Seperti yang sudah Aku janjikan, Aku sudah sampai di rumah Kakek dan Nenek, tepat pukul 07 malam. Sabtu, malam Minggu. Sesudah makan malam di rumah. Namun, ketika pamitan kepada orangtua, sudah biasa Aku berkata, “Ali ke rumah kakek ya Yah, Bu”.Tentu saja, yang Aku maksudkan adalah rumah kakek dan nenekku itu.
Setelah salat Isya berjemaah, Aku mendekati kakek yang sedang membaca di ruang tengah. Rumah sepi, televisi tidak dihidupkan. Mengetahui kedatanganku, Kakek menutup bukunya dan tersenyum.
“Bagaimana Cu? Malam ini tidak usah baca cerita tulisan Kakek ya? Kita ngobrol saja. Kan sudah banyak yang Cu baca. Lagi pula, tampaknya tidak ada yang ingin Cu keluhkan kan?”
“Emhh. Ya, Kek. Tidak ada. Tapi, … entahlah. Mungkin ada, Kek”.
“Lha. Tentang apa? Ada apa? Ada yang merisaukan Cu?”
“Tidak shi. Tapi, bisa juga. Ada yang agak Cu pikirkan. Tentang peristiwa tadi sore di rumah”.
“Lho. Kena marah Ayah atau Ibu?”
“Bukan. Tidak, Kek. Tunggu ya, tolong Kakek dengar. Tadi sore, Ali dimintai tolong Ibu untuk menyiram bunga di depan rumah. Kebetulan, Dede juga sedang rewel. Ali kerjakan permintaan Ibu. Ali sirami dengan baik bunga-bunga itu. Aman”.
Aku terdiam sejenak. Nenek datang membawa dua gelas minuman. Segelas air putih hangat untuk Kakek, segelas susu coklat-hangat untukku. Aku tersenyum kepada nenek dan mengucapkan terima kasih. Tampaknya, Nenek juga ingin gabung. Duduk di ruang tengah sambil tangannya memegang buku, tetapi buku itu masih tergenggam. Beliau belum mulai membaca.
“Ini, Nek. Cucu ganteng kita sedang bermasalah. Coba ulang, biar Nenek juga dengar. Masalahnya apa?”, tanya Kakek.
“Begini, Kek, Nek. Ketika Ali sedang menyirami bunga, lewatlah teman-teman Ali. Kakek tidak kenal mereka. Nah, teman-teman itu menertawakan Ali, Kek”.
“Apa yang mereka tertawakan”, tanya Kakek menyelidik.
“Mereka menertawakan Ali karena menyiram bunga. Kata mereka, itu pekerjaan perempuan. Tidak pantas dikerjakan anak laki-laki. Tapi, Ali hanya tertawa dan terus menyelesaikan pekerjaan menyiram bunga. Nah, sekarang Ali berpikir tentang itu, Kek. Apa benar, pekerjaan menyiram bunga itu pekerjaan perempuan?”
Kakek tertawa pelan. Nenek juga.
“Menurut Cu, apa memang begitu?”, tanya Kakek.
“Mhh. Entahlah. Kan itu yang Ali tanyakan kepada Kakek dan Nenek”.
“Cu tahu kan? Kakek sering tu … menyiram bunga. Buktinya, Kakek tidak berubah menjadi perempuan”, kata Kakek ditimpali tawa renyah. Tawa Nenek lebih keras.
“Itulah Kek. Malah Ali pernah dengar, entah kapan dan siapa yang ngomong. Kalau laki-laki mengerjakan pekerjaan perempuan seperti menyiram bunga, menyapu rumah, memasak, dan lainnya itu menyalahi …”.
Keningku berkerunyut memikirkan satu kata yang hilang-hilang timbul dalam otakku.
“Menyalahi apa hayo?”, kata Nenek malah menggoda.
“Mhhh … menyalahi oat, … drat, … Ahh. Apa itu ya?”, Aku tak menemukan kata itu.
“Hehe … maksud Cu mungkin, menyalahi kodrat”, kata Kakek sambil tersenyum.
“Ya. Ya. Ya itu, Kek. Menyalahi kodrat”, kataku. Mungkin agak keras.
“Lha, apa itu kodrat? Coba Cu jawab dulu. Pikir dengan baik, baru jawab”, kata Kakek sambil mengambil gelas dan menyeduh minuman.
Aku bingung. Pikiranku belum mampu merumuskan pengertian tentang hal-hal seperti itu.
“Bingung, Kek. Mungkin, kodrat itu pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh perempuan, tidak dikerjakan oleh laki-laki”, jawabku setelah berpikir keras.
“Mhh. Iya ya. Anak seusia Cu memang belum sanggup memikirkan hal seperti itu. Cu terlalu pintar ah. Kakek juga pusing,” kata Kakek menampilkan wajah serius, tetapi kelihatannya malah lucu. Ada senyum simpul di bibirnya. Nenek juga, mengangguk-angguk.
“Dengar ya Cu. Omongan Kakek agak panjang kali ini. Dengar dengan baik meskipun sebenarnya tidak mungkin Cu pahami keseluruhannya. Nanti, kelak ketika bertambah usia Cu, Cu akan memahami apa itu kodrat”, Kakek memandangiku serius.
“Memang, banyak yang berpendapat bahwa menyapu, menyuci, memasak, dan lainnya itu pekerjaan perempuan. Singkatnya, itu memang sudah kodrat perempuan. Namun, Kakek berpandangan lain. Coba Cu jawab. Siapa yang menyapu jalan yang dikenal dengan Pasukan Kuning di kota ini? Laki-laki atau perempuan?”, tanya Kakek.
“Laki-laki, Kek. Belum pernah Ali lihat petugas kebersihan di jalan raya itu perempuan”, kataku mengangguk-angguk.
“Jadi, berarti mereka itu menyalahi kodrat? Ya, tidak. Lihatlah di rumah-rumah makan. Di hotel-hotel. Yang memasak cenderung laki-laki. Kakek juga tahu, di rumah Cu sering Ayah dan Ibu Cu menonton acara “MasterChef Junior”. Seimbang tu, jumlah peserta anak laki-laki dan perempuan. Di rumah-rumah sakit, di hotel-hotel, yang mengerjakan pekerjaan menyuci atau laundry kan laki-laki. Karena tenaganya lebih kuat daripada perempuan”.
“Jadi, apa itu kodrat, Kek?” tanyaku mulai agak memahami persoalan.
“He he. Tu, tanya Nenek. Nenek Cu hebat tu”, kata Kakek menggoda.
“Tapi …. Psst. Itu mungkin juga kesalahan Nenek”, kata Kakek seolah berbisik namun pasti Nenek mendengar.
“Ha ….. Nenek yang salah. Maaf, apa salah Nenek?”, kata Nenek sambil mengernyitkan dahi.
“He he. Maaf, kan mungkin. Tapi gak ah. Nenek hebat. Mungkin teman-teman Nenek semasa Nenek jadi guru. Nenek kan pensiunan guru bahasa Indonesia”, kata Kakek yang membuat wajah Nenek makin mengerinyit.
Dalam hati, Aku membatin bahwa asyik juga lihat sepasang merpati tua ini bertengkar. Eh. Kok, jadi sadis pikiranku.
“Ya, ya. Nenek pensiunan guru bahasa Indonesia di SMA. Lantas, apa salah Nenek?”, kata Nenek seperti tidak mau menerima tuduhan Kakek.
“Iya, Kakek sudah minta maaf, Nek. Bukan salah Nenek. Tapi mungkin teman-teman Nenek sesama guru bahasa Indonesia”, kata Kakek sambil melipat kedua telapan tangan di depan dada tanda minta maaf.
