan yang baik tergantung kepada diri kita

  11. Izin menanggapi buk dari cerpen firasat ibuk ini menurut saya mencerminkan tema ketika seseorang memiliki perasaan atau firasat tertentu tentang sesuatu yang akan terjadi atau sedang terjadi. Ini bisa menjadi cerita yang menggambarkan intuisi, perasaan, atau kekhawatiran yang bisa berdampak pada kehidupan nah seperti yang saya baca ada kata “meninggal”di sana yang menjadi eksistensinya. (AZIZ SETIAWAN BI-NS-0208) terimakasih

  12. Cerita ini sangat menarik dan menginspirasi banyak orang terdapat pesan pesan moral didalam nya yaitu mati atau hidup ukurannya adalah pemikiran.jika pemikiran sempit maka dunia juga terasa sempit dan apabila pikiran luas dan tenang apa saja yang akan kita jalani akan terasa mudah dan lancar .Silfia Alisa 23134013( BI-NS -0208)

  13. Cerita yang sangat menarik sekali, saya suka sekali cerita nya sangat menginspirasi sekali (ANGGUN SOFITA, 23133002,BI-NS0214)

  14. Dari cerita di atas, ada beberapa hal yang bisa saya ambil:

    1. Kekuatan dan ketahanan: Pohon akasia yang tetap utuh dan berdaun hijau di tengah musim gugur yang membuat pohon-pohon lain kehilangan daunnya menggambarkan kekuatan dan ketahanan. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya tetap tegar dan kuat di tengah tantangan dan perubahan yang ada dalam hidup.

    2. Penasaran dan keingintahuan: Rasa penasaran tokoh dalam cerita membuatnya mendekati pohon akasia yang menarik perhatiannya. Ini mengingatkan kita akan pentingnya memiliki keingintahuan dan semangat untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam hidup kita.

    3. Mimpi dan makna: Mimpi yang berulang kali dialami oleh tokoh dalam cerita menimbulkan kebingungan dan keinginan untuk mengetahui maknanya. Ini mengajarkan kita tentang kekuatan mimpi dan bagaimana kadang-kadang mimpi dapat memiliki pesan atau arti yang penting bagi kita.

    4. Kedisiplinan dan tanggung jawab: Tokoh dalam cerita memiliki rutinitas harian yang harus dijalankan dengan disiplin, termasuk waktu bangun dan bekerja. Ini mengingatkan kita akan pentingnya memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

    5. Kehidupan sederhana: Cerita juga menggambarkan kehidupan sederhana tokoh yang tinggal di rumah minimalis dan bekerja di minimarket. Ini mengajarkan kita tentang nilai kesederhanaan dan menghargai hal-hal kecil dalam kehidupan.

    Dalam cerita ini, kita dapat mengambil pesan tentang kekuatan, keingintahuan, makna, kedisiplinan, dan kesederhanaan. Semua pesan ini dapat menjadi inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan menghadapi berbagai situasi yang muncul.

  15. Cerita ini sungguh menarik. Firasat sendiri bukanlah hal yang tidak boleh untuk dipercaya. Kadang-kadang firasat datang untuk menyelamatkan atau membantu seseorang. Firasat adalah hal yang langsung datang dari hati. Cerita ini sangat menambah pengetahuan dan melebarkan jarak pikir saya. Hadapilah semua situasi dalam kehidupan dengan bersungguh-sungguh dan senantiasa mengingat apa saja yang telah terjadi hari ini untuk perbaikan hari selanjutnya. Terima kasih bapak.

  16. Cerita nya sangat menarik dimana firasat merupakan pikiran yang datang melalui perasaan atau hati banyak pesan moral dan inspirasi yang bisa kita ambil dari cerita ini .

  17. Banyak sekali makna atau pesan yang terkandung dalam cerita ini yang dapat kita ambil sebagai pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

  18. Nama : Rizky Amanda
    NIM : 23134011
    WAG : BI-NS-0207
    Cerita yang cukup menarik sekaligus mengharukan. Cerita ini memberikan banyak pesan moral bagi saya. Firasat memang belum tentu terjadi di kehidupan nyata tapi terkadang firasat dapat memberikan kita alasan untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Firasat dapat menjadi manfaat atau masalah tergantung bagaimana kita menyikapinya.

  19. Devani, PPG G2 Kls Rima

    Dari cerita tersebut dapat kita lihat bahwa firasat belum tentu benar. Oleh karena itu, kita harus mampu menyikapinya dan berpikir positif.

  20. Mona Melinda, PPG G2 Kls Rima
    Cerita ini memberitahu bahwa firasat sendiri tidak selalu salah, karena firasat dapat menyelamatkan kehidupan seseorang.

  21. Atika Aprilia Putri PBA-NS-0060 Setelah saya baca ceritanya menarik dan banyak pesan pesan moral didalam nya yaitu mati atau hidup itu ukurannya adalah pemikiran.

  22. Atika Fitri Ayni PBA-NS-0060
    Firasat memang belum tentu terjadi di kehidupan nyata tapi terkadang firasat dapat memberikan kita alasan untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Firasat dapat menjadi manfaat atau masalah tergantung bagaimana kita menyikapinya.

  23. Melati Sukma PBA-NS-0060
    Dari cerita diatas dimana hidup atau mati kita itu tergantung dengan pemikiran kita, jika kita berpikir sempit, maka apapun yang kita jalani semuanya terasa sempit, jika kita berpikir cermat, tenang, InsyaAllah apapun yang kita hadapi bisa berjalan dengan tenang.
    Kunci kehidupan itu adalah Pemikiran kita sendiri.

  24. Nama: Suci Indah Lestari
    Nim: 23016048
    GWA: GTBI-NS-2110
    kisah ini membangkitkan pertanyaan-pertanyaan yang menarik tentang kehidupan, takdir, dan realitas, sambil menawarkan pengalaman membaca yang menggugah emosi dan pemikiran.

  25. Sangat bagus, terdapat banyak pilihan diksi dan kalimat yang sangat menarik, serta banyak informasi pengetahuan yang diselipkan disetiap kalimat dan paragrafnya 🙏

  26. Teks ini mengangkat tema yang sangat emosional yaitu mengenai hubungan ibu antara dengan anak, serta perasaan kehilangan yang mendalam. Mimpi berulang tentang pohon akasia yang tetap kokoh meski daun-daunnya gugur menggambarkan keteguhan dan perlindungan, sekaligus rasa cemas tokoh utama terhadap ibunya. Cerita ini juga menggambarkan bagaimana tokoh utama berjuang dalam kehidupan sehari-hari, menggunakan kemampuan berlari cepat sebagai simbol perlindungan dan pengorbanan untuk orang yang dicintainya. Akhirnya, melalui simbolisme pohon dan daun yang jatuh, cerita ini menyampaikan penerimaan terhadap siklus hidup yang alami dan tak terelakkan.

  27. Nama: Aziz Malik
    NIm: 22016090
    GWA: 0063
    Teks ini merupakan cerita pendek yang menggabungkan elemen realisme dan fantasi dengan alur yang menarik. Penulis berhasil menghadirkan emosi yang mendalam melalui hubungan antara tokoh utama dan ibunya, serta menyisipkan simbolisme pohon akasia sebagai metafora kehidupan dan kematian. Mimpi yang berulang memberikan unsur misteri, sedangkan pengorbanan tokoh utama menjadi klimaks emosional yang kuat. Namun, cerita ini dapat diperkuat dengan pengembangan deskripsi latar yang lebih hidup dan dialog yang lebih dinamis untuk memberikan kedalaman pada suasana dan karakter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *