A. Pengantar
Salah satu unsur penting dalam penelitian adalah variabel. Atau, istilah lengkapnya adalah variabel penelitian. Konsep variabel juga cenderung digunakan untuk menetapkan batasan kelayakan penelitian sesuai dengan jenjang akademik. Misalnya, jumlah variabel yang diteliti untuk jenjang S-1 berbeda dengan S-2, dan berbeda pula dengan S-3. Sebagai contoh, pernah ada ketentuan di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNP bahwa untuk mahasiswa D-3, diperbolehkan meneliti tentang 1 variabel, S-1 minimal 2 variabel. Di jenjang berikutnya, ada ketentuan untuk pendidikan profesi (PPG) adalah PTK (2 variabel terikat dan 1 variabel bebas) serta berjenis penelitian mixing method atau perpaduan antara kualitatif dan kuantitatif, sedangkan S-2 minimal 3 variabel, dan seterusnya.
B. Pembahasan
1. Konsep Dasar Variabel
Secara singkat, dapat diajukan rumusan bahwa variabel adalah suatu konstruk yang memiliki karakteristik utuh, terukur, namun nilainya dapat berubah antarsubjek maupun antarwaktu. Sementara itu, konstruk bersifat umum, tidak berubah nilainya, dan belum terukur. Contohnya, keterampilan menulis teks berita adalah sebuah konstruk. Sebaliknya, keterampilan menulis teks berita siswa kelas VII SMP X adalah sebuah variabel penelitian. Eksistensi keterampilan menulis teks berita relatif menetap. Namun, eksistensi keterampilan menulis teks berita siswa kelas VII SMP X tidak menetap. Mungkin, hasil penelitian tentang hal itu pada tahun 2024 akan berbeda dengan hasil penelitian tahun 2025, atau keterampilan menulis teks berita siswa kelas VII SMP X akan berbeda dengan keterampilan menulis berita siswa kelas VII SMP Y.
Variabel penelitian dapat dijumpai pada seluruh jenis penelitian, baik kuantitatif, kualitatif, maupun mixing method seperti dalam penelitian pengembangan (R&D) dan penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian kuantitatif, variabel adalah sesuatu yang diukur, dihitung, dan dianalisis secara numerik. Kembali ke contoh, keterampilan menulis teks berita siswa kelas VII SMP X adalah suatu variabel dalam penelitian kuantitatif. Sebab, data tentang variabel itu pasti bersifat numerik, misalnya skor yang kemudian dikonversi menjadi nilai, misalnya nilai keterampilan menulis teks berita siswa kelas VII SMP X. Sebaliknya, nilai-nilai religius dalam novel “Cantik Itu Luka” karya Eka Kurniawan adalah variabel dalam penelitian kualitatif sebab data atas variabel tersebut non-numerik. Oleh sebab itu, peneliti kualitatif cenderung tidak menggunakan istilah variabel penelitian. Istilah variabel dalam konteks penelitian kualitatif diganti dengan fenomena, kategori atau tema, dan fokus penelitian. Unsur rumusan masalah dalam penelitian kualitatif juga cenderung tidak dipakai, yang dipakai adalah pertanyaan penelitian. Hal ini akan dibahas pada sesi lain.
Keberadaan variabel penelitian sangat penting. Tentu saja, penetapan variabel kembali didasarkan atas rumusan masalah penelitian. Jika diurutkan, ada dua belas rentetan aspek penelitian yang harus dikuasai dan dipertanggungjawabkan oleh peneliti. Kedua belas rentetan tersebut adalah: (1) apa rumusan masalahnya, (2) apa variabel penelitiannya, (3) apa teori utama yang digunakan tentang variabel tersebut, (4) apa datanya, (5) apa alat pengumpulan datanya (instrumen penelitian), (6) apa indikatornya, (7) bagaimana proses instrumentasinya, (8) apa sumber datanya, (9) siapa subjek penelitiannya, (10) bagaimana teknik pengumpulan datanya, (11) apa bukti datanya, dan (12) bagaimana teknik penganalisisan datanya. Mudah-mudahan, pembaca tidak mumet atas kompleksitas rentetan tersebut.
Untuk mempermudah gambaran atas dua belas rentetan kegiatan dan pelaporan hasil penelitian, ditampilkan contoh rumusan masalah hingga rentetan terakhir (ke-12). Dimulai dalam paragraf ini, rentetan pertama, yaitu rumusan masalah penelitian. Misalnya, rumusannya adalah “Bagaimana kualifikasi tingkat rata-rata keterampilan menulis teks biografi siswa kelas VIII SMP X yang diajar menggunakan model PjBL.” Itu adalah rumusan masalahnya.
Rentetan kedua, penetapan variabel penelitian. Sesuai dengan rumusan masalah, salah satu variabel utama dalam penelitian itu adalah keterampilan menulis teks biografi siswa kelas VIII SMP X yang diajar menggunakan model PjBL. Itu adalah variabel penelitiannya.
Rentetan ketiga, penetapan teori yang digunakan. Tentunya, teori tersebut adalah tentang keterampilan menulis teks biografi. Misalnya, berdasarkan beberapa teori, ditetapkan bahwa teori utama yang digunakan adalah teori yang dikemukakan oleh Sabarbana (2025).