Nenek tersenyum. Ups. Sepasang merpati sepuh ternyata tidak bersemangat untuk bertengkar.
“Begini …”, kata Kakek. Sesuai pengalaman Kakek waktu sekolah, dari SD hingga SMA ya. Nah, guru-guru sering membuat contoh-contoh yang …. Itu. Yang bias gender.” kata Kakek sambil memandangiku.
Ya, ya. Aku pun bingung. Bias gender? Apa itu.
“Maaf, pasti kata-kata Kakek terlalu tinggi buat anak seumur Cu. Nanti, Cu akan tahu tu, apa itu bias gender. Kakek contohkan, ya. Misal, guru bahasa Indonesia hampir selalu mencontohkan kalimat-kalimat seperti ini. Contohnya, kalau tentang anak laki-laki, misalnya namanya tokohnya Budi dan tokoh anak perempuan bernama Lina. Nah, contoh kalimat yang lazim adalah ‘Budi bermain bola”. Kalau Lina tokohnya, ‘Lina menyiram bunga’.
Kakek berhenti sebentar untuk melihat reaksiku. Aku pun manggut-manggut. Seingatku ya sering begitu guru-guru dalam memberikan contoh kalimat.
“Bagus, jika Cucu sudah mulai agak memahami. Jika mencontohkan kalimat majemuk, contoh yang sering diungkapkan adalah ‘Ayah membaca koran sedangkan ibu memasak di dapur’. Tidak pernah guru mencontohkan sebaliknya, seperti ‘Ayah memasak di dapur sedangkan ibu sedang membaca novel’. Apakah tidak wajar kalau Ayah memasak?”, kata Kakek sambil tangannya bergerak-gerak untuk memperjelas ucapannya.
“Untuk sementara, ya itu. Contoh bias gender. Meyakini bahwa suatu jenis pekerjaan hanya layak dikerjakan oleh jenis kelamin tertentu.
Aku mengangguk-angguk meski masih kurang memahami.
“Iya, Kek. Itu contoh-contoh yang sering diungkapkan guru. Mungkin, sesuai dengan kodrat ayah dan ibu memang berbeda”, kataku sekenanya. Namun, otakku juga semakin berpikir keras. Apa itu kodrat ya?
“Kek, Nek, kembali Ali tanya ya. Apa sebenarnya kodrat itu?”, tanyaku penuh rasa ingin tahu.
Kakek tersenyum kepada Nek. Mengangguk. Sepertinya minta bantuan kepada Nenek untuk menjelaskan apa itu kodrat.
“Ya, Cu. Kodrat itu, … ya itu. Pasti guru agama lebih pintar menjelaskan. Untuk sementara, menurut Nenek, kodrat itu apa-apa yang hanya dapat dialami oleh perempuan dan tidak dapat dialami oleh laki-laki. Atau sebaliknya. Contohnya, Ali kan sudah kelas di SMP. Sudah tahu, kan apa itu datang bulan?” tanya Nenek.
Aku tersipu. Menggangguk. Teringat peristiwa ketika kelas 5 SD. Seorang teman, perempuan di kelas ketika belajar, tiba-tiba menangis dan roknya seperti berdarah. Untung, Ibu Guru dapat menenangkan dan mengajaknya ke ruang istirahat. Ketika aku ceritakan kepada Ibu, Ibu memberikan penjelasan tentang apa itu datang bulan.
“Yess. Cu memang pintar. Nah, itu contoh kodrat perempuan. Setelah itu, perempuan juga bisa hamil atau mengandung. Selain mengandung ….”, kata-kata Nenek terpenggal karena Kakek menyela sambil tertawa.
“Tunggu. Cu, pernah Cu lihat laki-laki mengandung?”, tanyanya sambil tertawa lucu.
“Ya tidak Keeek. Ada juga Ali lihat bapak-bapak yang perutnya gede, buncit. He he he”, kataku sambil tertawa.
“Ah, Kakek ini. Ada-ada saja. Nenek lanjutkan ya. Perempuan bisa hamil atau mengandung, melahirkan, dan menyusui. Ibumu kan masih menyusui Dede, kan?”, tanya Nenek.
“Ya, Nek. Hmmm. Jadi, seperti itu ya kodrat. Terim kasih, Nek. Nenek hebat”, kataku sambil mengacungkan jempol kanan.
Nenek tersenyum.
Kakek kembali timbul usilnya.
“Cu, menurut Kakek, Kakek mau itu. …. Menyuci, memasak, atau menyiram bunga. Kakek tidak mempermasahkan hal itu. Kakek malah takut, kalau-kalau Nenek menyuruh Kakek supaya … hamil atau mengandung. Ha ha ha ….” tawa Kakek cukup keras. Nenek juga.
“Dah ya Cu. Sudah malam. Tidurlah. Jangan lupa, sikat gigi dan cuci kaki. Ingat juga ya Cu, selalu bersyukur dan berdoa sebelum tidur”, kata Nenek sambil mengulurkan tangan.
Seperti biasa, Aku raih tangan Nenek, menyalami, dan mencium punggung tangan Nenek ketika bersalaman. Hal yang sama Aku lakukan ketika menyalami Kakek.
Dengan melangkah tenang Aku menuju kamar tidur. Bersyukur. Bahagia memiliki Kakek dan Nenek yang luas wawasannya. Enak dan lancar diajak berbincang-bincang. Perasaan murung dalam kepalku menghilang. Yah. Tidak masalah kalau besok-besok aku membantu ibu menyiram bunga atau mencuci piring. Bahkan, aku juga pernah, beberapa kali membantu Ibu menanak nasi di magic com.
101 comments
Ceritanya sangat menginspirasi, karena selama ini banyak menyalahartikan persepsi tentang kodrat. Kondrat perempuan dan laki-laki adalah perbedaan biologis dan psikologis. Penting untuk diingat bahwa kodrat ini tidak menggambarkan kemampuan atau nilai seseorang menghargai kesetaraan gender dan kemungkinan perempuan dan laki-laki untuk mengejar peran dalam kehidupan.
Nama : Sania Wulandari
Nim : 23133014
GWA BI-NS-0207
ceritanya sangat menarik untuk dibaca karena disini membahas tentang kodrat. Berbicara tentang kodrat ,dalam Islam kodrat seorang wanita hanya mengandung, melahirkan, menyusui,dan mentruasi. Selain itu laki-laki juga bisa mengerjakan aktivitas wanita seperti halnya menyapu,ngepel, memasak dan lainnya. Jadi disini banyak orang yang keliru tentang kodrat.
Setelah membaca cerita ini, saya langsung teringat ketika dulu saya mempertanyakan kepada ibu saya, mengapa kakak laki-laki saya disuruh mencuci baju yang dipakaiannya sendiri setiap mandi, dan jawaban ibu saya adalah ‘mencuci bukan hanya tugas perempuan saja, laki-laki juga harus bisa mencuci pakaiannya agar terbiasa mandiri’. Jawaban ibu memang tidak secara langsung membicarakan tentang kesetaraan gender, tetapi kami seiring bertambahnya usia makin mengerti dengan didikan tersebut. Dan menurut saya, didikan kesetaraan gender ini memang baik dan perlu diajarkan tetapi masih dalam batas wajar, karena yang saya lihat disekitar saya banyak orang-orang menjadi sangat fanatik terhadap persamaan gender ini, terutama bagi perempuan yang merasa bisa melakukan segalanya dan tidak membutuhkan laki-laki di hidupnya, sehingga ia terkesan merendahkan laki-laki.
