A. Pengantar
Instrumen penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian. Jika dianalogikan dengan tubuh manusia (seperti dalam deskripsi materi sebelumnya, misalnya variabel sebagai darah, kajian teori sebagai kepala atau otak, dan sebagainya), instrumen penelitian adalah alat indra yang digunakan untuk mengindra data, ibarat pancaindra bagi manusia. Dapat dibayangkan, jika alat indra rusak (misalnya mata yang rabun atau sakit), tentunya data yang masuk dan dikirim ke otak adalah data yang tidak benar, mungkin warna, ukuran, bentuk, dan sebagainya berbeda dengan yang seharusnya.
Instrumen penelitian yang baik tidak dapat diperoleh tanpa usaha yang baik pula. Oleh sebab itu, dalam materi ini dideskripsikan ontologis instrumen penelitian, jenis, dan proses penyusunan atau instrumentasinya.
B. Pembahasan
1. Hakikat Instrumen Penelitian
Kata instrumen diserap dari instrument yang berarti alat. Diakui, Bahasa Indonesia kurang menyerap kata-kata yang bersinonim dengan alat. Padahal, kata-kata Bahasa Inggris yang bersinonim dengan instrumen ada delapan, yaitu device, tool, implement, apparatus, appliance, utensil, mechanism, dan equipment. Untuk mengacu ke peralatan dapur, misalnya, digunakan kitchen utensil, sedangkan dalam Bahasa Indonesia tetap alat atau peralatan dapur. Untuk bidang otomotif atau hal-hal yang terkait dengan mekanik, digunakan device, sementara dalam Bahasa Indonesia hanya digunakan kata alat atau peralatan juga. Idealnya, pengguna Bahasa Indonesia hendaknya memahami konteks penggunaan diksi instrumen, alat, piranti, dan perkakas.
Berdasarkan penggunaan istilah di bidang penelitian, instrumen adalah alat atau alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Dengan menggunakan instrumen penelitian, peneliti dapat: (1) mengumpulkan data yang relevan dengan variabel penelitian, (2) menjamin objektivitas penelitian melalui standar pengukuran yang jelas, (3) memudahkan analisis karena data diperoleh dalam kemasan yang terstruktur, dan (4) mengontrol kesalahan pengukuran, sehingga hasil penelitian lebih dapat dipercaya.
2. Jenis-Jenis Instrumen Penelitian
Jenis instrumen penelitian dapat dibedakan berdasarkan dua hal, yaitu (1) jenis penelitian dan (2) bentuknya. Berdasarkan jenis penelitian, ada dua klasifikasi instrumen yaitu instrumen penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Instrumen dalam penelitian kuantitatif digunakan untuk mengukur variabel secara numerik. Misalnya, melalui penggunaan tes, angket tertutup, skala pengukuran sikap, dan lain-lain. Instrumen dalam penelitian kualitatif digunakan untuk menggali makna, pengalaman, dan fenomena sosial. Contoh instrumennya adalah: pedoman wawancara, catatan lapangan, pedoman observasi partisipatif, dan dokumentasi. Perlu dicermati, pada deskripsi tentang penelitian kualitatif kelak dalam pembahasan sesi lain, ada konsep umum bahwa peneliti itu sendiri adalah instrumen utama dalam penelitian.
Berdasarkan bentuknya, jenis instrumen penelitian ada enam, yaitu: (1) tes, (2) kuesioner atau angket, (3) pedoman observasi, (4) pedoman wawancara, (5) studi dokumentasi, dan (6) skala pengukuran. Deskripsi singkat atas keenam bentuk instrumen tersebut adalah sebagai berikut ini.
Pertama, instrumen berbentuk tes. Tentu saja, harus dipahami tentang adanya variasi tes, yaitu tes objektif, tes subjektif atau esai, serta tes unjuk kerja atau performansi. Tes lazim digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan, pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, variasi tes objektif (seperti pilihan ganda, benar-salah, asosiasi pilihan ganda atau APG, menjodohkan, dan tes rumpang) lazim digunakan untuk mengumpulkan data atau mengukur keterampilan reseptif (menyimak, membaca, dan memirsa) sedangkan untuk mengukur keterampilan produktif (berbicara, menulis, dan menyaji) lazim digunakan tes esai dan tes unjuk kerja. Pembahasan tentang pengukuran keterampilan memproduksi teks juga dapat ditemukan di https://inspiraku.id/penyajian-konteks-untuk-memantik-aktivitas-berbahasa-produktif-genre-teks-faktual/ dan https://inspiraku.id/penyajian-konteks-untuk-memantik-aktivitas-memproduksi-teks-teks-nonfaktual/.
Kedua, instrumen berbentuk angket atau kuesioner. Angket berisi pernyataan-pernyataan tertulis yang hendak diisi oleh responden atau anggota sampel penelitian. Instrumen ini pada umumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa identitas, sikap, persepsi, kebiasaan, atau fakta. Jenis angket, pada umumnya, ada tiga yaitu angket tertutup, angket terbuka, dan campuran. Pada angket tertutup, responden tidak punya kebebasan untuk menanggapi butir-butir pernyataan karena sudah disediakan pilihan respons, misalnya “Selalu, Sering, Kadang-kadang, Jarang, dan Tidak Pernah”. Pada angket terbuka, responden mempunyai kebebasan untuk menyatakan pendapat atau pandangannya karena respons diberikan dalam bentuk tertulis. Pada angket campuran, ada bagian angket yang bersifat terbuka dan juga tertutup.
Ketiga, instrumen berbentuk pedoman observasi. Instrumen ini digunakan untuk mengamati-mengamati perilaku, aktivitas, atau gejala tertentu. Misalnya, untuk memeroleh data penerapan model PjBL dalam pembelajaran keterampilan menulis teks eksplanasi diperlukan pedoman observasi. Jenis instrumen ini ada dua, yaitu terstruktur dan non-terstruktur. Pada pedoman observasi terstruktur, aspek-aspek yang diamat-amati dicantumkan dengan jelas, sementara pada observasi non-terstruktur tidak jelas. Contoh pedoman observasi non-terstruktur adalah catatan lapangan.
Keempat, instrumen berbentuk pedoman wawancara (interview). Instrumen ini digunakan untuk menggali informasi secara langsung dari responden (informan). Informasi dapat bersifat umum maupun khusus. Misalnya, berkaitan dengan pandangan informan tentang suatu fenomena, atau hal-hal yang bersifat personal misalnya kecenderungan responden menekuni atau tidak menekuni sesuatu (contohnya, bagaimana proses kreatif seorang pengarang dari memperoleh ide hingga menuliskan karya sastra seperti cerpen, novel), dan sebagainya. Sesuai dengan tujuan dan jenis data yang ingin diperoleh, jenis pedoman wawancara ada tiga, yaitu terstruktur, semi-terstruktur, dan tidak terstruktur. Pada pedoman wawancara terstruktur, pewawancara sudah memiliki pedoman yang jelas berkaitan dengan apa butir-butir yang akan dipertanyakan. Pada wawancara semi-terstruktur, pewawancara juga sudah memiliki pedoman berkaitan dengan apa butir-butir yang akan dipertanyakan tetapi bersifat umum. Lazimnya, pewawancara akan mengembangkan pertanyaan menggali (probing question) berdasarkan jawaban atau tanggapan responden atas suatu butir pertanyaan. Pada pedoman wawancara tidak terstruktur, pewawancara tidak memiliki pedoman khusus tentang apa yang akan dipertanyakan namun pada dasarnya sudah memiliki gambaran umum berkaitan dengan topik atau permasalahan apa yang hendak digali dari responden atau informan.
Kelima, instrumen berbentuk dokumentasi. Instrumen ini digunakan untuk mencermati dokumen, arsip, atau catatan sebagai sumber data. Lazimnya, dokumentasi atau studi dokumentasi dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan oleh peneliti untuk memahami kondisi awal suatu fenomena. Misalnya, peneliti merasa bahwa kemampuan menulis teks eksposisi siswa belum memuaskan. Tentu saja, rasa itu tidak cukup karena tidak ilmiah. Untuk memperoleh gambaran awal yang lebih jelas, peneliti mencermati dan menganalisis hasil tes menulis teks eksposisi atau hasil latihan menulis teks eksposisi siswa. Nah, dalam penelitian eksperimen, peneliti perlu mencantumkan hasil dokumentasi tersebut serta menelaahnya secara konseptual agar tergambar adanya gap antara yang seharusnya dengan yang ada dalam realitas sehingga perlu adanya eksperimen. Pencantuman hasil dokumentasi tersebut diletakkan dalam Bab I.
Keenam, instrumen berbentuk skala pengukuran, lengkapnya adalah skala pengukuran sikap. Instrumen ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi. Hati-hati dalam menggunakan istilah skala pengukuran sikap dan skala pengukuran. Sebab, skala pengukuran itu digunakan untuk keperluan analisis statistik yang lazim dikenal dengan skala nominal, ordinal, interval, dan rasio. Topik tentang ini dibahas pada sesi lain. Fokus kita sekarang adalah skala pengukuran dalam konteks instrumen penelitian, yaitu skala pengukuran sikap.