Rentetan keempat, penetapan data penelitian atas variabel tersebut. Tentu saja, datanya adalah skor tes keterampilan menulis teks biografi. Dalam pendeskripsian di Bab IV misalnya, skor tersebut akan dikonversi menjadi nilai. Skor atau nilai itulah data penelitiannya.
Rentetan kelima adalah penetapan alat pengumpul data atau lazim disebut instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes unjuk kerja keterampilan menulis teks biografi. Itu adalah instrumen penelitiannya.
Rentetan keenam adalah penetapan indikator pengukuran. Indikator pengukuran (dalam hal ini tes unjuk kerja menulis teks biografi) hendaknya sesuai dengan teori yang ditetapkan. Misalnya, ditetapkan indikatornya adalah terampil mengembangkan: (1) struktur teks, (2) unsur teks, dan (3) isi teks biografi, serta (4) menerapkan kaidah EYD. Keempat hal itu disebut sebagai indikator pengukuran.
Rentetan ketujuh adalah adalah proses instrumentasinya. Dengan kata lain, proses pemanfaatan instrumen yang tepat, layak, dan operasional (valid, reliabel, dan operasional). Misalnya, dimulai dari penyusunan draf instrumen, perevisian, validasi instrumen, hingga akhirnya kembali diadakan perevisian hingga instrumen layak digunakan sebagai alat pengumpulan data. Itu adalah instrumentasi penelitian.
Rentetan kedelapan adalah penetapan sumber data. Sumber data, sesuai dengan variabel yang dikemukakan tadi, adalah hasil pengerjaan tes unjuk kerja menulis teks biografi yang berupa lembaran-lembaran kertas karya teks biografi siswa kelas VIII SMP X yang terpilih sebagai sampel penelitian. Itu adalah sumber datanya.
Rentetan kesembilan adalah penetapan subjek penelitian. Sesuai dengan rentetan sebelumnya, subjek penelitiannya adalah siswa-siswa kelas VIII SMP X yang ditetapkan sebagai sampel penelitian. Itu adalah subjek penelitiannya.
Rentetan kesepuluh adalah penetapan teknik pengumpulan datanya. Relevan dengan jenis instrumen yang digunakan, pengumpulan datanya melalui teknik langsung, yaitu penyebaran tes unjuk kerja keterampilan menulis teks biografi. Itu adalah teknik pengumpulan datanya.
Rentetan kesebelas adalah penetapan bukti data. Bukti data, berupa lembaran-lembaran jawaban tes keterampilan menulis teks biografi sampel penelitian. Untuk menampilkan bukti tersebut, beberapa hasil karya siswa anggota sampel penelitian (misalnya 2 mewakili skor tinggi, 2 mewakili skor sedang, dan 2 mewakili skor rendah) dicantumkan pada lampiran. Bukti data dapat ditambah, misalnya dengan foto-foto hasil dokumentasi pelaksanaan tes (bahkan pelaksanaan eksperimen secara umum). Jadi, salah satu lampiran dalam tesis atau laporan penelitian adalah bukti data penelitian.
Rentetan kedua belas atau yang terakhir adalah penetapan teknik penganalisisan data. Hal ini dicantumkan dalam Bab III. Dalam penelitian kuantitaif, rentetan penganalisisan datanya pada umumnya adalah: (1) pengabsahan data, (2) pemberian skor, (3) pengubahan atau pengonversian skor menjadi nilai, (4) pengklasifikasian nilai, (5) pendeskripsian data, (6) pengujian prasyarat analisis data, (7) penganalisisan data secara statistika, dan (8) pengujian hipotesis. Hal ini juga akan dibahas pada sesi lain. Langkah-langkah (1) s.d. (8) itulah yang disebut penganalisisan data.
2. Nama atau Jenis Variabel Penelitian
Berdasarkan pelacakan teori, dirumuskan adanya enam jenis variabel. Namun, relevan dengan kecenderungan penulisan tesis, hanya dibahas lima jenis variabel. Kelima jenis variabel tersebut adalah: (1) variabel bebas, (2) terikat, (3) moderator, (4) mediator, dan (5) kontrol.
Jenis atau nama variabel yang pertama adalah variabel bebas. Lazim juga, diberi nama variabel independen dan diberi label X. Variabel bebas adalah suatu konstruk yang terukur, utuh, namun nilainya dapat berubah antarsubjek maupun antarwaktu dan diprediksi secara teoretis keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain, bahkan diprediksi juga akan mempengaruhi variabel lain. Misalnya, dalam judul Pengaruh Model PjBL terhadap ….” Maka, model PjBL atau lengkapnya penerapan model PjBL adalah variabel bebas (X).
Jenis atau nama variabel yang kedua adalah variabel terikat. Lazim juga, diberi nama variabel dependen dan diberi label Y. Variabel terikat juga merupakan suatu konstruk yang terukur, utuh, namun nilainya dapat berubah antarsubjek maupun antarwaktu dan diprediksi secara teoretis keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lain. Misalnya, dalam judul Pengaruh Model PjBL terhadap Keterampilan Menulis Teks Cerpen….” Maka, model PjBL atau lengkapnya penerapan model PjBL adalah variabel bebas (X) sedangkan keterampilan menulis teks cerpen ….” adalah variabel terikat (Y).