Cerita Ali dan Kodrat merupakan cerita yang sangat menginspirasi tentang kehidupan di masyarakat. Persepsi masyarakat tentang kodrat yang salah, karena seharusnya suatu pekerjaan itu bisa dilakukan oleh siapa saja baik laki-laki maupun perempuan. Pekerjaan memasak, beres-beres rumah juga bisa dikerjakan laki-laki. Banyak juga ditemukan laki-laki yang bekerja sebagai chef. Pengetahuan tentang kesetaran gender ini juga harus di ajarkan sejak dini. Agar anak anak mengerti bagaimana meletakkan kodrat yang sebenarnya.
Cerita ini sangat menginspirasi pembaca dan memperluas wawasan pembaca tentang apa itu kodrat. Dan memiliki pesan .
Cerita mengajarkan tentang sebuah kodrat wanita dan laki-laki, karena jika perempuan mengerjakan suatu pekerjaan lelaki bukak berarti kita menjadi laki-laki, begitu pun laki-laki apabila mengerjakan pekerjaan perempuan bukan berarti ia menjadi seorang perempuan.
Cerita Ali dan Kodrat merupakan cerita yang sangat menginspirasi tentang kehidupan di masyarakat. Persepsi masyarakat tentang kodrat yang salah, karena penting untuk diingat bahwa kodrat ini tidak menggambarkan kemampuan atau nilai seseorang menghargai kesetaraan gender dan kemungkinan perempuan dan laki-laki untuk mengejar peran dalam kehidupan.
REPLY
Cerita ini sangat menginspirasi pembaca, ini juga menambah wawasan pembaca tentang kodrat perempuan dan laki-laki. Jangan menggunakan kata “kodrat” jika tidak tau maknanya. Memasak, mencuci atau menyiram bunga bisa dilakukan oleh perempuan atau laki-laki, tidak ada larangan laki-laki mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Karena biasanya laki-laki kerja di luar rumah dan perempuan kerja di rumah, maka banyak orang yang mengira bahwa memasak, mencuci, menyiram bunga dan pekerjaan-pekerjaan yang sering dilakukan perempuan adalah kodratnya perempuan. Padahal pengertian kodrat tidaklah tergambar dari hal yang tersebut, kodrat adalah segala sesuatu yang hanya bisa dialami atau dilakukan perempuan dan tidak bisa dialami dan dilakukan laki-laki. Begitu sebaliknya. Sementara untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut bisa dilakukan perempuan dan laki-laki.
Cerita ini sangat menginspirasi karena mengajarkan tentang kodrat. Kodrat perempuan dan adalah perbedaan biologis dan psikologis. Penting untuk kita ingat bahwa Kodrat ini tidak menggambarkan nilai seseorang dalam menghargai kesetaraan gender.
Ceritanya sangat menginspirasi. Inti cerita dari percakapan ini adalah pengajaran kepada anak tentang konsep “kodrat” dan bias gender. Kakek dan Nenek memberikan pemahaman kepada cucu mereka bahwa pekerjaan atau peran dalam keluarga tidak harus dibatasi oleh jenis kelamin, dan bahwa kodrat sebenarnya adalah kemampuan atau pengalaman khusus yang dapat dialami oleh seseorang, seperti hamil dan melahirkan yang khusus untuk perempuan. Mereka menunjukkan bahwa pekerjaan rumah tangga, seperti menyiram bunga, bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa mengikuti stereotip gender. Itu adalah pelajaran yang baik tentang kesetaraan gender dan menghargai perbedaan.
Cerita ini mengajarkan bahwa setiap pekerjaan perempuan seperti menyiram bunga, menyapu, dan mencuci bisa dilakukan oleh laki -laki. Cerita ini juga mengajarkan tentang kesetaraan gender dan norma-norma sosial terkait pekerjaan. Melalui percakapan antara Ali, Kakek, dan Nenek, cerita ini menggambarkan bagaimana Ali mencoba memahami konsep “kodrat” dan pertanyaan-pertanyaannya mengenai peran laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan rumah tangga. Cerita ini juga menunjukkan pentingnya berbicara dan berdiskusi dengan orang yang lebih tua untuk memahami konsep dan nilai-nilai yang mendasari pandangan mereka tentang gender.
Mifta Hurisqa_nim 23016027_no urut 7
Cerita Ali dan kodrat ini sangat menginspirasi.cerita ini mengajarkan tentang sebuah kodrat wanita dan laki laki.persepsi masyrakat tentang kodrat yang salah.kodrat adalah segala sesuatu yang hanya bisa dilakukan perempuan dan tidak bisa dialami dan dilakukan laki laki.sementara pekerjaan tersebut bisa dilakukan baik perempuan maupun laki laki.pengetahuan tentang kesetaraan gendre harus sejak dini agar anak mengerti kodrat sebenarnya.
No. urut 30
Cerita tersebut sangat menginspirasi pembaca, selain itu terdapat pesan dan mengajarkan pembaca tentang kodrat dan keseteraaan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Pada umumnya, banyak masyarakat berpandangan bahwa segala pekerjaan yang dilakukan wanita, apabila dilakukan pula oleh laki-laki maka itu akan menyalahi aturan, begitu pun sebaliknya, tetapi jika dilihat dari kenyataannya, tidak ada yang salah jika suatu pekerjaan itu dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan karena bisa disesuaikan dengan kemampuan dan tenaga masing-masing. Setelah membaca cerita Ali dan kodrat ini, akan mengubah persepsi pembaca tentang apa itu kodrat pada umumnya.
cerita tersebut menceritakan tentang nenek dan kakek yang berbincang dengan cucu laki laki mereka, yang membahas tentang kodrat, pekerjaan itu bukan kodrat, kodrat adalah bawaan dari sang pencipta seperti perempuan yang melahirkan.
Nama:Tiara jayani
Nim: 23016116(simak-ns-001)
Cerita Ali dan kodrat ini sangat menginspirasi dan relate dalam kehidupan sehari-hari, karena zaman sekarang masih ada kasus seperti itu yaitu membeda-bedakan gender perihal mengerjakan tugas rumah.orang terutama
masyarakat beranggapan jika laki-laki tidak boleh mengerjakan pekerjaan rumah, dan itu hanya untuk tugas perempuan, padahal itu menurut saya seorang laki-laki tidak ada salahnya jika mengerjakan pekerjaan rumah apa lagi konteksnya membantu orang tua atau di suruh orang tua, telah kita tahu bahwa orang tua harus di patuhi, dan otomatis kita juga akan mendapatkan pahala karena telah melakukan kebaikan menolong orang tua . Cara menangulangin masalah itu sebagai orang tua bisa memberikan pendidikan mengenai hal itu sejak dini. Agar nanti anak-anak tidak merasa aneh lagi dengan hal itu
Cerita ini sangat diperlukan di masa sekarang. Terkadang, beberapa orang meremehkan perempuan. Seperti saat sekarang ini yang sering terjadi, perempuan sering diremehkan karena dia berkuliah. Dibilang ‘untuk apa berkuliah toh pada akhirnya perempuan juga harus ke dapur juga’. Pemikiran kolot seperti itu harus dihilangkan saat ini. Sejatinya, perempuan dan laki-laki memliki kodrat yang sama baik di mata Tuhan Yang Maha Esa atau dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan, tidak dipungkiri saat ini kekuatan seorang perempuan itu bisa melebihi seorang laki-laki.
Cerita ini sangat menginspirasi masyarakat pada umumnya. Karena lelaki sekarang merasa gengsi jika melakukan pekerjaan wanita. Merasa malu dan minder dan merasa tidak gentlemen dan merasa kodratnya sebagai laki- laki turun karena membantu perkerjaan wanita. Tetapi sejatinya hal tersebut jangan jadi patokan bagi laki-laki karena semua hal yang dilakukan laki- laki dan perempuan sama tidak ada bedanya. Yang membedakannya hanya gengsi masing- masing saja. Sebaiknya jangan merasa malu dan minder karena rasa malu hanya merugikan diri sendiri dan membuat diri tidak bermanfaat bagi orang lain.