Jenis skala pengukuran sikap yang populer digunakan ada empat, yaitu Skala Likert, Skala Guttman, Semantic Differential, dan Skala Thurstone. Skala Likert digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu pernyataan. Lazimnya, pilihan tanggapan yang disediakan adalah: Sangat Setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Skala Guttman juga digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan persetujuan atau ketidaksetujuan atas suatu komitmen, namun pilihan jawabannya bersifat dikotomis, tegas, hanya dua, dan bersifat bertentangan, misalnya: Ya – Tidak, atau Benar – Salah. Semantic Differential Scale (SDS, dibahasaindonesiakan menjadi Skala Pembeda Semantis) digunakan untuk mengukur citra, persepsi, atau kesan terhadap sesuatu. Identik dengan Skala Guttman, penyusun instrumen juga menyediakan kolom tanggapan yang bersifat bipolar (positif dan negatif), bedanya, kolom pemberian tanggapan diberi skor. Misalnya, “Pembelajaran Menulis Teks Cerpen menggunakan PjBL” pada kolom kiri diberi pilihan jawaban Tidak Menarik, namun juga diberi pilihan skor, misalnya 1 s.d. 5 dan pada kolom kanan diberi pilihan jawaban Menarik dan juga diberi pilihan skor 1 s.d. 5. Jadi, pernyataan-pernyataan ditempatkan di tengah-tengah sedangkan pilihan jawaban (positif dan negatif) diletakkan di sisi kanan dan kiri. Gambarannya, mirip timbangan. Skala Thurstone identik dengan Skala Guttman, digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan persetujuan atau ketidaksetujuan atas suatu komitmen serta pilihan jawabannya bersifat dikotomis, tegas, hanya dua, dan bersifat bertentangan, misalnya: Setuju dan Tidak Setuju. Perbedaannya dengan Skala Guttman, butir-butir skala itu sudah dijudge, ditimbang, serta diberi bobot skor. Misal, pernyataan 1 berbobot 2, sedangkan pernyataan ke-2 diberi bobot 5. Pemberian bobot didasarkan atas validasi para pakar.
3. Instrumentasi Penelitian
Dalam “Pengantar” sudah diungkapkan bahwa yang dimaksudkan dengan instrumentasi adalah proses menyusun atau membuat instrumen penelitian. Jika disederhanakan, proses itu mencakup perencanaan, penyusunan draf, pengujian kelayakan, serta perevisian. Namun, sebelum dijelaskan empat proses tersebut perlu ditegaskan bahwa secara umum, dari segi kelayakannya, ada dua jenis instrumen penelitian, yaitu standar dan nonstandar (ada juga yang menggunakan istilah baku dan nonbaku). Instrumen standar, baik berupa tes maupun nontes seperti skala pengukuran sikap) adalah instrumen yang dibuat oleh lembaga resmi, baik lembaga profesi maupun lembaga akademis. Deskripsi singkat tentang instrumen standar adalah sebagai berikut.
Instrumen standar (standardized instrument) memiliki empat karakteristik. Keempat karakteristik tersebut adalah: (1) sudah melalui uji validitas dan reliabilitas secara ketat oleh para pakar, (2) diakui dan banyak digunakan oleh komunitas akademik/ilmuwan, (3) memiliki norma atau standar penilaian (misalnya setiap butir skor memiliki interpretasi tertentu yang cenderung hanya dipahami oleh pemegang otoritas), dan (4) dapat langsung dipakai peneliti tanpa harus menyusun dari nol, meski sering perlu adaptasi konteks budaya/bahasanya. Contoh-contoh instrumen standar bidang bahasa adalah Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI), Test of English as Foreign Language (TOEFL), dan International English Language Testing System (IELTS). Contoh tes standar bidang psikologi adalah Intelligence Test (WAIS, WISC, Stanford–Binet): untuk mengukur kecerdasan, Big Five Personality Inventory (NEO-PI, BFI): untuk mengukur kepribadian.
Sesuai dengan rasional tersebut, pembahasan singkat tentang instrumentasi hanya dikaitkan dengan jika peneliti menggunakan instrumen nonstandar. Jika peneliti menggunakan instrumen standar, dapat langsung memanfaatkan instrumen tersebut meskipun harus dipahami juga indikator, dan tingkat kualitasnya (validitas dan reliabilitas).
Instrumentasi itu sangat penting. Sebab, sebagai alat pengumpulan data, diperlukan terpenuhinya lima persyaratan. Pertama, memenuhi persyaratan validitas: instrumen itu hendaknya mengukur apa yang seharusnya diukur, misalnya untuk mengukur keterampilan berbicara, tidak mungkin digunakan tes objektif atau esai. Tes yang layak adalah tes unjuk kerja. Kedua, memenuhi persyaratan reliabilitas: skor hasil tes tersebut relatif tetap jika diulang dan jika penskoran dilakukan oleh penskor yang berbeda. Ketiga, memenuhi persyaratan objektivitas sebab tidak ada bias peneliti (penskor). Keempat, memenuhi persyaratan praktibilitas: relatif mudah diterapkan sebagai alat pengumpulan data. Kelima, memenuhi persyaratan prinsip ekonomi: tidak memerlukan biaya tinggi ketika digunakan sebagai alat pengumpulan data.
a) Perencanaan Instrumen
Pada tahap ini, peneliti harus memahami terlebih dahulu apa jenis-jenis instrumen yang diperlukan dalam penelitian, apakah berupa tes atau nontes. Jika tes, apakah tes objektif, esai, atau unjuk kerja. Jika berupa nontes, apakah kuesioner atau angket, skala pengukuran sikap, pedoman observasi, dan pedoman wawancara.
Setelah menetapkan jenis instrumen, tahap berikutnya adalah menentukan indikator-indikator pengukuran. Indikator-indikator pengukuran hendaknya didasarkan atas teori yang jelas yang telah dideskripsikan dan dikritisi dalam kajian literatur (sudah dibahas). Berdasarkan hasil penetapan indikator, peneliti dapat menyusun kisi-kisi (untuk tes) atau kerangka instrumen (untuk tes unjuk kerja dan instrumen nontes).
b) Penyusunan Draf Instrumen
Sesudah peneliti meyakini bahwa kisi-kisi, rancangan, atau kerangka instrumen sudah tepat, langkah berikutnya adalah menyusun draf instrumen. Jika instrumennya berupa tes objektif (misalnya tes keterampilan membaca, menyimak, dan memirsa), peneliti terlebih dahulu menetapkan teks-teks yang akan dijadikan sebagai sumber penulisan tes, cek kelayakan teks-teks tersebut. Jika peneliti hendak menggunakan tes unjuk kerja (berbicara, menulis, dan menyaji) siapkanlah terlebih dahulu konteks-konteks yang akan digunakan. Selain itu, diskusi rekan sejawat peneliti sangat membantu dalam penyusunan draf instrumen. Hal lain, selalu berpedoman pada kisi-kisi atau kerangka ketika menyusun draf instrumen.
c) Pengujian Kelayakan Instrumen
Pengujian kelayakan instrumen penelitian diperlukan agar instrumen tersebut memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, dan praktibilitas sehingga layak digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Logikanya, jika instrumen yang digunakan, data yang dikumpulkan juga tidak layak untuk dideskripsikan dan dianalisis.
Pengujian kelayakan instrumen tes dan nontes berbeda tekniknya. Bahkan, pengujian kelayakan instrumen tes pun berbeda antara tes objektif, esai, dan unjuk kerja. Untuk instrumen penelitian yang berupa nontes, uji kelayakan didasarkan atas pertimbangan (judgement) para pakar di bidangnya. Tegasnya, harus divalidasi oleh validator yang layak (misalnya dosen, guru senior, dan sebagainya, tetapi bukan pembimbing maupun pembahas). Untuk itu, peneliti juga perlu membuat instrumen tambahan, yaitu angket atau kuesioner validasi yang juga divalidasi terlebih dahulu. Validasi juga diperlukan jika peneliti menggunakan tes esai dan unjuk kerja. Berbeda halnya dengan instrumen yang berupa tes objektif. Meskipun lebih ideal jika tes objektif divalidasi terlebih dahulu, namun hal itu tidak bersifat mutlak. Sebab, instrumen penelitian yang berupa tes objektif akan diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang linear dengan siswa yang akan diteliti tetapi bukan merupakan anggota sampel penelitian. Uji-coba instrumen tes objektif dimaksudkan untuk menetapkan validitas item serta reliabilitas tes. Berdasarkan penganalisisan skor hasil uji-coba, dapat diputuskan mana butir-butir soal yang tidak layak digunakan, yang perlu direvisi, dan yang langsung dapat digunakan. Oleh karena itu, pengguna instrumen tes objektif hendaknya membuat soal yang berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah soal yang lazim. Misalnya, untuk menguji-coba tes pemahaman bacaan teks cerita inspiratif, peneliti mengajukan 60 butir soal meskipun kelayakan pada umumnya adalah sekitar 40 item atau butir soal. Pasti, berdasarkan hasil uji-coba, akan ada beberapa atau sejumlah butir soal yang dibuang karena tidak layak pakai.
d) Perevisian Instrumen
Setelah diadakan uji-coba (untuk tes objektif) atau pemvalidasian (untuk tes esai dan unjuk kerja maupun instrumen yang berupa nontes, tahap berikutnya adalah perevisian. Pada tahap ini, juga sangat ideal jika peneliti bekerja sama dengan sesama peneliti lainnya (peer group) agar perevisian instrumen sesuai dengan hasil uji-coba atau validasi. Selain itu, perlu juga dikomunikasikan dalam materi ini bahwa rangkai instrumentasi itu akan dicantumkan pada lampiran laporan penelitian, baik berupa tesis maupun disertasi. Misalnya, jika menggunakan instrumen tes objektif, perlu dicantumkan tes yang diuji-cobakan, identitas responden dalam uji-coba, tabulasi skor hasil uji-coba, analisis hasil tes uji-coba, tabel-tabel nilai statistik yang diperlukan, serta simpulan (item mana yang dibuang, dipakai, dan direvisi), dan hasil perevisian yang akan dijadikan sebagai instrumen pengumpulan data. Silakan dihitung, tentang satu jenis instrumen saja berdampak pada perlunya minimal tujuh lampiran. Jika peneliti menggunakan instrumen tes esai, tes unjuk kerja, atau nontes, perlu dilampirkan instrumen awal, lembar validasi, identitas validator (lazimnya ada tiga jenis validasi yaitu validasi bahasa, isi, dan pakar media atau pakar pembelajaran, jadi ada empat lampiran), deskripsi tanggapan validator (juga ada tiga lampiran), dan hasil perevisian atau instrumen yang layak pakai. Jadi, kira-kira ada sembilan lampiran.
