Melayu Tak Lagi Melayu
Melayu Tak Lagi Melayu

Melayu Tak Lagi Melayu

0 Shares
0
0
0
Negeri elok, megah membentang,
Pernah berdiri gagah di atas sejarah gemilang.
Tanah bertuah, permata di tengah samudera,
Jadi rebutan dunia karena rupa dan kaya raya.

Namun kini, lihatlah lebih dalam dan tenang,
Dari sudut kampung hingga jantung kota nan benderang.
Masihkah tampak kejayaan lama yang dibanggakan?
Ataukah semua hanya tinggal cerita dalam ingatan?

Hai, pemuda-pemuda Melayu!
Kemana semangat juang itu menghilang?
Pulau Rempang, saksi leluhur yang kita agungkan,
Kini luluh lantak ditimpa baja dan mesin berkepakan.
Katanya mau dibangun pabrik kaca besar,
Tapi siapa peduli jejak sejarah yang jadi abu dan bubar?

Lalu, ke mana Melayu?

Pulau Nipah, gerbang tanah air di utara,
Nyaris dicaplok Singapura.
Namun kita?
Hanya terpaku,
scroll layar ponsel seperti tak terjadi apa-apa.
Tak marah, tak gelisah, lalu, masih adakah Melayu di dada?

Yang lebih pilu dari sekadar kabar duka,
Pulau Rintan, Tekongsendok, Pulau Lako, Pulau Mala
Dijual murah seperti barang tak berharga.
Terang-terangan, di media sosial disiarkan dunia.
Tak ada yang menjerit, tak ada yang berdiri,
Seakan negeri ini bukan lagi warisan sendiri.

Aku pun mulai bertanya
Apakah aku yang terlalu diam dan tak peka?
Atau Melayu memang telah lama tiada?

Tapi tunggu!
Belum terlambat jika kita mau berubah,
Bangkit dari tidur panjang yang membuat lemah.
Sejarah itu warisan, bukan sekadar pajangan,
Ia harus dijaga dengan nyali, bukan sekadar kenangan!

Mari bangun kembali semangat yang dulu menyala,
Rawat bumi warisan dari ujung pesisir hingga ke rimba.
Melayu bukan sekadar darah atau kata,
Tapi jiwa, semangat, dan cinta kepada nusantara!

Siniar Audio

Citation is loading...
2 comments
  1. Puisi ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan tanah air. Penulis menyoroti kemerosotan semangat generasi muda dalam merawat sejarah dan kekayaan negeri, sekaligus menyerukan bangkitnya kesadaran dan tindakan nyata untuk melestarikan warisan Melayu. Sebelumnya izin bertanya pak, Bagaimana puisi ini menggambarkan perubahan kondisi negeri dari masa lalu ke masa kini?

  2. menurut saya, teks itu seperti tamparan halus tapi keras untuk kita semua. Penulisnya benar-benar menggambarkan bagaimana dulu tanah Melayu megah, tapi sekarang banyak warisan leluhur yang hilang karena kita sendiri kurang peduli. Contoh Pulau Rempang, Pulau Nipah, sampai pulau-pulau yang dijual murah itu bikin kita sadar kalau ternyata banyak hal besar terjadi, tapi kita cuma diam dan sibuk dengan dunia sendiri. Pesan akhirnya sangat memotifasikan kita kalau mau berusaha sebenarnya kita masih bisa bangkit dan jaga apa yang tersisa dari sejarah. Intinya, semangat Melayu itu jangan cuma jadi cerita, tapi harus hidup lagi lewat tindakan kita sekarang.)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ringkasan Komentar

Belum ada ringkasan komentar. Klik tombol untuk melihat garis besar diskusi.