Cerita di atas sangat menginspirasi, yaitu menjelaskan tentang sebuah kodrat pada manusia. Kodrat yang di miliki baik laki-laki maupun perempuan tentunya berbeda. Namun, tidak ada salahnya jika seorang laki-laki membantu perempuan mengerjakan kodratnya, seperti menyiram bunga, menyapu dan lain-lain. Dengan membantu kodrat perempuan belum tentu kodrat laki-laki akan rendah, yang penting jangan ikuti gengsi.
Cerita ini banyak mengambil pelajaran hebat dan menginspirasi buat kaum laki-laki yang katanya gengsi untuk melakukan beberapa pekerjaan rumah padahal itu bukan merupakan suatu aib. Gender sendiri dijelaskan dalam tulisan diatas bagaimana seseorang mengidentifikasi diri nya sendiri,apakah dengan mengerjakan salah satu pekerjaan rumah akan merubah gender ,tidak sama sekali. Saya mempunyai adik laki”. Sedari kecil ibu saya sudah ajarkan untuk melakukan beberapa hal kecil. Kata ibu saya agar kelak ketika ia sudah dewasa ia tidak canggung untuk membantu pekerjaan wanita atau merasa malu dengan melakukan itu.
Cerita ini sangat menginspirasi pembaca, ini juga menambah wawasan pembaca tentang kodrat perempuan dan laki-laki. Jangan menggunakan kata “kodrat” jika tidak tau maknanya. Memasak, mencuci atau menyiram bunga bisa dilakukan oleh perempuan atau laki-laki, tidak ada larangan laki-laki mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tersebut.Kakek dan Nenek memberikan pemahaman kepada cucu mereka bahwa pekerjaan atau peran dalam keluarga tidak harus dibatasi oleh jenis kelamin, dan bahwa kodrat sebenarnya adalah kemampuan atau pengalaman khusus yang dapat dialami oleh seseorang, seperti hamil dan melahirkan yang khusus untuk perempuan.
Cerita ini sangat menginspirasi pembaca, ini juga menambah wawasan pembaca tentang kodrat wanita dan laki-laki. Sejatinya, perempuan dan laki-laki memliki kodrat yang sama baik di mata Tuhan Yang Maha Esa atau dalam kehidupan bermasyarakat.
Cerita ini sangat menginspirasi terutama untuk orang tua,karena di dalam cerita memperlihatkan bagaimana cara kakek dan nenek menjawab pertanyaan Ali dengan memberikan contoh-contoh nyata.Juga di dalam cerita ini,kakek dan nenek menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan itu memilliki kodrat yang sama sehingga Ali tidak malu lagi jika membantu ibunya menyiram tanaman ataupun mencuci piring.
Septi Nurul Azmi 23129081 (BI- NS -0207) Izin berkomentar bapak, cerita ini sangat menarik yang di mana cerita ini menceritakan tentang kodrat,dari kata kodrat ini kita bisa ambil makna nya yaitu dalam sebuah pekerjaan apalagi pekerjaan di dalam rumah tangga sebenarnya ini bukan hanya di berat kan ke pada istri saja,karena sebagian itu merupakan juga bagian dari tugas suami untuk membantu istri.disini tidak perlu mengenal gengsi karena tidak mungkin kita sebagai suami memberatkan semua pekerjaan rumah kepada istri kita karena istri itu bukan pembantu suami🙏🏻
Septi Nurul Azmi 23129081 (BI- NS -0207) Izin berkomentar bapak, cerita ini sangat menarik yang di mana cerita ini menceritakan tentang kodrat,dari kata kodrat ini kita bisa ambil makna nya yaitu dalam sebuah pekerjaan apalagi pekerjaan di dalam rumah tangga sebenarnya ini bukan hanya di berat kan ke pada istri saja,karena sebagian itu merupakan juga bagian dari tugas suami untuk membantu istri.disini tidak perlu mengenal gengsi karena tidak mungkin kita sebagai suami memberatkan semua pekerjaan rumah kepada istri kita karena istri itu bukan pembantu suami🙏🏻
Rizka Nailatul Hasanah – 23020022
WAG ( BI-NS-0208 )
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh bapak dan teman-teman, saya izin menanggapi.
Saya setuju dengan pendapat teman-teman sebelumnya, dimana kodrat adalah perbedaan biologis dan psikologis, kodrat seorang wanita didalam rumah tangga memang menjadi seorang ibu rumah tangga, tapi bukan berarti seorang wanita tidak boleh bekerja keras didunia luar, dunia pendidikan. Begitu juga dengan lelaki.
Cerita ini menggambarkan betapa pentingnya pendidikan tentang kesetaraan gender dan mengatasi bias gender dalam pekerjaan. Kakek dan Nenek memberikan wawasan berharga dan kita dapat memahami konsep “kodrat” dan bahwa tidak ada pekerjaan yang hanya pantas untuk satu jenis kelamin. Menjadi terbuka terhadap pekerjaan dan peran yang beragam adalah langkah positif dalam memahami kesetaraan gender.
Dari cerita di atas kita dapat memahami,bahwa pekerjaan rumah itu pekerjaan perempuan dan bekerja mencari uang itu pekerjaan laki-laki.Karena perempuan juga bisa bekerja mencari nafkah di luar,begitupun laki-laki dapat membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Jadi tidak ada alasan bagi laki-laki untuk tidak mau membantu membereskan pekerjaan rumah,hanya dengan kalimat “Itukan pekerjaan perempuan,kodrat perempuan” ,karena sejatinya kodrat perempuan itu Datang bulan,hamil,melahirkan,menyusui.
Jadi saling bekerja sama saja dalam menjalani kehidupan
Cerita di atas sangat menginspirasi,kakek dan nenek menjelaskan kepada Ali mengenai kodrat dan bias gender ,kodrat yaitu sesuatu yang hanya dapat dialami oleh perempuan dan tidak dapat dialami oleh laki-laki. Atau sebaliknya.dari kodrat ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pekerjaan rumah tangga tidak hanya dikerjakan oleh perempuan,pemikiran yang seperti ini seharusnya dirubah ,karena suatu pekerjaan dapat diselesaikan apabila kita bekerja sama .
Nama: Anisa Dela Safira
NIM: 23134022
BI-NS-0208
Berdasarkan cerita tersebut memang perlu adanya edukasi atau pemahaman kepada masyarakat tentang konsep kodrat antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dilihat masih banyaknya kesalah pahaman terhadap apa itu kodrat, seperti halnya yang dialami oleh Ali. Dimana orang-orang disekitarnya menilai bahwa segala hal seperti memasak, menyapu, melakukan pekerjaan rumah, serta menyiram tanaman adalah tugas perempuan saja. Bukan hanya itu terkadang hal juga terjadi pada perempuan seperti kebanyakan pertanyaan pada umumnya “kenapa harus sekolah sampai perguruan tinggi padahal nantinya juga akan menikah dan mengurus rumah saja?”. Padalah seperti yang kita ketahui kodrat perempuan itu ada 4 yaitu datang bulan, mengandung atau hamil, melahirkan dan menyusui
Saya sangat suka dengan cerita Ali dan kodrat. Cerita yang sangat menginspirasi baik itu bagi anak perempuan ataupun laki-laki bahwasanya laki-laki mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, memasak, menyirami bunga dan lainnya. Hal tersebut tidak menyalahi kodrat. Mohon maaf. Menurut saya, yang menyalahi kodrat itu ketika laki-laki ingin menjadi perempuan, seperti berpenampilan perempuan dan berupaya untuk bisa hamil. Hal tersebut tidak masuk akal dan sangat menyalahi kodrat. Apalagi perempuan yang ingin seperti laki-laki. Jelas, Menurut agama Islam hal tersebut salah dan dilarang.