C. Penutup
Instrumen penelitian merupakan piranti yang sangat penting dalam penelitian. Sebab, akan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen penelitian merupakan jembatan antara teori dan data. Pemilihan instrumen yang tepat sangat menentukan kualitas data, yang pada akhirnya memengaruhi keabsahan kesimpulan penelitian. Oleh sebab itu, instrumen penelitian harus layak, di antaranya valid dan reliabel.
Selain permasalahan teoretis, perlu ditekankan bahwa komunikasi antara peneliti (jika berstatus mahasiswa) dengan pembimbing maupun pembahas harus lancar dan bersifat terbuka. Lebih dari itu, diperlukan kerja sama antarpeneliti atau rekan sebaya untuk merancang hingga memfinalisasi instrumen penelitian.
90 comments
Setelah membaca tulisan mengenai ” Instrumen penelitian dan jenis-jenisnya” saya semakin yakin paham bahwa instrumen itu adalah ibarat makanan pokok dalam menyusun sebuah penelitian. Karena, jika tidak adanya instrumen dalam sebuah penelitian, maka penulis tidak bisa melanjutkan mengumpulkan data-data dalam penelitiannya. Dalam, menulis instrumen kita bisa memilih menggunakan jenis penelitian kualitatif (menggali makna, pengalaman, dan fenomena sosial), atau kuantitatif(variabel menarik), tergantung data yang akan kita terapkan pada proses penelitian.
Setelah, menentukan jenis penelitian, saya juga memahami bahwa kita tidak boleh meninggalkan hal yang paling penting, yaitu proses pada instrumen, perencanaan, penyusunan, pengujian, serta perevisian. Terima kasih Bapak. ilmunya sangat bermanfaat untuk menyusun karya ilmiah yang akan saya buat.
Materi tentang Instrumen Penelitian dan Jenis-jenis nya ini dapat kita ketahui bahwa instrumen termasuk bagian penentu keberhasilan dari sebuah penelitian. Instrumen digunakan sebagai alat pengumpulan data penelitian. Berdasarkan bentuknya, jenis instrumen penelitian ada enam, yaitu: (1) tes, (2) kuesioner atau angket, (3) pedoman observasi, (4) pedoman wawancara, (5) studi dokumentasi, dan (6) skala pengukuran.
Izin bertanya pak, jika dalam melakukan tes (post test) ternyata hasil nya lebih rendah dibanding pre test, apa solusi yang harus kita lakukan sebagai peneliti, Pak? Terima kasih, Pak.
Terima kasih. Jika nilai post-test lebih rendah dibandingkan dengan pre-test (tentu, simpulan tersebut didasarkan atas perbandingan nilai rata-rata), secara keilmuan tidak ada masalah. Namun, perlu dipedomani: (1) eksperimen sederhana pre–post-test yang hanya melibatkan satu kelas itu hanya layak untuk penyusunan skripsi BUKAN tesis karena mahasiswa S1 belum memiliki kelas dan (2) pre–post-test layak untuk tesis jika penelitiannya itu R & D ketika menguji efektivitas model. Memang, jika ditemukan rata-rata nilai post-test lebih rendah dibandingkan dengan pre-test, hal itu sangat merepotkan peneliti karena harus kuat dalam mendeskripsikan pembahasan hasil penelitian untuk melacak hal yang tidak lazim tersebut. Mungkin, pembahasan harus dikaitkan dengan situasi pengumpulan data (misalnya rentang waktu kurang tepat antara jarak pre-test dengan post-test), mungkin juga dikaitkan dengan adanya perlakuan yang kurang tepat (contoh terlalu abstrak, latihan terlalu LOTS, bukan HOTS, media kurang layak), dan sebagainya.
Terima kasih, silakan telusuri topik-topik lain di platform ini terkait dengan permasalahan metode penelitian.
Analogi instrumen penelitian sebagai panca indera pada tubuh manusia merupakan hal yang sangat menarik. Melalui indra penglihatan (mata), kita dapat melihat objek yang indah, besar bahkan sangat kecil. Dengan menggunakan telinga, kita bisa mendengar berbagai suara, begitu juga dengan berbagai indera lainnya. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan semua data penelitian. Apa jadinya jika sebuah penelitian tidak menggunakan instrumen? Apakah mungkin data yang diperlukan “simsalabim” akan muncul tanpa sebuah instrumen? Jawabannya pasti tidak. Jadi, seorang peneliti perlu menyiapkan instrumen yang cocok sesuai dengan jenis penelitian yang dipilihnya.
Setelah membaca tulisan ini, saya jadi paham bahwa instrumen memanglah sebuah “piranti” yang berarti penghubung antara teori penelitian dan data yang akan dikumpulkan. Oleh sebab itu instrumen penelitian mestilah direncanakan berdasarkan teori yang sesuai untuk menghasilkan data yang tepat dengan penelitian. Saya mendapatkan pengetahuan bahwa sebagai bentuk urgensi dan vitalitas instrumen dalam penelitian, terdapat instrumentasi yang memiliki tahapan yang panjang untuk mendapatkan instrumen layak yang memiliki validitas dan reabilitas. Selain itu jenis-jenis instrumen menyadarkan saya bahwa penelitian diberikan pilihan instrumen penelitian yang sesuai dengan topik dan teori penelitian yang akan dilakukan. Namun saya sering menemukan dalam sebuah penelitian instrumen angket, disandingkan dengan skala penilaian, terutama menggunakan skala likert. Oleh sebab itu yang menjadi pertanyaan saya adalah apakah dalam penelitian di jenjang S1, S2 dan S3 instrumen penelitian boleh dikombinasikan, Pak? Jika iya apakah ada syarat mengkombinasi instrumen penelitian dan adakah hubungannya dengan variabel penelitian?
Terima kasih, pertanyaannya sangat menarik dan menuntut jawaban yang komprehensif. Secara umum, instrumen penelitian boleh dikombinasikan, atau lebih tepatnya divariasikan. Variasi instrumen tentu tergantung pada data yang ingin dikumpulkan, data tergantung pada variabel penelitian, variabel tergantung pada rancangan penelitian, rancangan penelitian tergantung pada tujuan penelitian. Itulah dasar-dasar memvariasikan atau mengkombinasikan instrumen. Sesuai dengan strata pendidikan, lazimnya di level S1 ada dua variasi instrumen (misalnya tes unjuk kerja dan angket), di S2 minimal 3 instrumen, dan di S3 harus lebih dari 3 instrumen. Namun, jika konsep mengkombinasikan itu dimaknai dua tipe instrumen menjadi satu instrumen itu tidak boleh. Misalnya, peneliti menggunakan instrumen tes membaca pemahaman teks LHO. Demi pelaksanaan uji-coba dalam rangka menentukan validitas dan reabilitas tes, JANGAN digabung antara tes objektif (pilihan ganda) dengan tes esai DALAM SATU intrumen.
Setelah membaca dengan hikmat, Penjelasan tentang instrumen penelitian ini penting banget karena bikin kita sadar kalau instrumen itu ibarat pancaindra peneliti, Kalau instrumen nggak valid atau reliabel, otomatis data yang dikumpulkan juga salah, dan akhirnya kesimpulan penelitian jadi nggak bisa dipercaya. Penjelasan jenis instrumen juga cukup lengkap, ada tes, angket, observasi, wawancara, dokumentasi, sampai skala pengukuran sikap. Contoh yang dikaitkan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia bikin lebih gampang dipahami. Selain itu, penjelasan bahwa penelitian kuantitatif dan kualitatif butuh instrumen berbeda juga menarik, apalagi di kualitatif peneliti sendiri jadi instrumen utama Bagian instrumentasi—mulai dari perencanaan, penyusunan draf, uji kelayakan, sampai perevisian—bikin kita paham kalau bikin instrumen itu butuh teori, validasi, dan uji coba.
Dari siniar audio yang sudah didengarkan mengenai ” Instrumen Penelitian dan Jenis-jenisnya, kita bisa lebih mendengarkan dengan jelas bahwasannya, kalau instrumen itu ibarat pancaindra, kalau instrumen nya gak valid otomatis data yang dikumpulkan juga salah, penjelasannya cukup lengkap dengan contoh ,dan juga penjelasan kualitatif dan kuantitatif juga butuh instrumen
Artikel ini memberikan pandangan yang sangat komprehensif dan praktis mengenai instrumen penelitian. Penjelasan mengenai enam jenis instrumen (tes, angket, observasi, wawancara, dokumentasi, dan skala pengukuran) sangat rinci. Meskipun artikel ini menyebutkan “data diperoleh dalam kemasan yang terstruktur” dan menyinggung tentang uji kelayakan, keterkaitan langsung antara jenis instrumen dan metode analisis data bisa diperdalam. Misalnya, bagaimana data dari skala Likert akan dianalisis berbeda dengan data dari tes unjuk kerja. Hal ini akan memperkuat pemahaman pembaca tentang bagaimana instrumen yang tepat memengaruhi keseluruhan proses penelitian, hingga ke tahap kesimpulan.
Setelah membaca tulisan di atas saya lebih memahami pentingnya menyusun instrumen dalam sebuah penelitian. Intrumen menjadi pijakan dalam melakukan penelitian. Dalam menyusun sebuah penelitian, instrumen penelitian dapat menentukan keabsahan dari penelitian itu sendiri. Dalam menyusun instrumen penelitian seorang peneliti harus menentukan jenis penelitian terlebih dahulu apakah menggunkanan jenis kuantitatif untuk variabel numerik atau hitungan dan kualitatif untuk data yang berupa makna, pengalaman, dan fenomena sosial. Bentu instrumen yang dijelaskan dalam tulisan di atas juga sangat beragam sehingga saya lebih memahami apa saja bentuk instrumen yang dapat saya gunakan dalam penelitian, seperti tes, angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, study dokumentasi, dan skala pengukuran.