Jenis atau nama variabel yang ketiga adalah variabel moderator. Lazim juga, diberi nama variabel moderasi dan diberi label Zmod. Variabel moderator juga merupakan suatu konstruk yang terukur, utuh, namun nilainya dapat berubah antarsubjek maupun antarwaktu dan diprediksi secara teoretis keberadaannya memoderasi variabel terikat. Misalnya, dalam judul Pengaruh Model PjBL terhadap Keterampilan Menulis Teks Cerpen yang Dimoderasi oleh Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif….” Maka, model PjBL atau lengkapnya penerapan model PjBL adalah variabel bebas (X) sedangkan keterampilan menulis teks cerpen ….” adalah variabel terikat, dan keterampilan berpikir kreatif adalah variabel moderator (Zmod). Ide pokok dalam judul tersebut menyiratkan bahwa penerapan model PjBL bagi siswa yang tingkat berpikir kreatifnya tinggi akan berdampak terhadap semakin tingginya keterampilan menulis teks cerpennya. Sebaliknya, penerapan PjBL bagi siswa yang tingkat keterampilan berpikir kreatifnya rendah tidak akan berdampak secara signifikan terhadap tingginya tingkat keterampilan menulis teks cerpennya. Formula statistik yang lazim digunakan adalah analisis moderasi (moderated regression analysis, atau MRA).
Jenis atau nama variabel yang keempat adalah variabel mediator (harap berhati-hati, mediator itu berbeda dengan moderator). Lazim juga, diberi nama variabel antara dan diberi label Zmed (berbeda dengan Zmod). Variabel mediator juga merupakan suatu konstruk yang terukur, utuh, namun nilainya dapat berubah antarsubjek maupun antarwaktu dan diprediksi secara teoretis keberadaannya memediasi keberadaan variabel bebas dan terikat. Misalnya, dalam judul Pengaruh Model PjBL terhadap Keterampilan Menulis Teks Cerpen yang Dimediasi oleh Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif….” Maka, model PjBL atau lengkapnya penerapan model PjBL adalah variabel bebas (X) sedangkan keterampilan menulis teks cerpen ….” adalah variabel terikat, dan keterampilan berpikir kreatif adalah variabel mediasi (Zmed). Ide pokok dalam judul tersebut menyiratkan bahwa penerapan model PjBL akan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat keterampilan berpikir kreatif serta tingkat keterampilan berpikir kreatif akan berpengaruh secara positif dan signifikan pula terhadap keterampilan menulis teks cerpen siswa. Jadi, keterampilan berpikir kreatif merupakan perantara bagi penerapan model PjBL dan keterampilan menulis teks cerpen. Formula-formula statistik yang lazim digunakan ada tiga pilihan, yaitu: (1) Persamaan Regresi (Baron & Kenny), (2) Uji Mediasi (Sobel Test), dan (3) Bootstrapping.
Jenis atau nama variabel yang kelima adalah variabel kontrol. Lazim juga, diberi nama variabel covariat, disingkat C. Variabel kontrol juga merupakan suatu konstruk yang terukur, utuh, namun nilainya dapat berubah antarsubjek maupun antarwaktu dan diprediksi secara teoretis keberadaannya menghilangkan/meniadakan pengaruh tertentu dalam suatu penelitian eksperimen. Tipe penelitian eksperimen yang menyertakan variabel kontrol merupakan tipe yang mendominasi penyusunan tesis S-2 Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra FBS UNP. Misalnya, dalam judul Pengaruh Model PjBL dan Minat Baca Cerpen terhadap Keterampilan Menulis Teks Cerpen ….” Mohon maaf, sebenarnya judul tersebut cenderung taksa atau ambigu sebab diksi dan dapat mengisyaratkan bahwa penelitian tersebut memiliki dua variabel bebas (penerapan model PjBL, dapat dilambangkan dengan X1) dan minat baca cerpen sebagai variabel bebas ke-2 atau X2. Mungkin, penggunaan dan dimaksudkan agar judul tesis tidak terlalu panjang. Sebab, jika minat baca cerpen ditetapkan sebagai variabel kontrol, judul seharusnya adalah Pengaruh Model PjBL yang Dikontrol oleh Variabel Minat Baca Cerpen terhadap Keterampilan Menulis Teks Cerpen ….“ Ide utama penggunaan variabel kontrol sesuai dengan contoh judul adalah baik siswa yang memiliki minat baca cerpen tinggi, sedang, maupun rendah akan terpengaruh oleh penerapan model PjBl. Rumusan lainnya, tidak ada interaksi antara minat baca cerpen dengan penerapan model PjBL dan keterampilan menulis teks cerpen. Formula statistik yang lazim digunakan adalah Analisis Regresi dengan Variabel Kontrol atau ANCOVA (Analysis of Covariance).