Dinda Afri Yanti (BI-NS-0214)
Terima kasih.
Refky Faizal_23233014 ( BI-NS-0208)
Cerita Ali dan kodrat ini sangat menginspirasi dan relate dalam kehidupan sehari-hari, karena zaman sekarang masih ada kasus seperti itu yaitu membeda-bedakan gender perihal mengerjakan tugas rumah.orang terutama
masyarakat beranggapan jika laki-laki tidak boleh mengerjakan pekerjaan rumah, dan itu hanya untuk tugas perempuan, padahal itu menurut saya seorang laki-laki tidak ada salahnya jika mengerjakan pekerjaan rumah apa lagi konteksnya membantu orang tua atau di suruh orang tua, telah kita tahu bahwa orang tua harus di patuhi, dan otomatis kita juga akan mendapatkan pahala karena telah melakukan kebaikan menolong orang tua . Cara menangulangin masalah itu sebagai orang tua bisa memberikan pendidikan mengenai hal itu sejak dini. Agar nanti anak-anak tidak merasa aneh lagi dengan hal itu
Adinda humayra putri
BI-NS-0208
Menurut saya cerita ali dan kodratnya sangat memberikan pelajaran kapada saya yang bisa saya ambil pelajaran dari cerita tersebut yaitu jangan pernah memikirkan perkataan yang tidak baik dari orang lain,fokus lah terhadap apa yang kita lakukan selama itu baik dan tidak merugikan orang lain serta Tuhan tidak melihat kita dari gender kita tetapi dari tingkat keimanan kita karena banyak masyarakat yang masih membedakan gender antara wanita dan laki laki contohnya dalam bidang sebuah pekerjaan,padahal saat ini sudah banyak wanita yang bekerja dibidang yg umumnya pekerjaan tersebut dilakukan oleh laki laki
Terimakasih pak🙏🏻
Menurut saya cerita Ali dan kodrat yang bapak tulis sangat menginspirasi. Baik untuk perempuan dan laki-laki kodratnya itu berbeda. Sebenarnya kodrat seorang perempuan itu hanya datang bulan, hamil, dan menyusui. Namun, baik perempuan maupun laki-laki dapat melakukan pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan lainnya untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, perbedaan kodrat perempuan dan laki-laki tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk membatasi peran dan kemampuan seseorang dalam masyarakat.
Cerita Ali dan Kodrat merupakan cerita yang sangat menginspirasi saya tentang kehidupan di masyarakat. Cerita ini berisi pengajaran yang diberikan kepada cucu dari kakek dan nenek yang membahas tentang kodrat,dimana pekerjaan dan peran dalam keluarga tidak harus dibatasi oleh jenis kelamin, melainkan kodrat tersebut yaitu kemampuan atau pengalaman khusus yang dapat dialami oleh seseorang.
Mulyana Difa 23134009 (BI-NS-0207)
Nama : Lesti Zebua
Nim : 23232006
GWA : BI-NS-0207
Menurut saya cerita diatas sangatlah bermotivasi karena dapat di simpulkan bahwasanya itu tidak hanya di lakukan oleh seorang perempuan tetapi juga laki². Sebab dengan dilatih seorang anak mulai sejak kecil itu akan sangat membantu anak tersebut, jika suatu saat dia pergi merantau ke tanah orang, dia yang akan mengurus dirinya sendiri baik dari makan, menyuci pakaian , menyapu tempat tinggal nya dan sebagainya, dan itu sangat penting untuk di latih karena dengan begitu dapat membantu orang – orang sekitarnya sehingga pekerjaan lebih cepat terselesaikan, tidak hanya membantu dalam keluarga, di saat nanti jg seorang anak sudah berumah tangga itu jg sangat membantu seorang istri, sehingga dapat saling melengkapi.
Fiona Putri Aryanti BI-NS-0214
23129317
Cerita nya sangat menginspirasi karena di dalam cerita tersebut memberitahu bahwa di dalam masyarakat dan keluarga kodrat laki ” Dan perempuan itu samaa
Cerita Ali dan Kodrat ini sungguh sangat menginspirasi, terutama bagi saya sendiri. Cerita ini menceritakan tentang kodrat dan bias gender. Pada dasarnya, kodrat perempuan adalah datang bulan, mengandung, melahirkan, dan menyusui. Selain dari itu seperti hal nya, membersihkan rumah, menyiram tanaman, dan lain sebagainya bukanlah sebuah kodrat. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang harus dipelajari dan dibiasakan agar dapat menjadi sosok yang mandiri, baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Teks ini sangat bagus karena mengangkat isu mengenai stereotip gender dan kodrat dalam pekerjaan. Diskusi antara Ali, Kakek, dan Nenek membuka pemahaman Ali tentang peran gender dan kodrat dalam masyarakat. Ini adalah pembelajaran yang sangat positif.
Assalamualaikum wr.wb pak
Saya Aniva Pardila dengan Nim 23133021, Nomor absen 22 BI-NS-0208
Dari cerita diatas, cerita nya sangat menginspirasi. kenapa? karena cerita diatas membahas tentang kodrat, kodrat manusia didunia ini berbeda beda. Sebagai manusia kita memiliki masing-masing kodratnya, minsalkan yang cewe kodratnya ini yg cowo kodratnya itu, bukan berarti kita tidak boleh melakukan sesuatu yang bukan kodrat kita. kita boleh melakukan apapun yang kita lakukan dan sesuatu yang kita lakukan itu bukan berarti kita kehilangan kodrat kita. Didalam islam kita juga mempunyai kodrat, seperti wanita kodratnya mengandung, melahirkan, menyusui dan menyusui. sedangkan laki laki apa? bukan berarti laki laki hanya mencari nafkah aja buat keluarga nya , laki laki juga memiliki pekerjaan seperti melakukan aktivitas wanita yaitu membersihkan rumah, memasak, dll.
jadi didunia ini kita lakukan apapun yang kita kerjakan, orang lain hanya menilai kita tidak tau apa yang sebenarnya.
Sekian pak, hanya itu tanggapan dari saya kalau ada kesalahan kata atau kalimat saya minta maaf pak, wassalamu’alaikum wr.wb
Cerita ini mengajarkan kita untuk menghargai peran yang berbeda dalam masyarakat. Setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki potensi untuk melakukan berbagai pekerjaan dengan baik. Kita harus menghindari penilaian berdasarkan jenis kelamin dan menentukan kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan tertentu.
Retno Wulandari BI-NS-0214
Nadila Kurnia Ramzan ( BI-NS-0214)
Ceritanya sangat menginspirasi, karena selama ini banyak menyoroti persepsi tentang kodrat. Kondrat perempuan dan laki-laki adalah perbedaan biologis dan psikologis.Pada dasarnya, kodrat perempuan adalah datang bulan, mengandung, melahirkan, dan menyusui. Selain itu seperti hal nya, membersihkan rumah, menyiram tanaman, dan lain sebagainya bukanlah sebuah kodrat. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang harus dipelajari dan dibiasakan agar dapat menjadi sosok yang mandiri, baik untuk laki-laki maupun perempuan.Oleh karena itu, perbedaan kodrat perempuan dan laki-laki tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk membatasi peran dan kemampuan seseorang dalam masyarakat.
THIO VALENTINO EDILY PRATAMA
23133017
BI-NS-020.