Terimakasih ilmu yang telah di berikan dalam bentuk penjelasan yang sangat lengkapnya bapak. Menurut saya mengenai instrumen penelitian merupakan piranti yang sangat penting dalam penelitian. Sebab akan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen penelitian merupakan jembatan antara teori dan data. Pemilihan instrumen yang tepat sangat menetukan kualitas data, yangpada akhirnya mempengaruhi keabsahan kesimpulan penelitian. Olehkarena itu instrumen penelitian harus layak diantaranya valid dan dapat di andalkan.
Menarik sekali, Pak.
instrumen itu alast dan peneliti adalah instrumen utama dalam penelitian.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang relevan dengan tujuan penelitian. Instrumen harus valid (mengukur apa yang seharusnya diukur) dan reliabel (memberikan hasil yang konsisten). Berdasarkan bentuknya, jenis instrumen penelitian ada enam, yaitu: (1) tes, (2) kuesioner atau angket, (3) pedoman observasi, (4) pedoman wawancara, (5) studi dokumentasi, dan (6) skala pengukuran. Instrumen penelitian merupakan jembatan antara teori dan data. Pemilihan instrumen yang tepat sangat menentukan kualitas data, yang pada akhirnya memengaruhi keabsahan kesimpulan penelitian. Oleh sebab itu, instrumen penelitian harus layak, di antaranya valid dan reliabel.
Materi instrumen penelitian membuka cakrawala kita bahwa instrumen penelitian piranti penting dalam penelitian ibarat mata bagi manusia. Sebab instrumen akan digunakan untuk mengumpulkan data sesuai tujuan penelitian dan menjembatani teori dan data. Jadi data harus valid dan reliabel. Proses yang harus dilakukan peneliti dalam membuat instrumen petencanaan, penyusunan draf, pengujian kelayakan, dan perevisian
Instrumen penelitian ibarat mata bagi manusia, instrumen untuk mengumpulkan data. Proses yang harus dilaui peneliti adalah melakukan perencanaan, penyudunan draf,pengujian kelayakan, dan perevisian
Setelah membaca hasil tulisan ini tentunya menambah wawasan saya terkait instrumen penelitian dan jenis-jenisnya. Semoga menjadi ladang pahala untuk Bapak Dr. Nursaid, M.Pd. yang telah banyak berbagi ilmu pengetahuan, aamiin.
Artikel ini sangat berguna karena menjelaskan dengan jelas apa itu instrumen penelitian, macam-macamnya (kuantitatif vs kualitatif), hingga bagaimana proses penyusunannya (perencanaan, draf, uji kelayakan, revisi). Penjelasannya mudah diikuti, lengkap dengan contoh-contoh konkretnya seperti angket, wawancara, observasi, dan tes, sehingga membantu pembaca memahami betapa pentingnya memilih dan merancang instrumen yang valid dan reliabel agar penelitian tidak hanya berjalan lancar tapi hasilnya juga bisa dipercaya.
jenis instrument ini ada 5 Berdasarkan bentuknya, jenis instrumen penelitian ada enam, yaitu: (1) tes, (2) kuesioner atau angket, (3) pedoman observasi, (4) pedoman wawancara, (5) studi dokumentasi, dan (6) skala pengukuran. Dengan jenis instrumen ini kita bisa menentukan jenis apa yang akan kita pakai dalam penelitian. oleh sebab itu materi yang disajikan oleh Bapak. sangat menarik sekali dan menambah pengetahuan saja dalam menentukan jenis instrumen yang akan saya gunakan dalam penelitian nantinya.
Tulisan ini sangat lengkap dalam menjelaskan hakikat, jenis, hingga proses penyusunan instrumen penelitian. Instrumen dalam penelitian sangat membantu memahami peran pentingnya dalam memperoleh data yang valid dan reliabel. Uraian tentang jenis instrumen kuantitatif maupun kualitatif, serta tahapan instrumentasi dari perencanaan hingga revisi, sangat bermanfaat sebagai panduan praktis bagi saya.
Terima kasih atas materi yang disampaikan, Pak.
Materi ini sangat bermanfaat bagi kami, yang akan melakukan penelitian. Pemahaman terhadap materi instrumen penelitian ini, akan sangat berpengerahuh pada kualitas data yang akan dijadikan sumber penelitian. Tanpa instrumen yang valid dan reliabel, validitas data tentu kurang bisa dipertanggungjawabkan. Materi ini sangat membantu kami dalam menyusun instrumen penelitian.
Tulisan bapak selalu terbaik dan banyak sekali manfaatnya,pengetahuan pasti akan bertambah terutama untuk bacaan kali ini membuat saya lebih faham instrumen itu merupakan hal terpenting dalam sebuah penelitian,instrumen akan menentuakan penelitan lebih mudah dan berhasil sesuai dengan apa yang ingin kita inginkan.
Tulisan bapak selalu terbaik dan banyak sekali manfaatnya,pengetahuan pasti akan bertambah terutama untuk bacaan kali ini membuat saya lebih faham instrumen itu merupakan hal terpenting dalam sebuah penelitian.
Setelah membaca tulisan mengenai ” Instrumen penelitian dan jenis-jenisnya” Ini di paparkan sangat rinci dimana instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Seperto: (1) mengumpulkan data yang relevan dengan variabel penelitian, (2) menjamin objektivitas penelitian melalui standar pengukuran yang jelas, (3) memudahkan analisis karena data diperoleh dalam kemasan yang terstruktur, dan (4) mengontrol kesalahan pengukuran, sehingga hasil penelitian lebih dapat dipercaya. Serta siniar audionya dapat di dengarkan sambil beraktifitas. Jadi sangat fleksible skali.
Setelah membaca tulisan mengenai ” Instrumen penelitian dan jenis-jenisnya” Ini di paparkan sangat rinci dimana instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Serta siniar audionya dapat di dengarkan sambil beraktifitas. Jadi sangat fleksible skali.
Materi instrumen penelitian ini sangat berguna bagi kami
yang akan malaksanakan penelitian. Saya sangat terkesan dengan analogi panca indra yang Bapak gunakan untuk instrumen penelitian. Kevalitan data yang kita peroleh tentu sangat tergantung pada jenis instrumen yang digunakan. Semoga saya tidak salah memilih dan menggunakan instrumen sesuai dengan jenis penelitian nantinya..
Terima kasih Pak. Tulisan yang sangat menarik dan bermanfaat bagi saya yang akan melakukan penelitian. Tentunya saya semakin memahami bahwa pemilihan instrumen yang tepat sangat menentukan kualitas data.
Setelah saya membaca tulisan bapak, ternyata instrumen penelitian ini merupakan fondasi yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Pemilihan instrumen tergantung pada tujuan penelitian yang ingin kita capai. Instrumen digunakan untuk mengumpulkan data yang kita perlukan dalam penelitian. Sebelum digunakan dalam penelitian, pemilihan instrumen yang tepat merupakan langkah awal yang tidak bisa diabaikan yang disesuaikan dengan data penelitian yang diinginkan. Setelah itu mulai menyusun draf instrumen dan pengujian kelayakan instrumen. Ketika sebuah instrumen kurang layak, maka bisa dilakukan revisi instrumen agar data yang ditemukan di lapangan valid dan layak digunakan dalam pengumpulan data penelitian.
Paparan Bapak mengenai instrumen penelitian, mulai dari pengertian, jenis-jenis, hingga proses penyusunannya atau instrumentasi sangat luar biasa. Artikel ini tidak hanya menjelaskan secara teoretis, tetapi juga memberikan contoh aplikatif yang sangat bermanfaat, terutama bagi mahasiswa, dosen, dan peneliti pemula. Tulisan inimemberikan pemahaman mendalam dan aplikatif mengenai instrumen penelitian. Semangat memproduksi tulisan yang keren-keren ya pak, supaya kami banyak belajar dari Bapak.
Setelah saya membaca ini saya memahami bahwa instrumen penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, sebab akan digunakan untuk mengumpulkan data.
terima kasih materinya Pak, disini maksud dari penelitian kualitatif ada konsep umum bahwa peneliti itu sendiri adalah instrumen utama dalam penelitian. kemudian dari penjelasan Bapak dapat saya simpulkan instrumen adalah alat indera bagi penelitian. instrumen yang digunakan dalam penelitian kuantitatif contohnya adalah tes, sedangkan instrumen kulaitatif bisa pedoman wawancara, observasi, dan analisi deskripsi.
Setelah membaca artikel Bapak, saya menjadi lebih memahami bahwa instrumen penelitian adalah alat penting yang menjembatani teori dan data. Penjelasan tentang jenis-jenis instrumen — tes, angket, observasi, wawancara, dokumentasi, dan skala pengukuran — disajikan dengan baik dan rinci. Selain itu, pembahasan mengenai proses instrumentasi (perencanaan, penyusunan draf, pengujian kelayakan, revisi) sangat membantu. Terima kasih atas ilmunya, Pak.
Terima kasih pak infonya tentang hal yang sangat luar biasa dalam membuat instrumen penelitian dan jenis-jenisnya bagaimana pertanyaan yang diajukan penelitian tajam untuk menggali suatu jawaban yang dapat saya pahami dari siniar audio ini.