C. Penutup
Pemahaman serta penetapan jenis dan jumlah variabel penelitian merupakan sesuatu yang vital. Kesalahan dalam menetapkan jumlah dan jenis variabel akan berakibat fatal. Mungkin, penelitian dilaksanakan serta diselesaikan tidak tepat waktu, memerlukan waktu yang lama dan tidak sesuai dengan jadwal penelitian, atau bahkan mungkin tidak dapat diselesaikan. Pengalaman peneliti, pernah melakukan penelitian tentang upacara adat punen simamatei atau upacara adat kematian di kalangan masyarakat tradisional Mentawai. Selama dua minggu di lokasi penelitian, ternyata tidak ada peristiwa kematian. Akhirnya, pengumpulan data ditunda dan kembali ke lapangan ketika memperoleh informasi adanya upacara kematian di Siberut. Itu pun harus dengan cepat, menggunakan speed boat yang disewa relatif mahal.
Relevan dengan analogi tentang penelitian sebelumnya, rumusan masalah adalah jantung penelitian, kajian literatur merupakan otak (kepala) penelitian, sedangkan variabel adalah darah penelitian. Tanpa darah, penelitian akan terhenti. Kualitas darah yang tidak baik (kualitas plasma darah, sel-sel darah, dan trombosit) akan membuat jantung bermasalah, penelitian tidak lancar, penyelesaiannya tidak tepat waktu, atau bahkan mungkin terbengkalai.
32 comments
Pagi-pagi nambah ilmu lagi setelah baca ini. Penjelasannya singkat tapi sangat komprehensif Pak..
mengenai konsep dasar variabel dan jenis-jenisnya, saya menangkap bahwa variabel dalam penelitian tidak hanya sekadar “apa yang diukur”, tetapi juga memiliki posisi yang menentukan arah penelitian, mulai dari perumusan masalah hingga analisis data. Penjelasan tentang dua belas rentetan aspek penelitian juga membantu saya memahami bahwa setiap langkah harus runtut dan tidak bisa dilepaskan satu sama lain.
Terkait variabel moderator dan mediator, apakah ada indikator praktis bagi pemula seperti saya agar tidak salah menempatkan suatu konstruk sebagai moderator atau mediator?mohon pencerahannya pak
Terima kasih, pertanyaan yang menarik sekaligus memerlukan jawaban panjang. Permasalahannya bukan pada penentuan indikator. Penetapan apakah sebuah penelitian memanfaatkan variabel Zmo (moderator) atau Zme (mediator) adalah didasarkan kajian teori yang sahih: apakah “sesuatu” merupakan mediator atau moderator. Contoh 1: aktivitas sanggar kesastraan – minat baca cerpen – keterampilan menulis cerpen. Berdasarkan kajian teori, aktivitas kesastraan mempengaruhi minat baca, dan minat baca mempengaruhi keterampilan menulis cerpen. Jadi, minat baca merupakan variabel mediator. Dalam saran, peneliti dapat mengajukan saran, “Untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen, kembangkanlah minat baca cerpen, dan salah satu wahana untuk meningkatkan minat baca cerpen adalah mengikuti sanggar kesastraan”. Contoh 2: model PBL, penguasaan kosakata bidang jurnalistik, keterampilan memahami teks berita. Berdasarkan kajian teori, model PBL mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman teks berita, sedangkan tingkat penguasaan kosakata bidang jurnalistik memoderasi efektivitas penerapan PBL: semakin tinggi penguasaan kosakata bidang jurnalistik, semakin mendukung efektivitas penerapan PBL. Jadi, penguasaan kosakata bidang jurnalistik merupakan variable moderator. Dalam saran, peneliti dapat mengajukan saran yang berfokus pada penerapan PBL: kembangkanlah model PBL untuk meningkatkan keterampilan memahami teks berita siswa serta kembangkanlah penguasaan kosakata siswa bidang jurnalistik.
Setelah membaca “Konsep Dasar tentang Variabel dan Pemberian Nama Variabel dalam Penelitian” ilmu pengetahuan saya tentang konsep dasar menentukan variabel bertambah, ternyata untuk menentukan sebuah “konsep dasar tentang variabel bukan hanya sekedar menentukan, tetapi ada nama-nama variabel yang harus kita pahami. Seperti, variabel bebas, terikat, moderator, mediator, dan kontrol. Bahkan, setiap nama variabel ini memiliki penjelasan terperinci yang sangat berguna untuk menuntun kita menulis karya ilmiah.
Mohon izin bertanya Bapak, apakah dalam menentukan variabel yang akan kita gunakan ke dalam penulisan “Tesis” khususnya, ada kiat, saran, atau tips, dalam memilih variabel, Bapak?