Ceritanya sangat menginspirasi. Inti cerita dari percakapan ini adalah pengajaran kepada anak tentang konsep “kodrat” dan bias gender. Kakek dan Nenek memberikan pemahaman kepada cucu mereka bahwa pekerjaan atau peran dalam keluarga tidak harus dibatasi oleh jenis kelamin.
Banyak masyarakat yang salah persepsi tentang kodrat,Padahal arti kodrat sendiri adalah sesuatu yang telah ditetapkan ALLAH SWT dan tidak dapat dirubah,seperti penempatan jenis kelamin perempuan dan laki laki.Meskipun begitu tidak ada pembatas antara pekerjaan laki laki dengan perempuan. pekerjaan itu bisa dilakukan oleh siapa saja baik laki-laki maupun perempuan. Pekerjaan memasak, beres-beres rumah juga bisa dikerjakan laki-laki. Banyak juga ditemukan laki-laki yang bekerja sebagai chef. Pengetahuan tentang kesetaran gender ini juga harus di ajarkan sejak dini. Agar anak anak mengerti bagaimana meletakkan kodrat yang sebenarnya.
Secara keseluruhan, teks cerita inspiratif Ali dan Kodrat adalah sebuah cerita yang bagus dan inspiratif. Cerita ini mengajarkan kita tentang pentingnya kerja keras, pantang menyerah, dan percaya diri. Cerita ini berisi pengajaran dimana pekerjaan dan peran dalam keluarga tidak harus dibatasi oleh jenis kelamin, melainkan kodrat.
Larrncia Oktari,SIMAK 05-NS-0118
Cerita Ali dan kodrat ini sangat menginspirasi.cerita ini mengajarkan tentang sebuah kodrat wanita dan laki laki.persepsi masyrakat tentang kodrat yang salah.kodrat adalah segala sesuatu yang hanya bisa dilakukan perempuan dan tidak bisa dialami dan dilakukan laki laki.sementara pekerjaan tersebut bisa dilakukan baik perempuan maupun laki laki.pengetahuan tentang kesetaraan gendre harus sejak dini agar anak mengerti kodrat sebenarnya.
Muhammad Farhan
SIMAK 15-NS-0118
Cerita diatas sangat menginspirasi, pelajaran yang dapat dipetik dari cerita diatas untuk memahami bahwa setiap individu memiliki potensi dan kemampuan yang unik, dan kita tidak seharusnya membatasi diri berdasarkan stereotip gender dalam mengejar apa yang kita inginkan dan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Sri Jumi Warnis, SIMAK 08-NS-0118
Dari cerita Ali dan Kodrat dapat kita lihat dari sudut pandang yang berbeda beda, setiap manusia pasti memiliki kodrat, baik itu laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan cerita ini banyak pelajaran yang kita ambil dimana pekerjaan dan peran dalam keluarga tidak harus dibatasi oleh gender. Melainkan kita harus saling membantu. Oleh karena itu, cerita ini sangat memotivasi pembaca sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sekian, terima kasih.
Nama : Rizky Amanda
NIM : 23134011
WAG : BI-NS-0207
Dari cerita tersebut dapat dilihat betapa rendahnya pandangan masyarakat jika seorang laki-laki melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh seorang perempuan. Rendahnya kesetaraan gender dan berkembangnya konsep maskulinitas di masyarakat telah membatasi laki-laki untuk melakukan hal-hal yang seperti menyapu, mencuci, menyiram bunga, menjahit, memasak dan lainnya. Padahal semua hal tersebut merupakan keterampilan hidup dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia tanpa membedakan apakah dia laki-laki atau perempuan. Diperlukan upaya untuk mengurangi stereotip dan persepsi tersebut seperti peningkatan kesadaran masyarakat bahwa selama tidak menyalahi aturan syariat dan norma yang berlaku maka itu wajar-wajar saja dilakukan baik itu oleh laki-laki maupun perempuan.
Ceritanya sangat bagus dan menginspirasi. Harapnnya dengan adanya cerita seperti ini dapat mengubah pola pikir orang2 terutama kaum laki-laki, bahwa saat menikahi wanita bukan malah seolah menyamakan peran istri dengan peran pembantu. Karena kebanyakan lelaki yang belum menikah mengatakan ” Ngapain harus bisa masak, ngapain harus bisa nyuci, ngapain harus bisa nyapu dan lainnya nanti kalau sudah menikah untuk apa gunanya istri”.
Ceritanya sangat bagus dan menginspirasi. Harapnnya dengan adanya cerita seperti ini dapat mengubah pola pikir orang2 terutama kaum laki-laki, bahwa saat menikahi wanita bukan malah seolah menyamakan peran istri dengan peran pembantu. Karena kebanyakan lelaki yang belum menikah mengatakan ” Ngapain harus bisa masak, ngapain harus bisa nyuci, ngapain harus bisa nyapu dan lainnya nanti kalau sudah menikah untuk apa gunanya istri”.
Cerita ini memang pendek tapi memberi wawasan, disini kita jadi tahu arti apa itu kodrat, lalu kita juga tau bukan berarti pekerjaan perempuan yang di kerjakan oleh laki-laki itu menyalahi kodrat. Tapi saya memetik wawasan di sini tentang mengapa dulu guru bahasa hanya mengajarkan kalimat majemuk itu selalu harus sesuai dengan jenis kelamin/gender yang mengerjakannya misalnya tadi ” Ayah mrmbaca koran sedangKan ibu memasak di dapur”
Ini bisa menjadikan anak-anak berpikir bahwa jika ada laki-laki yang memasak berarti laki-laki itu bersifat ke perempuan-an padahal tidak seperti itu.
Sungguh teks ini bagus mudah di pahami dan menambah wawasan bagi calon guru bahasa
Cerita Ali dan kodrat merupakan cerita inspiratif dan memberi kita pesan pelajaran tentang kehidupan.
Disini cerita Ali dan kodrat mengajarkan kita apa itu kodrat, cerita ini juga mengajarkan pekerjaan yang seharusnya di kerjaan oleh perempuan malah dikerjakan oleh laki-laki itu tidak menyalahi kodrat.
Dalam cerita ini saya mendapatkan wawasan baru,yaitu setiap pekerjaan yang dilakukan perempuan bisa juga dikerjakan laki-laki,bukan berarti apa yang dikerjakan oleh laki-laki tersebut menyalahi kodrat.
Banyak kok sekarang pekerjaan yang seharusnya di kerjakan perempuan tapi di kerjakan laki-laki misalnya,chef.
Maka dari itu di perlukan kesadaran masyarakat selama pekerjaan itu tidak melanggar hukum,syariat Islam dan norma negara maka pekerjaan tersebut bisa dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh pak, perkenalkan Saya
Maisarahtul Ispar
Nim 23129334
Seksi BI-NS-0214
No. Urut 19
Izin menanggapi pakk🙏
Cerita diatas sangat menginspirasi karena menceritakan tentang rasa ingin tahu seorang anak tentang kodrat, jadi kakek dan nenek dalam cerita tersebut memberi pemahaman kepada si cucunya tentang kodrat bahwa peran seseorang itu tidak harus dibatasi oleh jenis kelamin. Dan dalam cerita tersebut juga menggambarkan kepada kita bahwa pentingnya berdiskusi dengan orang yang lebih tua, karena orang yang lebih tua itu pasti sudah paham dan berpengalaman terhadap hal hal tersebut
Sekian tanggapan dari Saya
Mohon maaf jika terdapat kesalahan penulisan pakk
Sekian terimakasih wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh pakk
Menurut saya cerita tersebut memang patut di contoh,bagaimana tidak? Semua pekerjaan di rumah bukan hanya dikerjakan oleh perempuan,laki-laki juga memiliki peran itu.Bukan karena biasa dikerjakan perempuan maka itu pekerjaan perempuan,melainkan itu pekerjaan dikerjakan dengan bersama sama.Cerita tersebut bagus dan baik untuk dibaca.