Artikel ini memberikan saya pemahaman terkait dengan instrumen penelitian dan jenis-jenisnya. Penulis, Bapak Nursaid memberikan penjelasan yang mendalam tentang pengertian instrumen penelitian sebagai alat utama dalam pengumpulan data yang penting dalam melaksanakan penelitian. Artikel ini membahas enam jenis instrumen utama, yakni tes, angket/kuesioner, pedoman observasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi, dan skala pengukuran sikap, lengkap dengan tujuan dan karakteristiknya masing-masing. Selain itu, artikel ini juga membahas terkait dengan instrumentasi, yaitu perencanaan, penyusunan draf, pengujian kelayakan, dan perevisian untuk memastikan validitas, reliabilitas, dan praktikalitas instrumen data yang diperoleh layak dan dapat dipercaya. Penulis juga menegaskan pentingnya kerja sama dan komunikasi antara peneliti dan pembimbing untuk menghasilkan instrumen yang berkualitas. Komentar dari pembaca sangat positif, Beberapa pembaca juga memberikan pertanyaan terkait solusi jika hasil post-test lebih rendah dari pre-test, yang dijawab langsung oleh penulis dengan penjelasan ilmiah dan mudah dipahami. Respon penulis terhadap komentar dapat membantu memperjelas konsep yang ada, memberikan arahan dan solusi dari pertanyaan yang diajukan, sehingga memperkuat pemahaman saya dan pembaca lainnya terhadap materi ini. Siniar audio yang tersedia pada platform Inspira ini sangat jelas. Materi yang disampaikan juga mudah dipahami karena disertai dengan analogi. Kualitas siniar audio baik, dengan penyajian materi yang jelas dan informatif, memudahkan saya selalu pendengar yang ingin belajar sambil beraktivitas.
Siniar audio ini apakah dibuat melalui AI? Jika benar, maka keren sekali hasilnya. Saya merasa mendengarkan memang ada dua manusia yang melakukan percakapan ini, terasa sangat nyaman dan tidak kaku. Adanya intonasi seperti manusia yang spontan pada menit 11:11 menurut saya sangat bagus. Semakin saya telusuri penggunaan siniar audio ini ternyata bisa diunduh dan bisa diatur kecepatannya sehingga penggunaannya lebih efektif dan efisien waktu untuk mendengarkannya. Terima kasih Bapak dan semangat untuk terus berkarya Pak.
Terima kasih bapak, setiap bapak memberikan penjelasan bapak selalu menggunakan penjelasan dengan perupamaan yang mudah dimengerti, sangat membantu saya dalam memahami penjelasan di atas🙏
Terima kasih banyak Bapak atas sinar audio yang telah di sajikan. Setelah membaca dan memahami sinar audio, saya banyak mendapatkan pemahaman dari komen serta tanggapan, bahwasanya instrumen dan jenis penelitian itu adalah dua hal yang sangat berguna utk menyusun karya ilmiah, jika salah satunya tidak di terapkan dalam proses penelitian, maka penelitian itu tidak akan bisa berjalan, atau penelitian tersebut tidak bisa mendapatkan data dan melanjutkan penelitian.
Dengan adanya sinar audio ini, membuat saya makin paham terkait instrumen dan jenis penelitiannya
Terima kasih atas siniar yang telah Bapak sajikan. Mahasiswa dengan gaya belajar auditori sangat terbantu dengan siniar yang bapak sajikan untuk mempermudah pemahaman. Setelah mendengarkan siniar, saya memperoleh pemahaman mendalam bahwa instrumen penelitian bukan sekadar alat pengumpul data, melainkan “pancaindra” yang menentukan kualitas seluruh proses penelitian. Analogi yang disajikan sangat membantu memahami betapa krusialnya peran instrumem, seperti mata yang rabun akan mengirimkan informasi keliru ke otak, demikian pula instrumen yang tidak valid akan menghasilkan data yang menyesatkan.
Jika penelitian menggunakan multiple instrumen untuk mengukur variabel yang sama (misalnya mengukur motivasi belajar dengan angket, observasi, dan wawancara), bagaimana mengatasi jika hasil dari ketiga instrumen tersebut tidak konsisten atau bahkan bertentangan? Instrumen mana yang seharusnya diprioritaskan, atau bagaimana mengintegrasikan data yang kontradiktif tersebut,Pak?
Terima kasih Pak. Saya sangat menyukai penjelasan dengan menggunakan analogi. Dapat saya pahami lebih mendalam bahwasanya ibarat pancaindra yang sangat penting bagi manusia, begitu juga dengan instrumen terhadap penelitian. Dari penjelasan ini, sudah terpatahkan anggapan bahwa instrumen penelitian bukan sekedar formalitas, melainkan hasil kerja akademis yang sistematis dan kolaboratif. Refleksi saya, keberhasilan penelitian sangat ditentukan oleh ketelitian dalam memilih dan menguji instrumen, karena instrumen inilah yang menjembatani teori dengan data di lapangan.
Namun, bagaimana jika dalam praktiknya kita terkendala keterbatasan waktu dan sumber daya, sehingga tidak mampu melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen secara menyeluruh? Apakah ada strategi atau alternatif yang tetap dapat menjaga kualitas instrumen tanpa mengurangi keabsahan penelitian?
Setelah saya membaca artikel yang Bapak berikan, akhirnya kiata dapat menyadari pentingnya instrumen penelitian. dengan adanya instrumenmen penelitian ini, peniliti menjadi lebih terarah dalam mencari dan menelaah atas informasi akan di temukan dalam penelitian. Ada enam jenis instrumen yang dapat kita gunakan dalam penelian antara lain: tes, angket/ kuisioner, pedoman oservasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi, dan sekala pengukuran. Insrumen ini beleh memilih dari beberapa intrumen ini yang bisa disesuakan dengan kebutuan peneliti.
Terima kasih bapak telah membuat jurnal yang menarik untuk dibaca, setelah saya membaca materi yang telah bapak sampaikan yakni mengenai “Instrumen Penelitian dan Jenis-jenisnya”. Jadi materi yang saya dapatkan bahwa jenis instrumen penelitian ada enam, yaitu: (1) tes, (2) kuesioner atau angket, (3) pedoman observasi, (4) pedoman wawancara, (5) studi dokumentasi, dan (6) skala pengukuran. Selain itu instrumen harus valid, artinya mampu mengukur aspek yang memang ingin diteliti. instrumen harus reliabel, yakni hasil tes relatif konsisten apabila diujikan kembali ataupun dinilai oleh penilai yang berbeda, instrumen harus objektif, instrumen harus memiliki praktikalitas, artinya mudah digunakan dalam pengumpulan data, serta tidak membutuhkan biaya besar dalam penggunaannya.
Terima kasih, Pak. Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan selama perkuliahan dengan Bapak. Semua tulisan Bapak membuka ruang berfikir saya untuk lebih maju dan menambah ilmu saya yang sangat minim tentang instrumen penelitian dan jenis-jenisnya. Saya jadi makinmemahami bagaimana memilih instrumen yang tepat sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih. Ditambah lagi dengan adanya siniar audio yang sangat membantu kami mahasiswa yang lebih menyukai audio. Semuanya terangkum dengan sangat lengkap dan jelas. Yang uniknya lagi, beberapa komentar dari komentator juga ada dalam siniar audio tersebut. Benar-benar sangat menginspirasi, Bapak.
Materi Instrumen Penelitian dan Jenis-Jenisnya membuka cakrawala saya sehingga saya memahami materi yang disampaikan. Pemahaman saya menjadi lebih mendalam ketika saya mencermati pertanyaan yang diajukan oleh rekan-rekan dan jawaban atas pertanyaan tersebut, serta mencermati kembali isi siniar audio. Terima kasih, Pak.
Terimakasih atas materinya pak, dengan selengkap-lengkapnya, tentunya sangat bermanfaat sekali bagi saya pak terutama pada bagian Siniar Audionya sangat membantu sekali pak. Audio/suara yang di sampaikan menghasilkan suara yang jernih, intonasinya yang enak di dengar, suaranya tidak terganggu oleh keriuhan atau kebisingan. Sangat membantu saya, Bermanfaat sekali materinya pak
Pembahasan yang sangat kompleks dilengkapi dengan Siniar audio yang menarik karena membahas tulisan melalui suara percakapan. Dalam Siniar audio dijelaskan bagaimana data penelitian bisa dikumpulkan melalui perumpamaan panca indera yang artinya kalau instrumen bermasalah maka data bisa keliru. Secara teknis instrumen digunakan sebagai alat sistematis yang menguji kerelevanan dan menjamin obyektivitas serta dapat memudahkan analisis data secara presisi. Instrumen penelitian dikumpulkan tergantung jenis penelitiannya. Jika penelitian kuantitatif maka data diukur melalui angka. Kalau kualitatif data diukur melalui pendalaman makna atau fenomena.
Terimakasih inspirasinya pak dan dengan adanya sinar audio yang telah di sajikan.dengan sangat menarik percakapan yang lebih menjelaskan dan membuat saya lebih paham dan Setelah membaca dan memahami sinar audio, saya mendapatkan pemahaman dari komen serta tanggapan dari teman teman, bahwasanya instrumen dan jenis penelitian itu adalah dua hal yang sangat berguna utk menyusun karya ilmiah, jika salah satunya tidak di terapkan dalam proses penelitian, maka penelitian itu tidak akan bisa berjalan, atau penelitian tersebut tidak bisa mendapatkan data dan melanjutkan penelitian..dan ini membantu saya dalam penelitian yang akan saya lakukan nanti.
Cerita ini bagus dalam menjelaskan instrumen penelitian dan jenisnya lengkap. Apalagi saat mendengarkan siniar audionya jadi lebih mudah memahaminya karena mereka saling tanya jawab.