Terima kasih Bapak
Terima kasih, pertanyaan yang futuristik. Tentu saja, kiat-kiatnya ada. Namun, pahami juga “tesis” S2 murni dan S2 RPL konteksnya berbeda. Perbedaan yang nyata: mahasiswa S2 murni cenderung tidak punya kelas karena belum bertugas sebagai guru sedangkan mahasiswa S2 RPL dipastikan sudah punya kelas karena sudah menjadi guru. Jadi, untuk tesis S2 RPL, sebaiknya penyusunan tesis dikaitkan dengan kebermankaan tesis untuk memperbaiki PBM sekaligus meningkatkan keprofesionalan guru. Silakan pilih, sesuai dengan preferensi dan pengalaman sebelumnya di prodi kita: penelitian kuantitatif, kualitatif, atau pengembangan. Jika penelitian kuantitatif, ingat, minimal variabel yang diteliti ada tiga (misal 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat, atau 1 variabel bebas, 1 variabel terikat, 1 yang lainnya silakan pilih apakah variabel mediator, moderator, atau kontrol). Subjenis penelitian kuantitatif yang cenderung dikembangkan adalah eksperimen dan korelasional. Jika penelitian R & D, silakan tetapkan teknologi pembelajaran apa yang mau dikembangkan. Ingat, R & D juga layak untuk S1, S2, maupun S3. Oleh sebab itu, kualitas penelitiannya tidak boleh sama. Untuk S1, yang diteliti terkait dengan tiga hal: proses pengembangan, validitas, dan praktikalitas model. Untuk S2, yang diteliti terkait dengan empat hal: proses pengembangan, validitas, praktikalias, dan efektivitas model. Oleh karena itu model R & D untuk S2, mendasarkan jenis metode mixing atau campuran: ada kualitatif dan kuantitatifnya sebab untuk menguji efektivitas harus melalui eksperimen, minimal eksperimen pre-post, satu kelas. Jika memilih penelitian kualitatif, kecenderungannya adalah tipe studi kasus, berkaitan dengan pemecahan kasus khusus siswa. Sayangnya, jenis studi kasus cenderung memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan penelitian kuantitatif dan R & D.
Dulu, ketika saya masih jadi mahasiswa S1, saya hanya mengetahui dua jenis variabel di dalam penelitian, yaitu variabel X (bebas) dan Y (terikat). Saya tidak mengenal jenis variabel lainnya seperti moderator, mediator dan kontrol. Bahkan setelah menjadi guru pun, saya menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan dua jenis variabel itu. Ternyata perkembangan ilmu dan teori pendukungnya berkembang sangat pesat. Pak Dosen, bagi saya mata kuliah ini merupakan roh sebenarnya dari apa yang disebut seorang sarjana. Beranjak dari metode penelitian ini, seorang mahasiswa bisa memperoleh gelar sarjana, baik di depan atau di belakang namanya.
Menurut saya pak…., penjelasan ini lumayan lengkap, terutama pas ngebahas variabel bebas, terikat, moderator, mediator, sama kontrol. Contoh model PjBL juga bikin makin gampang paham. Dari situ saya sadar, kalau salah nentuin posisi variabel kayak minat baca, analisis bisa salah arah dan bikin penelitian kurang valid. Variabel emang kunci pentingnya penelitian.
Keberadaan variabel sangat penting dalam penelitian baik penelitian kuantitatif, kulitatif dan mixing method. Ibaratnya variabel merupakan darah dalam penelitian. Setelah membaca dan memahami 12 rentetan penelitian, saya mendapat gambaran jelas yang harus dilakukan dalam penelitian. Izin bertanya Bapak variabel yang akan kami pilih sebagai mahasiswa RPL dalam mengajukan judul tesis memang dikaitkan dengan pembelajaran di kelas Pak? Terima kasih pak
Terima kasih atas pertanyaannya. Tidak ada istilah HARUS karena itu mengekang kebebasan mimbar akademik. Yang saya nyatakan “selayaknya” atau “idealnya” karena mahasiswa S2 RPL SUDAH memiliki kelas, sebaliknya mahasiswa S2 murni BELUM memiliki kelas. Daripada susah-susah menentukan objek penelitian, sekaligus bermanfaat bagi pengembangan kualitas PBM serta keprofesionalan guru. Jika peneliti menghendaki penelitian “di luar konteks kelas”, ya silakan. Tokh, pada akhirnya mahasiswa akan bekerja sama dengan pembimbing.
Menurut saya sebagai mahasiswa, artikel ini sangat membantu untuk memahami konsep dasar variabel dalam penelitian. Penjelasannya runtut, mudah dipahami, dan memberi gambaran jelas tentang perbedaan serta fungsi setiap jenis variabel. Saya jadi lebih sadar bahwa menentukan variabel dengan tepat sangat penting agar penelitian tidak salah arah. Menurut Bapak dalam praktik penelitian mahasiswa, kesalahan paling sering terjadi di bagian penentuan variabel ataukah di teknik analisis datanya?
Setelah saya membaca mengenaj “Konsep Dasar tentang Variabel dan Pemberian Nama Variabel dalam Penelitian” ternyata variabel sangat berperan penting dalam sebuah penelitian, baik itu penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Dalam melakukan penelitian dibutuhkan 12 rentetan kegiatan dari awal merumuskan masalah, menentukan variabel, sampai pada tahap akhir teknik pengumpulan data. Selain itu, setelah membaca materi ini saya mengetahui bahwa variabel tidak hanya terbagi dua (variabel bebas dan variabel terikat), ternyata ada jenis variabel lain seperti variabel moderator, mediator, dan kontrol.