Nama : Lulu Putri Dewindi
NIM : 23129331
GWA : BI-NS-0214
Teks cerita inspiratif ini menjelaskan bahwa kodrat itu adalah hal-hal yang hanya dapat dialami oleh perempuan dan tidak dapat dialami oleh laki-laki maupun sebaliknya. Tetapi, walaupun begitu , itu semua tidak menjadi alasan membatasi peran terhadap pekerjaan seperti di rumah ataupun dimanapun. Dan pentingnya memberi pengetahuan terhadap kesetaraan gender pada anak sejak dini.
Cerita ini sangat bermanfaat dan menginspirasi bagi semua orang terutama pada orang yang masih menganggap kalau pekerjaan perempuan jika dikerjakan oleh laki laki itu salah.
Padahal sebaliknya, apa salahnya kita membantu pekerjaan yang mungkin bisa kita lakukan.
Nama:Putri syaharani
Nim: 23016196
Gwa: Simak-Ns-0118
No urut: 29
Cerita ini sangat menginspirasi saya dan juga kita semua, karna masih banyak orang yg masih menyalah artikan sebagaimana tentang artinya kodrat itu di perlihatkan. Karena kodrat laki²dengan kodrat perempuan itu jelas berbeda artiannya melahirkan, menstruasi dan menyusui adalah kodrat bagi perempuan yang tidak bisa laki-laki lakukan. Sementara laki-laki kodratnya adalah menjadi pemimpin dan pencari nafkah untuk keluarga. Tetapi kodrat laki²juga terkadang masih bisa dilakukan oleh sebagian wanita. Jadi artinya kodrat seorang wanita belum tentu bisa di lakukan oleh laki², tetapi sebaliknya pekerjaan laki² masih bisa dikerjakan oleh perempuan.
Cerita ini sangat menginspirasi saya dan menyadarkan saya masih adanya orang yang beranggapan salah tentang kodrat perempuan. Padahal kodrat perempuan adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki tapi bisa dilakukan oleh perempuan seperti hamil dan melahirkan. Dan cerita tersebut juga mengajarkan kita untuk memberi pemahaman kepada adik atau saudara yang lebih kecil. Memberi pemahaman sejak kecil itu membuat dia berwawasan dan tidak berpikir sempit.
Cerita ini sangat menginspirasi saya, memberikan pengetahuan, dan menyadarkan kita semua bahwa kodrat perempuan itu hal yang hanya dialami perempuan dan tidak di alami laki laki, begitu juga sebaliknya. Kodrat perempuan adalah hamil, melahirkan, menyusui dll. Kodrat itu tidak sama dengan pekerjaan. Pentingnya memberikan pengetahuan sejak dini tentang kodrat dan kesetaraan gender kepada anak
Cerita ini sangat menginspirasi pembaca dan memperluas wawasan pembaca tentang apa itu kodrat bagi seorang wanita dan lelaki.
Waah, sepertinya jika ada laki-laki yang tidak mau menolong pekerjaan perempuan, akan aku perlihatkan saja cerita ini. Supaya mereka paham bagaimana kodrat yang sesungguhnya.
Ternyata stereotip tentang kodrat wanita dan laki laki masih banyak kita jumpai. Bahkan masih banyak yang beranggapan aneh bila wanita melakukan pekerjaan laki laki ataupun sebaliknya. Cerita ini menginsipirasi dan membuka pikiran pembaca tentang kodrat itu sendiri.
Cerita ini sangat menginspirasi pembaca, memberi wawasan dan pengetahuan tentang kodrat perempuan dan tugas laki-laki. Dengan begitu pembaca juga akan lebih memahami tentang kodrat.
Cerita yang sungguh menarik dan menghibur. Begitu banyak pesan didalamnya, mengubah persepsi juga mengenai kata kodrat dalam diri saya. Sebagai calon guru masa depan, yaitu guru bahasa Indonesia, bisa mengaplikasikan contoh yang sebaiknya tidak terlalu biaskan gender dan lain sebagainya. Sangat menginspirasi, kakek dan nenek yang pintar. Cucu yang punya rasa ingin tau yang tinggi.
Cerita ali dan kodrat ini sangat menarik sekali, mengapa begitu? Karena cerita ini dapat menambahkan wawasan dan pengetahuan bagi anak-anak yang tidak mengetahui kodrat itu apa. Nenek dan kakeknya bisa menjelaskan dengan efektif untuk anak seusia ali. Kita ketahui bahwa pekerjaan apapun yang dikerjakan wanita tidak masalah jika dilakukan oleh pria begitu sebaliknya hanya saja wanita dan pria dibedakan dari kodrat yang telah di tetapkan Tuhan.
Cerita diatas sngat menginspirasi sekali, zaman sekarang memang marak terjadi banyak orang yang beranggapan lki2 yang mengerjakan pekerjaan rumah itu menyalahkan kodrat, sebenarnya kodrat itu bukan itu, kodrat perempuan yang tidak bisa dikerjakan laki2 itu, mengandung, melahirkan dan menyusui, jadi selain 3 hal tersebut bisa dilakukan laki2, nggak ada slah nya laki2 membantu pekerjaan rumah, tidak seharusnya perempuan saja yg mengerjakan itu.(ANGGUN SOFITA 23133002,BU-NS 0214)
Budaya patriarki sepertinya berkaitan erat dengan bias gender. Laki-laki terlalu “diagungkan”, sementara perempuan seperti “diperbudak”.
Banyak contoh kejadian perempuan yang bersekolah disuruh untuk berhenti, karena dianggap akan mengurus rumah tangga saja di masa depan. Perempuan sulit untuk menemukan jati dirinya lantaran dianggap sebagai makhluk yang “lemah”.
Contoh lainnya,di keluarga saya, jika perempuan itu sekolah nya tinggi, tapi tidak pandai dalam mengurus rumah,itu sama saja tidak ada gunanya. Lain halnya dengan laki-laki yang bersekolah tinggi tapi tak pandai dalam hal mengurus rumah,pasti dibilang, ” Ahh, kan dia laki-laki “.
Saya pribadi sangat membantah anggapan tentang laki-laki yang bekerja,sementara perempuan yang mengurus rumah. Apa salahnya laki-laki yang mencuci baju, menyetrika pakaian, dan memasak?, toh tidak menyalahi kodratnya kan sebagai laki-laki.
Ingat, kodrat perempuan hanya menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Bukan kodratnya untuk mencuci baju, mengepel rumah, memasak, dan sebagainya.
Nama : Diah Kesi Willy Patia
Nim : 23016007
GWA : SIMAK-NS-0012
Cerita diatas sangat menginspirasi saya setuju dalam hal kemampuan untuk melakukan pekerjaan tidak harus terkait dengan jenis kelamin. Sebab tdak ada pekerjaan tertentu yang hanya bisa dilakukan oleh laki-laki atau perempuan. Semua boleh mengerjakan pekerjaan sesuai kemampuan mereka bukan sesuai jenis kelamin.
Delvia Trimelda BI-NS-0207-43
menurut pandangan saya benar adanya bahwa pekerjaan yang biasa dilakukan oleh perempuan dilakukan oleh laki laki bukan berarti merusak kodrat laki laki. Mungkin kecuali jika laki laki itu bersikap seperti perempuan dan sebaliknya maka itu baru salah
Nama:Ade Silfia Utami
Nim:23016054
No urut:12
SIMAK-NS-0012
Persepsi masyarakat terhadap kesetaraan gender atau kodrat karena pekerjaan seharusnya bisa dilakukan oleh siapa saja, laki-laki atau perempuan.