Instrumen penelitian diibaratkan sebagai panca indera manusia yang berfungsi untuk menangkap informasi dari lingkungan. Seperti mata dan telinga yang membantu kita melihat dan mendengar, instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data sesuai jenis penelitian seperti kuantitatif untuk data numerik dan kualitatif untuk makna atau pengalaman. Untuk jenis instrumen itu meliputi tes, angket, observasi, wawancara, dokumentasi, dan skala pengukuran. Instrumen ini menjadi penghubung antara teori dan data dalam proses penelitian.
Sangat menarik pembahasan tentang instrumen penelitian ini! Jika diibaratkan, instrumen itu memang vital, seperti pancaindra bagi peneliti untuk ‘melihat’ dan ‘merasakan’ data yang benar.
Inti dari podcast ini adalah bahwa instrumen bukan sekadar alat biasa, melainkan jembatan antara teori dan data yang akan menentukan kualitas dan keabsahan temuan. Pembahasan tadi sudah sangat lengkap, mulai dari hakikatnya sebagai alat pengumpul data yang menjamin objektivitas, klasifikasi berdasarkan jenis penelitian (kuantitatif/kualitatif) dan bentuknya (tes, angket, observasi, dsb.), hingga proses detail instrumentasi yang wajib melalui tahapan perencanaan, pengujian, dan revisi. Poin kuncinya: instrumen harus valid dan reliabel. Tanpa instrumen yang baik—apakah itu tes standar atau nonstandar yang disusun dari nol—data yang didapatkan bisa ‘rabun’ dan membuat kesimpulan penelitian jadi tidak bisa dipercaya.
Artikel “Instrumen Penelitian dan Jenis-Jenisnya” menurut saya cukup jelas dan lengkap. Isinya membahas dari pengertian instrumen penelitian, jenis-jenisnya, sampai langkah-langkah penyusunan instrumen. Alurnya runtut, jadi mudah diikuti.
Yang menarik, artikel ini menekankan bahwa instrumen penelitian itu sangat penting untuk mendapatkan data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Penjelasan mengenai instrumen kualitatif dan kuantitatif juga membantu memberikan gambaran yang lebih luas tentang metode penelitian.
“Instrumen Penelitian dan Jenis-Jenisnya” menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data, seperti tes, angket, wawancara, atau observasi. Alat ini penting karena menentukan hasil penelitian bisa dipercaya atau tidak. Pembaca banyak memberi komentar positif, mereka merasa penjelasan lebih mudah dipahami apalagi dengan contoh “pancaindra” sebagai perumpamaan. Ada juga yang bertanya soal masalah praktis, misalnya kalau nilai post-test lebih rendah dari pre-test, atau apakah boleh menggabungkan beberapa instrumen. Penulis menjawab dengan jelas dan ramah, sehingga membantu pembaca yang masih bingung. Siniar audio di akhir teks juga bermanfaat, suaranya jelas dan mudah diikuti, meski hanya sederhana sebagai pendukung bacaan.
Terimakasih atas materinya pak, pembahasan yang lengkap dan dengan adanya sinar audio sangat membantu sekali. Audio yang menarik dan suara yang di sampaikan jelas sehingga lebih mudah memahami materinya.
Dari siniar audio yang sudah didengarkan mengenai ” Instrumen Penelitian dan Jenis-jenisnya, kita bisa lebih mendengarkan dengan jelas bahwasannya, kalau instrumen itu ibarat pancaindra, kalau instrumen nya gak valid otomatis data yang dikumpulkan juga salah, penjelasannya cukup lengkap dengan contoh ,dan juga penjelasan kualitatif dan kuantitatif juga butuh instrumen
Terimakasih pak, saya sangat menyukai penjelasan melalui Siniar Audio yang menjelaskan tentang instrumen penelitian. Di mana dalam Siniar radio di jelaskan metode apa saja yg bisa di gunakan dan bagaimana cara penggunaanya secara lengkap dan mudah dimengerti melalui penjelasan dengan menggunakan analogi.
Siniar yang sangat bermanfaat. Sebagai mahasiswa dengan gaya belajar auditori, saya merasa sangat terbantu.
Jika digunakan beberapa instrumen untuk variabel yang sama dan hasilnya berbeda, bagaimana cara menyikapinya, Pak? Apakah ada instrumen yang lebih diutamakan?
Terima kasih atas inspirasinya, Pak. Melalui sinar audio yang disajikan dengan sangat menarik dan mudah dipahami, saya merasa penjelasan yang diberikan menjadi lebih hidup dan membuat saya semakin mengerti tentang materi yang dibahas. Percakapan yang disampaikan juga membantu saya memahami hubungan antara **instrumen penelitian** dan **jenis penelitian** secara lebih mendalam. Dari penjelasan dan tanggapan teman-teman, saya menyadari bahwa kedua hal tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam penyusunan karya ilmiah. Instrumen penelitian berfungsi untuk mengumpulkan data yang akurat, sedangkan jenis penelitian menentukan arah dan metode yang digunakan dalam proses penelitian. Jika salah satunya tidak diterapkan, maka penelitian akan sulit dilakukan dan hasilnya tidak akan valid. Melalui pembelajaran ini, saya mendapatkan wawasan baru dan motivasi untuk lebih serius dalam mempersiapkan penelitian saya ke depan. Saya jadi lebih memahami bahwa penelitian yang baik membutuhkan perencanaan matang, pemilihan instrumen yang tepat, serta jenis penelitian yang sesuai agar hasilnya dapat dipercaya dan bermanfaat.
Siniar audionya sepertinya menggunakan AI ya? Suara yang dihasilkan bagus sekali dan dapat membuat saya mengerti dengan apa yang dijelaskan, tetapi ada satu bagian yang membuat saya bingung awalnya, yaitu bagaimana AI nya berhenti sebentar saat berbicara dari siniar audionya, penggunaan “koma”di semua suara nya bagus tapi ada pas bagian “ragu-ragu netral” harusnya AI nya berhentilah sebentar dulu setelah mengucapkan ragu-ragu.
Terima kasih atas inspirasinya, Pak. Melalui sinar audio yang disajikan dengan sangat menarik dan mudah dipahami, saya merasa penjelasan yang diberikan menjadi lebih hidup dan membuat saya semakin mengerti tentang materi yang dibahas. Percakapan yang disampaikan juga membantu saya memahami hubungan antara **instrumen penelitian** dan **jenis penelitian** secara lebih mendalam. Dari penjelasan dan tanggapan teman-teman, saya menyadari bahwa kedua hal tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam penyusunan karya ilmiah. Instrumen penelitian berfungsi untuk mengumpulkan data yang akurat, sedangkan jenis penelitian menentukan arah dan metode yang digunakan dalam proses penelitian. Jika salah satunya tidak diterapkan, maka penelitian akan sulit dilakukan dan hasilnya tidak akan valid. Melalui pembelajaran ini, saya mendapatkan wawasan baru dan motivasi untuk lebih serius dalam mempersiapkan penelitian saya ke depan. Saya jadi lebih memahami bahwa penelitian yang baik membutuhkan perencanaan matang, pemilihan instrumen yang tepat, serta jenis penelitian yang sesuai agar hasilnya dapat dipercaya dan bermanfaat.
Terima kasih banyak, Pak, atas siniar yang menarik dan mudah dipahami. Saya jadi mengerti bahwa instrumen penelitian bukan hanya alat, tapi penentu utama kualitas data.
Saya ingin bertanya, kalau hasil dari beberapa instrumen seperti angket, observasi, dan wawancara tidak sama, apa yang sebaiknya dilakukan?
Apakah ada yang lebih diutamakan, atau perlu digabungkan, Pak?
Terima kasih, Bapak, atas siniar yang telah disajikan. Materi tersebut sangat membantu, khususnya bagi mahasiswa dengan gaya belajar auditori. Saya semakin memahami bahwa instrumen penelitian bukan sekadar alat pengumpul data, melainkan “pancaindra” yang menentukan kualitas penelitian. Analogi yang Bapak berikan sangat menggambarkan pentingnya validitas instrumen.
Saya ingin bertanya, bagaimana jika beberapa instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang sama seperti angket, observasi, dan wawancara menghasilkan data yang tidak konsisten? Instrumen mana sebaiknya diprioritaskan, atau bagaimana cara menggabungkan data yang bertentangan tersebut, Pak?
Terima kasih banyak atas siniar audio yang Bapak sajikan. Setelah mendengarkan, saya jadi lebih memahami pentingnya instrumen dan jenis penelitian dalam proses penyusunan karya ilmiah. Materi yang disampaikan membuat saya menyadari bahwa instrumen bukan sekadar alat untuk mengumpulkan data, tetapi bagian penting yang menentukan kualitas hasil penelitian. Analogi yang digunakan sangat membantu saya membayangkan bagaimana instrumen yang tepat dapat menghasilkan data yang akurat, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Siniar ini benar-benar memperjelas hubungan antara instrumen dan jenis penelitian, dan membuat saya lebih yakin dalam menerapkannya di penelitian sendiri
Setelah membaca karya ini, saya jadi paham secara jelas bahwa instrumen dalam penelitian bukan sekadar alat pengumpul data, tetapi bagian yang menentukan mutu temuan dan keandalan penelitian itu sendiri. Ketersediaan rekaman audio yang mendampingi tulisan membuat pengalaman belajar menjadi lebih menyeluruh—terdengar jelas, terstruktur, dan sangat membantu bagi pembaca yang suka menyimak sambil melakukan aktivitas lain. Format semacam ini membuat materi tidak hanya informatif, tetapi juga inklusif dan nyaman, sehingga jejaring pembaca dengan gaya belajar auditori pun diperhatikan dengan sangat baik.