Izin bertanya pak, jika kita menggunakan penelitian kuantitatif berapa ketentuan jumlah minimal sampel yang dibutuhkan, Pak? Jika jumlah sampel ternyata kurang dari ketentuan, apakah tidak bisa digunakan untuk penelitian kuantitatif? Kemudian bagaimana penerapan variabel moderator dan mediator ini, Pak? Terima kasih, Pak.
Terima kasih. Tanggapan saya ini ditujukan kepada Ulfa Fauziyah. Tentang variabel moderator, mediator, dan kontrol sudah ditanyakan dan saya tanggapi sebelum ini. Tanggapan saya tentang ketidaklayakan anggota sampel. Memang, secara sederhana ditetapkan bahwa untuk penelitian kuantitatif, jumlah minimal sampel adalah 30 orang. Jika ternyata anggota sampel kurang dari 30 orang, tentu hal ini akan menyebabkan cacat generalisasi. Kita lacak penyebabnya: penyebabnya adalah peneliti kurang berhati-hati dalam memilih jenis penelitian. Jadi, ini berawal dari pengajuan judul yang mengarah kepada jenis dan desain penelitian yang kurang tepat dikaitkan dengan kondisi di lapangan, yaitu penelitian eksperimen. Misalnya, jumlah kelas VII di sekolah peneliti yang akan dijadikan sampel penelitian ternyata hanya 3 kelas, jumlah total siswa hanya 45 orang. Nah, seharusnya, peneliti jangan memilih jenis penelitian eksperimen karena yang menghendaki adanya kelas kontrol dan kelas perlakuan. Sebab jumlah sampel di kelas kontrol maupun perlakuan pasti masing-masing kurang dari 30 orang. Pilihlah penelitian pengembangan atau penelitian korelasional. Untuk penelitian korelasional, gunakan saja teknik total sampling, seluruh siswa dijadikan sebagai sampel penelitian.
Terima kasih, pertanyaan yang subjektif karena berdasarkan pada pengalaman (empiris) saya membimbing penyusunan tugas akhir mahasiswa (lebih dari 30 tahun). Jika hanya dua pilihan (penentuan variabel atau teknik penganalisisan data), jawaban saya adalah pada teknik penganalisisan data. Namun, sabar dulu, sebab permasalahan penganalisisan data BELUM diunggah di platform ini. Insya Allah SEGERA diunggah. Sebenarnya, permasalahan yang paling krusial dalam pelaporan penelitian (baik dalam bentuk skripsi, tesis, maupun disertasi), sesuai dengan pengalaman pribadi saya, justru terletak pada PENGGUNAAN BAHASANYA.: mahasiswa belum mampu menggunakan bahasa ilmiah yang punya ragam khas, yaitu kebakuan (diksi, frase, klausa, kalimat, hingga paragraf). Jadi, diperlukan keterampilan khusus untuk menggunakan bahasa ragam karya ilmiah. Intimya, kualitas dan kuantitas latihan.
Setelah membaca artikel yang Bapak tulis, artikel ini memberikan penjelasan yang komprehensif dan mudah dicerna tentang variabel penelitian, mulai dari konsep dasar hingga jenis-jenisnya. Artikel ini diawali dengan pengantar yang relevan, dilanjutkan dengan pembahasan mendalam mengenai konsep dasar variabel, dan diakhiri dengan penjelasan tentang jenis-jenis variabel. Penggunaan contoh-contoh spesifik, seperti “keterampilan menulis teks berita siswa kelas VII SMP X,” sangat membantu untuk membedakan antara konstruk dan variabel. Bapak juga memberikan contoh nyata untuk setiap jenis variabel (bebas, terikat, moderator, mediator, dan kontrol) yang membuat konsep abstrak menjadi lebih konkret.
Namun, ada beberapa aspek yang bisa diperjelas atau dikembangkan lebih lanjut seperti pembedaan Kualitatif dan Kuantitatif: Bapak menyebutkan bahwa peneliti kualitatif cenderung tidak menggunakan istilah variabel, melainkan “fenomena,” “kategori,” atau “fokus penelitian.” Penjelasan ini bisa diperdalam lagi untuk memberikan pemahaman yang lebih kaya. Misalnya, mengapa pendekatan kualitatif menghindari istilah “variabel”? Ini akan membantu pembaca memahami perbedaan mendasar antara kedua metodologi tersebut secara lebih mendalam.
Terimakasih ilmu yang telah di berikan dalam bentuk penjelasan yang sangat lengkapnya bapak. Menurut saya mengenai konsep dasar variabel dan jenis jenisnya saya mengambil beberapa kesimpulan bahwa penetapan jenis dan jumlah variabel penelitian merupakan sesuatu yang vital. Jika salah dalam menetapkan jumlah dan jenis variabel akan mengakibatkan fatal. Ada beberapa hal penelitian dilaksanakan dan di selesaikan tidak tepat waktu dikarenakan memerlukan waktu yang lama dan tidak sesuai dengan jadwal yang telah di tentukan, atau bahkan mungkin tidak dapat terselesaikan. Dan rumusan masalah dalam sebuah penelitian merupakan jantung dalam sebuah penelitian. Dan kajian literatur merupakan otak (kepala) dalam penelitian. Sedangkan variabel adalah darah dalam penelitian. Tanpa darah penelitian akan terhenti.