Terima kasih, Bapak, atas siniar yang telah disampaikan. Materi dalam siniar tersebut benar-benar membuka wawasan saya tentang pentingnya instrumen penelitian. Saya baru benar-benar memahami bahwa instrumen bukan hanya sekadar alat teknis untuk mengumpulkan data, melainkan komponen utama yang menentukan ketepatan dan keabsahan hasil penelitian. Penjelasan Bapak yang disertai analogi membuat konsep yang semula terasa abstrak menjadi lebih mudah dipahami. Melalui siniar ini, saya semakin menyadari bahwa kualitas penelitian sangat bergantung pada ketepatan pemilihan dan penyusunan instrumen yang sesuai dengan jenis penelitiannya.
Terima kasih banyak Pak atas ilmunya. Melalui materi Instrumen Penelitian dan Jenis-jenisnya ini saya dapat mengetahui dan paham bahwa istrumen merupakan bagian penentu keberhasilan sebuah penelitian. Sebagaimana yang Bapak katakana bahwa instrumen penelitian diibaratkan pancaindra bagi manusia yang digunakan untuk mengindra data. Instrumen adalah alat atau alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Berdasarkan bentuknya, jenis instrumen penelitian ada enam, yaitu: (1) tes, (2) kuesioner atau angket, (3) pedoman observasi, (4) pedoman wawancara, (5) studi dokumentasi, dan (6) skala pengukuran. Ditambah lagi komentar dari pembaca, tanggapan Bapak terhadap komentar tersebut, dan sinar audio yang telah di sajikan membuat saya makin paham terkait instrumen dan jenis penelitiannya.
Berdasarkan siniar audio yang telah di dengarkan tadi dapat kita ketahui bahwa instrumen itu penting. Ada jenis skala pengukuran sikap yang populer digunakan ada empat, yaitu Skala Likert, Skala Guttman, Semantic Differential, dan Skala Thurstone. Apakah ke empat jenis skala pengukuran sikap populer itu di gunakan ke empatnya dalam instrumen penelitian atau hanya salah satu saja?
Siniar audio yang bapak sajikan sangat bermanfaat bagi pembaca untuk memahami materi yang disampaikan oleh bapak. ini merupakan implementasi pembelajaran berdiferensiasi bagi kebutuhan belajar mahasiswa.
Siniar audio dengan materi yang bapak paparkan pada artikel sangat sesuai, sehingga membentuk ekosistem pembelajaran yang komprehensif. Komentar pembaca menunjukkan engagement tinggi dan sangat relevan dengan isi artikel, di mana pembaca tidak hanya mengapresiasi tetapi juga mengajukan pertanyaan praktis seperti Ulva Fauziah M. tentang hasil postest yang menurun dan Siti Hardianti Harahap tentang kombinasi instrumen. Tanggapan penulis sangat responsif dan edukatif , memberikan klarifikasi mendalam yang konsisten dengan prinsip artikel—seperti menjelaskan bahwa penurunan skor adalah temuan sah yang harus dianalisis, dan menegaskan bolehnya kombinasi instrumen untuk triangulasi namun harus dianalisis terpisah. Siniar audio berkualitas sangat baik dan jelas, dengan format dialogis yang engaging dan mencakup semua materi artikel secara komprehensif. pendekatan multi-modal ini menciptakan model diseminasi akademik yang layak dijadikan best practice.
kalau diberi skor siniar audio ini dapat diapresiasi dengan rentang nilai 90-95 artinya ini sangat efektif digunkan untuk bahan penunjang pembelajaran.
Siniar audio yang disajikan sangat bermanfaat bagi pembaca yang cara belajarnya auditori untuk memahami materi yang disampaikan oleh bapak. Suara yang dihasilkan oleh rekamannya juga bersih dan jernih terdengar, sehingga pemaparan materi begitu enak untuk disimak. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan Instrumen penelitian berfungsi untuk mengumpulkan data yang akurat, sedangkan jenis penelitian menentukan arah dan metode yang digunakan dalam proses penelitian. Jika salah satunya tidak diterapkan, maka penelitian akan sulit dilakukan dan hasilnya tidak akan valid.
Siniar audio yang disajikan sangat bermanfaat bagi pembaca yang cara belajarnya auditori untuk memahami materi yang disampaikan oleh bapak. Suara yang dihasilkan oleh rekamannya juga bersih dan jernih terdengar, sehingga pemaparan materi begitu enak untuk disimak. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan Instrumen penelitian berfungsi untuk mengumpulkan data yang akurat, sedangkan untuk jenis penelitian menentukan arah dan metode yang digunakan dalam proses penelitian. Maka jika salah satunya tidak diterapkan, maka penelitian akan sulit dilakukan dan hasilnya tentu saja diragukan kevalidannya.
Materi tentang Instrumen Penelitian dan jenis-jenisnya ini benar-benar membuka wawasan bahwa instrumen memiliki peran penting dalam menentukan kualitas hasil penelitian. Melalui instrumen yang tepat, data yang diperoleh akan lebih akurat dan relevan. Berdasarkan bentuknya, instrumen penelitian terdiri dari enam macam, yaitu: (1) tes, (2) angket atau kuesioner, (3) pedoman observasi, (4) pedoman wawancara, (5) dokumentasi, dan (6) skala pengukuran.
Izin bertanya, Pak, jika hasil post-test justru lebih rendah daripada pre-test, apakah hal tersebut menandakan adanya kesalahan pada instrumen, atau ada faktor lain yang perlu diperhatikan, seperti pelaksanaan atau kondisi peserta? Terima kasih atas penjelasannya, Pak.
Artikel ini menjelaskan pemahaman terkait dengan instrumen penelitian dan jenis-jenisnya disini juga penjelasan nya di analogi kan ke tubuh manusia. Berdasarkan bentuknya, instrumen penelitian terdiri dari enam macam instrumen, yaitu: (1) tes, (2) angket atau kuesioner, (3) pedoman observasi, (4) pedoman wawancara, (5) dokumentasi, dan (6) skala pengukuran. Materi yang disampaikan juga mudah dipahami karena disertai dengan analogi. pada artikel ini dilengkapi oleh sinar audio yang membahas tentang isi artikel, mungkin pembaca dapat mengetahui apa saja yang awal nya tidak diketahui. Kualitas siniar audio nya juga sangat baik, dengan penyajian materi yang jelas dan informatif, memudahkan pendengar nya yang mungkin ada kegiatan lain atau yang ingin belajar sambil beraktivitas.
Terima kasih pak. Artikel sangat bermanfaat karena artikel ini memberikan saya pemahaman terkait dengan instrumen penelitian dan jenis-jenisnya. Dalam artikel ini dijelaskan pengertian instrumen penelitian sebagai alat utama dalam pengumpulan data yang penting dalam melaksanakan penelitian. Dalam artikel ini juga dibahas enam jenis instrumen utama, yakni tes, angket/kuesioner, pedoman observasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi, dan skala pengukuran sikap, lengkap dengan tujuan dan karakteristiknya masing-masing dan juga membahas terkait dengan instrumen data yang diperoleh layak dan dapat dipercaya. Pembaca pun menanggapi artikel dengan antusias yang tinggi. Komentar positif juga muncul dari pembaca dan juga ada beberapa pembaca yang menuliskan pertanyaan terkait arikel tersebut. Penulis merespon tanggapan pembaca pada kolom komentar dengan konsep yang jelas. Penulis juga memberikan arahan dan solusi dari pertanyaan yang diajukan sehingga memperkuat pemahaman saya dan pembaca lainnya terhadap materi ini. Siniar audio yang tersedia pada platform Inspira ini sangat jelas dengan kualitas suara yang jernih. Materi yang disampaikan juga mudah dipahami karena disertai dengan analogi yang menarik dan mudah dipahami.
Setelah saya mendengar siniar audinyonya, saya rasa saya lebih paham karena dalam siniar tersebut menyampaikan narasi-narasi yang mudah dipahami sehingga lebih enak didengar dan tentunya lebih menarik. Selain ituu didalam siniar sudah terdapat rangkuman dari semua materi yang ada di teks termasuk beberapa komentar dan pertanyaan.
Terimakasih pak. Penjelasan di sinar audio sangat mudah saya pahami karena menjawab semua pertanyaan yang jawabannya belum ada di artikel. Berkat sinar audio, saya menjadi tahu bahwa instrumen yang baik punya standar pengukuran yang jelas dan mempermudah menganalisis data. Instrumen dapat dibedakan berdasarkan jenis penelitian dan berdasarkan contohnya. Agar sukses saat melaksanakan penelitian, kita harus benar-benar mempersiapkan instrumen penelitian dengan baik.
saya merasa kagum sekaligus terbantu dengan adanya siniar audio dalam teks ini, selain bahasa yang digunakan tidak terlalu baku, interaktif sehingga mendengarkan dengan durasi panjang tidak membuat saya bosan
Menurut saya siniar dari artikel ini cukup menarik, karena secara vokalisasi dan warna suara podcaster tetap memiliki ciri khas AI, namun saya siniar ini menunjukkan bahwa perkembangan AI sudah sangat meningkat tajam dalam mereplika podcast yang umum dilakukan oleh manusia. Penggunaan bahasa lisan yang kekinian dan gaul seakan-akanmenunjukkan bahwa podcaster adalah seorang masyarakat pengguna bahasa dalam kehidupan nyata seperti “gimana”‘, “nunjukin”, “aja” dsb, selain itu adanya “eee” ketika podcaster wanita berbicara juga seolah meniru kebiasaan manusia ketika sedang berpikir apa yang akan dikatakan, atau kegagapan ketika cemas. Siniar ini juga sangat komunikatif dan menyenangkan karena menyajikan isi artikel dengan model komunikasi dua arah kepada pendengar. sehingga, adanya siniar audio untuk artikel ini memudahkan mahasiswa yang orientasi belajarnya audio-visual untuk memahami materi pembelajaran.
menurut saya teks ini jelas dan runtut, menjelaskan instrumen penelitian dari pengertian hingga cara penyusunannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Analogi dan penjelasannya terasa alami, menunjukkan pemahaman mendalam sekaligus membuat materi ini menarik dan bermanfaat bagi pembaca.