Terima kasih penjelasannya yang menurut saya, layaknya dijelaskan secara struktural, Bapak menggunakan bahasa yang sederhana, padahal aslinya Bapak bisa mengggunakan bahasa yang lebih ruwet dari ini. Karena tujuannya agar kami yang sebagian besar belum paham/ awam dengan Konsep Dasar Variabel ini sedikit tidak mulai lebih familiar dengan istilah dan penjelasannya. Terima kasih, Pak.
Pemahaman konsep dasar tentang variabel yang Bapak jelaskan melalui materi di atas lebih membuka wawasan berpikir yang selama ini masih sering tumpang tindih tentang variabel penelitian. Di sini juga lebih dijelaskan bagaimana kedudukan variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dengan adanya 12 aspek yang harus dikuasai oleh seorang peneliti seperti yang Bapak jelaskan bisa membuat saya lebih terarah dan terpandu jika nanti melakukan sebuah penelitian, dalam materi di atas juga dijelaskan berbagai jenis variabel penelitian yang selama ini saya dipahami bahwa variabel tersebut hanya berlaku satu jenis. Twrimakasih.
Luar biasa ilmu yang saya dapatkan dari membaca tentang variabel dalam penelitian di tulisan bapak ini, dimana analogi yang sebenarnya memang terlihat bahwasannya rumusan masalah adalah jantung penelitian, kajian literatur merupakan otak (kepala) penelitian, sedangkan variabel adalah darah penelitian. Tanpa darah, penelitian akan terhenti. Kualitas darah yang tidak baik (kualitas plasma darah, sel-sel darah, dan trombosit) akan membuat jantung bermasalah, penelitian tidak lancar, penyelesaiannya tidak tepat waktu, atau bahkan mungkin terbengkalai. Semoga nanti bisa menyelesaikan tesis dengan baik sesuai dengan arahan materi yang bapak berikan.
Dengan penjelasan Bapak, menambahkan pengetahuan saya S1, dan S2 harus dengan 2 variabel.
Kelima jenis variabel tersebut adalah: (1) variabel bebas, (2) terikat, (3) moderator, (4) mediator, dan (5) kontrol. kelima variabel yang bapak utarakan, menambah ilmu, mendapat wawasan baru bagi saya. Dengan materi ini, menjadi pengatahuan baru bagi saya, dan membuat saya memahami materi ini yaitu variabel.
Penjelasan bapak sangat menarik dan mudah dipahami pak. Penetapan jenis dan jumlah variabel penelitian ternyata adalah hal yang sangat penting karena akan berpengaruh terhadap pelaksanaan penelitian itu sendiri. Jika salah dalam menentukan variabel, peneliti tentunya akan kesulitan dalam menyelesaikan penelitain yang dilakukan.
Tulisan ini sangat jelas dan runtut dalam menjelaskan konsep variabel penelitian, mulai dari definisi dasar, jenis-jenisnya, hingga contoh penerapannya. Tulisan ini sangat membantu saya dalam memahami jenis penelitian yang akan dipilih saat menyusun tesis nanti. Jenis – jenis penelitian kualitatif, kuantitatif dan R & D dijabarkan dengan bahasa yang jelas dan sangat mudah saya pahami dan sangat menambah wawasan saya.
Tulisan ini memberikan pemahaman yang sangat jelas mengenai pentingnya variabel dalam penelitian. Penjelasan mengenai konsep dasar variabel, perbedaan konstruk dan variabel, hingga jenis-jenis variabel seperti bebas, terikat, moderator, mediator, dan kontrol, disampaikan secara runtut dan mudah dipahami. Tulisan ini sangat menambah wawasan saya. Sebelum membaca tulisan ini saya hanya tahu bahwa hanya ada dua jenis variabel, yaitu bebas dan terikat. Uraian tentang dua belas rentetan aspek penelitian juga sangat bermanfaat sebagai panduan praktis bagi saya maupun peneliti pemula. Tulisan ini membuat pembaca lebih mudah memahami peran vital variabel dalam penelitian.
Terima kasih atas pemaparan materi yang bapak sajikan. Alhamdulilah, setelah membaca dan mamahami pemaparan materi yang bapak sajikan saya mendapat gambaran judul yang akan diajukan untuk penelitian. Izin bertanya bapak, apabila saya mengajukan penelitian dengan 3 variabel (X,Y,C) apa yang menjadi teknik sampling dan instrumen penelitian yang direkomendasikan?”
Terima kasih. Tentu tidak dapat dipastikan teknik samplingnya jika belum ditetapkan jenis dan desain peneitiannya. lazimnya, dengan adanya variabel kontrol, jenis penelitiannya adalah kuantitatif dengan desain eksperimen. Eksperimen yang layak untuk penyusunan tesis harus melibatkan dua kelas, kelas kontrol dan kelas perlakuan. Nah, baru dapat dipastikan bahwa teknik samplingnya adalah purposive sampling sebab harus ada perimbangan kemampuan antara siswa kelas kontrol dan eksperimen. Untuk nenentukan kelas mana yang dijadikan kelas kontrol dan perlakuan, pakailah ukuran kecenderungan memusat: ukur nilai rata-rata dan standar deviasinya. Jika nilai rata-rata dan standar deviasinya relatif berimbang, layak dua kelas tadi dijadikan kelas kontrol dan eksperimen.
Terima kasih atas materinya Pak.
Materi ini sangat bermanfaat bagi saya karena menyajikan perbedaan antara variabel bebas (independen), variabel terikat (dependen), variabel moderator, dan variabel kontrol. Penjelasan ini sangat penting bagi saya karena menjadi penunjuk arah agar tak salah dalam menentukan hubungan antarvariabel.
Berdasarkan paparan Bapak, saya menyimpulkan bahwa variabel dalam penelitian mesti singkron dan sistematis.
Terima kasih bapak atas ilmunya, dengan membaca tulisan bapak saya mendapat pencerahan bagaimana menentukan judul penelitian.
Dari kemarin saya bingung apa bedanya tesis dan skripsi, sekarang saya menjadi paham bahwa tesis lebih mendalam dan kompleks dari pada skripsi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah variabel yang digunakan.
Saya ingin meneliti tentang menulis cerpen dengan memanfaatkan AI, tapi itu belum saya temui di penelitian sebelumnya pak. Apakah boleh saya mengangkat masalah ini? Padahal ini sangat menarik.
Terima kasih, Sdr. Fitri. Silakan ajukan judul. Pilih, apakah penelitian pengembangan, eksperimen, kualitatif, atau korelasional. Berdasarkan informasi singkat dari Sdr., saya sarankan untuk mengadakan penelitian eksperimen. Untuk itu, silakan pilih juga, apakah mau menggunakan variabel kontrol, mediator, atau moderator. Saya juga mengembangkan aplikasi pembuat cerita, tetapi tidak saya publikasikan secara luas, takut disalahgiunakan.
Artikel ini memberikan saya penjelasan yang lengkap mengenai konsep variabel dalam penelitian, mulai dari definisi dasar (siapa subjek, apa yang diukur, kapan waktunya/ sesuatu yang bisa diamati) , jenis-jenis variabel (variabel bebas (x), variabel terikat (y), variabel moderator, variabel mediator, dan variabel kontrol), sampai ke tahapan-tahapan terkait penetapan dan analisis variabel. Artikel ini juga bermanfaat sebagai referensi dasar bagi siapa saja yang ingin memahami variabel dalam konteks penelitian akademik .
Setelah membaca artikel ini, saya berkesimpulan begitu pentingnya peneliti atau calon peneliti menguasai dua belas rentetan aspek penelitian. Bila peneliti menguasai kedua belas rentetan aspek penelitian sudah sampai pada tingkat mahir, maka penelitian akan terasa mudah dilaksanakan. Mudah-mudahan saya selaku peneliti pemula diberi kemudahan oleh-Nya untuk menguasai kedua belas rentetan aspek peneltian sampai pada tingkat memang menguasai. Aamiin
Mudah-mudahan saya selaku peneliti pemula diberi kemudahan oleh-Nya untuk menguasai dua belas rentetan aspek penelitian: rumusan masalah, variabel, teori, data, instrumen, indikator, instrumentasi, sumber data, subjek, teknik pengumpulan, bukti data, dan teknik analisis data. Sehingga penelitian yang saya lakukan dapat terarah dan menghasilkan penelitian yang terukur, sahih, reliabel, serta mampu menjawab rumusan masalah dengan tepat.
Luar biasa sekali tulisanya pak,banyak ilmu yang saya peroleh dalam sebuah penelitian terutaa dalam menulis sebuah judul tesis yang akan dibuat,namun mengapa yang sering muncul itu hanya variabel bebas terikat dan kontrol,namun moderator dan mediator jarang saya temukan dan dipakai atau mungkin larenasaya tidak tahu dan kurang paham pak..mohon pencerahannya pak..
Setelah membaca artikel yang bapak tulis, saya melihat bahwa artikel ini menyajikan penjelasan yang terstruktur mengenai konsep variabel penelitian, mulai dari definisi, perbedaan dengan konstruk, hingga jenis-jenisnya. Penggunaan contoh yang relevan, terutama dalam bidang pendidikan bahasa, membuat konsep yang abstrak menjadi lebih mudah dipahami. Secara keseluruhan, artikel ini dapat menjadi sumber referensi yang sangat berguna bagi mahasiswa dan peneliti yang ingin memperkuat pemahaman mereka tentang fondasi metodologi penelitian, khususnya dalam hal variabel. Rentetan 12 aspek dan penjelasan rinci mengenai jenis variabel adalah kerangka kerja yang akan membantu mencegah kesalahan fatal dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
Artikel yang sudah Bapak jelaskan ini sangat efektif dalam menyederhanakan konsep variabel penelitian yang rumit mneurut saya, melalui penjelasan terstruktur dan contoh yang relevan, menjadikannya panduan fundamental yang sangat berguna bagi peneliti pemula.