Kehadiran siniar atau podcast yang membahas materi ini juga sangat membantu, karena penjelasan lewat audio membuat pembaca lebih mudah memahami isi dan maknanya secara praktis serta terasa lebih hidup.
Sinar audio yang Bapak sajikan sangat bermanfaat. Penjelasannya jelas, runtut, dan disampaikan dengan gaya yang menarik sehingga mudah dipahami. Pembahasan tentang pengertian instrumen penelitian dan jenis-jenisnya memberi gambaran yang baik. Analogi instrumen seperti pancaindra sangat membantu dalam saya dalam memahami konsepnya. Secara keseluruhan, audio ini sangat informatif dan berguna sebagai bahan pembelajaran tentang metode penelitian
Terima kasih banyak kepada Bapak atas penyampaian materi yang luar biasa. Saya, mewakili Kelompok 4 GTBI-NS-048, merasa sangat terbantu dengan penjelasan yang Bapak sampaikan.
Materi yang membahas tentang sampel, teknik sampling, pengumpulan data, dan penganalisisan data disusun dengan sangat rapi dan mudah dipahami. Artikel ini sangat informatif dan relevan bagi kami sebagai mahasiswa yang sedang mendalami metodologi penelitian.
Selain itu, adanya tambahan audio dalam penyampaian materi memberikan nilai lebih. Suara yang jernih dan penyampaian yang jelas membuat kami semakin mudah memahami isi materi secara menyeluruh.
Terima kasih banyak, Pak, tulisannya sangat menarik dan mudah dipahami. Penjelasan Bapak tentang instrumen penelitian lengkap banget, dari pengertian, jenis, sampai cara penyusunannya. Saya jadi lebih paham pentingnya instrumen dalam ngumpulin data penelitian.
Contoh-contoh yang Bapak gunakan juga membantu banget buat saya bayangin penerapannya di penelitian nanti. Sekali lagi terima kasih, Pak, tulisannya benar-benar bermanfaat, Pak
Saya Eza Oktaviany, perwakilan kelompok 1 (GTBI-NS-048). Menurut saya artikel ini jelas dari segi informasi dan mudah dipahami, mulai dari pengertian, jenis-jenis, hingga proses penyusunan instrumen penelitian. Untuk siniar Audio informasi yang diberikan menarik dan menggunakan bahasa yang santai, sehingga apa yang disampaikan itu dapat dipahami dengan jelas.
Terima kasih Bapak, setelah saya membaca Tulisan ini sangat komprehensif dan membuka wawasan saya tentang pentingnya instrumen dalam penelitian. Sebagai mahasiswa, saya jadi lebih paham bahwa instrumen penelitian bukan sekadar alat untuk mengumpulkan data, tetapi harus dirancang secara sistematis dan memenuhi syarat-syarat seperti validitas, reliabilitas, dan objektivitas. Penjelasan tentang perbedaan antara instrumen kuantitatif dan kualitatif juga sangat membantu, terutama terkait jenis-jenis instrumen seperti tes, angket, observasi, wawancara, dokumentasi, hingga skala pengukuran sikap. Saya juga baru menyadari bahwa penyusunan instrumen itu tidak bisa sembarangan, harus melewati tahap perencanaan, penyusunan draf, uji kelayakan, dan perevisian. Hal ini menunjukkan bahwa proses instrumentasi adalah bagian penting dari keseluruhan proses penelitian. Penjelasan mengenai perbedaan instrumen standar dan nonstandar juga memperkaya pemahaman saya sebagai mahasiswa dalam memilih dan menggunakan instrumen yang tepat. Selain itu, penekanan bahwa instrumen harus dilampirkan dalam laporan penelitian membuat saya sadar pentingnya dokumentasi dan transparansi dalam penelitian ilmiah. Secara keseluruhan, materi ini sangat bermanfaat bagi saya sebagai bekal untuk menyusun Tesis atau penelitian di masa depan.
Terima kasih Bapak atas ilmunya yang sangat berharga. Siniar audio yang disajikan sangat membantu pendengar memahami pentingnya pengujian dan perevisian instrumen penelitian. Suaranya jelas dan penjelasannya runtut, sehingga mudah diikuti. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengujian kelayakan dilakukan agar instrumen penelitian memenuhi syarat validitas, reliabilitas, dan praktibilitas. Tes objektif diuji coba kepada siswa yang setara dengan sampel penelitian untuk menentukan butir soal yang layak, sedangkan tes esai, unjuk kerja, dan instrumen nontes perlu divalidasi oleh pakar di bidangnya. Setelah uji coba atau validasi dilakukan, peneliti harus merevisi instrumen agar sesuai dengan hasil penilaian. Bagi mahasiswa, materi ini sangat penting karena membantu memahami langkah-langkah membuat instrumen yang baik, sehingga penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Siniar audio ini mengumpas tuntas tentang instrumen penelitian. Isinya sangat lengkap dan sistematis. Pembahasan diawali dengan pengertian instrumen, jenis-jenis, bagaimana cara menyusun dan uraian alasan instrumen sangat penting dalam penelitian. Selain itu yang tidak kalah penting adalah pendeskripsian syarat instrumen penelitian yang terdiri dari validitas, reliabelitas, dan praktibilitas.
Ada 19 tanggapan pembaca yang ikut dibahas dalam seniar audio ini. Materi dan komentar pembaca dibahas secara detail. Dihubungkan satu sama lain secara sempurna sehingga mudah dipahami. Kuantitas penyajian materi sangat sesuai dengan kebutuhan pembaca. Jadi, Kualitas siniar audio tidak diragukan lagi. Terima kasih, Pak.
Setelah membaca tulisan mengenai “Instrumen Penelitian dan Jenis-jenisnya”, pemahaman saya menjadi lebih terstruktur mengenai betapa krusialnya peran instrumen yang valid dan reliabel sebagai fondasi dalam mengumpulkan data. Artikel ini dengan jelas membedakan karakteristik instrumen untuk pendekatan kualitatif (seperti pedoman wawancara) dan kuantitatif (seperti kuesioner tertutup), yang sangat membantu dalam memilih tools yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian.
Penjelasan mengenai tahap perencanaan, penyusunan, hingga pengujian validitas dan reliabilitas merupakan insight yang paling berharga. Hal ini mengingatkan kita bahwa instrumen yang baik tidak dibuat secara instan, tetapi melalui proses iteratif yang matang untuk memastikan keakuratan data yang dihasilkan.
Terima kasih kepada bapak, ilmunya sangat aplikatif dan menjadi panduan awal yang tepat bagi saya, khususnya dalam menyusun instrument untuk penelitian skripsi nanti.
Menurut saya penjelasan bapak mudah dipahami, saya jadi mengerti mengenai instrumen penelitian, beserta jenis-jenisnya sehingga mudah dipahami sehingga memudahkan saya menyusun proposal penelitian
Setelah mendengarkan penjelasan isi artikel melalui sinar audio, saya merasa terbantu sekali dalam memahami penjelasan tentang sampel, teknik sampling, dan cara pengumpulan serta analisis data. Suaranya jelas dan intonasinya pas, jadi penjelasannya terasa lebih ringan dan mudah diikuti. Terima kasih Bapak atas kemudahan penjelasan yang diberikan.
Materi yang bapak sampaikan sangat membantu dalam memahami posisi penting instrumen penelitian sebagai penentu kualitas data dan validitas hasil penelitian. Penjelasan bapak mengenai perbedaan instrumen kuantitatif dan kualitatif juga memperjelas bahwa setiap jenis penelitian memiliki karakteristik alat ukur yang berbeda. Selain itu, uraian tentang proses instrumentasi menegaskan pentingnya uji validitas, reliabilitas, dan kolaborasi antarpeneliti dalam memastikan instrumen layak digunakan. Secara keseluruhan, tulisan ini memperkaya pemahaman mahasiswa tentang bagaimana merancang instrumen yang ilmiah, praktis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis.
Setelah membaca tulisan di atas, saya semakin memahami pentingnya penyusunan instrumen dalam sebuah penelitian. Instrumen berperan sebagai pijakan utama dalam pelaksanaan penelitian karena menentukan tingkat keabsahan data yang diperoleh. Dalam menyusun instrumen, peneliti perlu terlebih dahulu menentukan jenis penelitian yang digunakan, apakah bersifat kuantitatif yang berfokus pada data numerik atau hitungan atau kualitatif, yang menekankan pada makna, pengalaman, dan fenomena sosial. Tulisan tersebut juga menjelaskan berbagai bentuk instrumen penelitian, sehingga saya lebih memahami alternatif yang dapat digunakan, seperti tes, angket atau kuesioner, pedoman observasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi, dan skala pengukuran. Dengan memahami keenam jenis instrumen tersebut, peneliti dapat menentukan instrumen yang paling tepat sesuai dengan tujuan dan pendekatan penelitiannya. Oleh karena itu, materi yang disampaikan oleh Bapak sangat menarik dan menambah wawasan saya dalam menentukan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian saya ke depan.
Setelah saya mendengar siniar audionya, saya lebih mudah memahami mengenai instrumen penelitian karena penjelasannya jelas, runtut, dan disampaikan dengan gaya yang menarik sehingga mudah dipahami. Pembahasan tentang pengertian instrumen penelitian dan jenis-jenisnya memberi gambaran yang baik. Analogi instrumen seperti pancaindra sangat membantu dalam saya dalam memahami konsepnya.
Menurut saya, dengan mendengar kan siniar audio membuat kita lebih cepat paham karna cara penyampaian topik ilmiah yang biasanya berat jadi terasa ringan dan mudah untuk di ingat. Suaranya juga enak didengar, jadi tidak gampang untuk bosan saat mendengar nya.