Laki-laki juga bisa masak dan bersih-bersih.
Banyak laki-laki juga bekerja sebagai juru masak.
Pengetahuan tentang kesetaraan gender juga harus ditanamkan sejak dini. Bantulah anak memahami cara mengekspresikan sifat aslinya.
Nama : Latifa Mulya Marza
Nim : 23129330
BI-NS-0214
Teks diatas sangat menginspirasi, karena memang banyak yang salah mengartikan bahwa hanya perempuan lah yang harus mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus anak dan mengurus rumah, seakan akan laki laki tidak boleh melakukan hal tersebut atau dianggap tabu bagi masyarakat jika laki laki mengurus rumah dan menyalahi kodratnya.
Padahal kodrat perempuan yang diberikan oleh Allah SWT adalah melahirkan, menyusui dan mengandung. Bahkan nabi Muhammad Saw saja ikut serta menolong istrinya dalam membantu pekerjaan rumah.
Hal ini lah yang harus disadarkan pada masyarakat karena masih banyak masyarakat yang masih salah dalam memahami kodrat dari seorang perempuan.
Cerita Pendek ‘Ali dan Kodrat’ sangat menginspirasi dan menarik untuk dibaca. Dalam cerita ini kita dapat mengetahui bahwa kodrat perempuan itu adalah hal yang hanya dialami perempuan dan tidak di alami laki laki, begitu juga sebaliknya. Kodrat perempuan adalah hamil, melahirkan, menyusui dll. Kodrat itu tidak sama dengan pekerjaan. Kalau pekerjaan itu bisa dilakukan oleh laki-laki atau perempuan. Contohnya saja dalam rumah tangga saya, suami saya sering sekali membantu saya memasak dan membersihkan rumah. Dia tidak pernah merasa malu untuk melakukan hal itu. Jadi tidak ada salahnya laki-laki melakukan pekerjaan yang sama dengan perempuan ataupun sebaliknya.
Cerintanya sangat menginspirasi pembaca, dibalik banyaknya budaya yanga ada di indonesia, istilah kodrat masih disalah artikan oleh banyak orang, yang menganggap melakukan pekerjaan rumah itu adalah perempuan, padahal menurut agama dalam hal kodrat perempuan yaitu hamil, melahirkan, menyusui dan datang bulan. Dalam cerita ini tokoh kakek dan nenek memberikan penjelasan sangat baik dan mudah dipahami untuk anak seusia tokoh Ali
Cerita pendek “Ali dan Kodrat” ini menarik untuk dibaca. Cerita pendek ini mengangkat tema tentang pemahaman anak terhadap peran gender dan konsep kodrat. Cerpen ini dapat membantu anak-anak dalam mengetahui konsep kodrat dan kesetaraan gender. Dari cerpen ini kita dapat menyadari bahwa pentingnya mendidik anak-anak tentang kesetaraan gender dan menghindari bias dalam penyampaian informasi. Selain itu, melalui dialog antara cucu, kakek, dan nenek, cerita ini menunjukkan pentingnya membuka ruang diskusi dalam keluarga. Hal ini membantu anak mengungkapkan pikiran, pertanyaan, dan perasaan mereka terkait dengan isu-isu gender atau hal-hal lainnya yang ingin mereka ketahui lebih dalam.
Devani, PPG G2 Kls Rima
Cerita tersebut sangat menginspirasi sekali, karena persepsi di tengah-tengah masyarakat yang beranggapan bahwa memasak, menyuci baju, menyiram tanaman merupakan pekerjaan yang hanya dilakukan oleh perempuan. Padahal persepsi itu salah, karena laki-laki juga bisa melakukan pekerjaan tersebut, karena pekerjaan memasak, menyuci baju, dan menyiram bunga bukanlah kodrat perempuan saja.
Cerita ini menarik untuk dibaca. Cerita ini menjelaskan tentang kodrat, di mana masih banyak yang berpendapat bahwa melakukan pekerjaan rumah, seperti menyiram bunga, menyapu, mencuci, dll merupakan kodrat perempuan. Akan tetapi melakukan pekerjaan rumah bukanlah kodrat perempuan. Padahal Kodrat perempuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa berubah, seperti melahirkan, menstruasi dan sebagainya.
Mona Melinda, PPG G2 Kls Rima
Cerita ini sangat menginspirasi, karena memberi tahu kepada pembaca bagaimana kodrat sebagai laki-laki dan perempuan.
Enia Listikal PPG G2 Kls Rima
Dari cerita ini yang dapat saya tangkap yaitu kodrat adalah suatu ketetapan yang tidak bisa dirubah. Kodrat wanita yaitu apa yang telah ditetapkan untuk wanita seperti pada bulan Ramadhan ini diwaktu tertentu kami dibolehkan tidak puasa karena kami istimewa. Begitu juga sebaliknya kodrat laki-laki adalah ketetapan yang telah ada dan tidak bisa dialihkan untuk perempuan. Sungguh pembelajaran yang bermakna.
[Ayu Anni Safitri, PPG G2 Kls Rima]
Ceritanya yang menarik untuk memahami kodrat perempuan dan laki-laki, dan juga mengajarkan bahwa laki-laki tidak perlu malu untuk melakukan pekerjaan yang umum dilakukan oleh perempuan.
Novia Rahma Rindha, PPG Prajabatan Gelombang 2 Tahun 2023
Cerita ini mengenai Ali dan Kakek Neneknya membahas konsep kodrat dan bias gender. Cerita ini menjelaskan bahwa pekerjaan tidak harus terbatas berdasarkan jenis kelamin. Secara keseluruhan cerita ini menginspirasi saya untuk lebih kritis terhadap stereotip gender yang masih ada dalam masyarakat
NAMA : ZINATUL HAYATI EKA PUTRI, BI-NS-0032
NIM : 23042246
Teks cerita “Ali dan Kodrat” merupakan sejarah yang menarik dan menyenangkan, yang menggambarkan tentang kehidupan dan kekuatan sosok Ali bin Abi Thalib. Cerita ini menggambarkan tentang perilaku yang baik dan kekuatan sosok Ali bin Abi Thalib, yang menjadi contoh bagi kita semua.
Cerita ini menggambarkan tentang perilaku yang baik dan kekuatan sosok Ali bin Abi Thalib, yang menjadi contoh bagi kita semua. Tekst cerita ini menggambarkan tentang kehidupan dan kekuatan sosok Ali bin Abi Thalib, yang merupakan anak paman Rasulullah SAW dan merupakan sosok laki-laki dengan bentuk tubuh yang kokoh, kuat, dan terlihat agak gemuk.
Cerita ini menggambarkan tentang perilaku yang baik dan kekuatan sosok Ali bin Abi Thalib, yang menjadi contoh bagi kita semua. Tekst cerita ini menggambarkan tentang kehidupan dan kekuatan sosok Ali bin Abi Thalib, yang merupakan anak paman Rasulullah SAW dan merupakan sosok laki-laki dengan bentuk tubuh yang kokoh, kuat, dan terlihat agak gemuk.
Tri Annisa Marta PBA-NS-0060
Setiap pekerjaan yang kita lakukan tidak memandang gender sekarang. Sekarang siapapun bisa berkerja asalkan mempunyai skil.
Atika Fitri Ayni PBA-NS-0060
Cerita ini membahasa tentang pekerjaan yang tidak memandang jenis kelamin,mau laki-laki ataupun perempuan. siapapun bisa bekerja asalkan memiliki skil
Kesi Putriani PBA – NS – 0060
Cerita ini sangat menginspirasi sekali karena di tengah tengah masyarakat yang beranggapan bahwa memasak menyuci menyiram tanaman merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan. Tetapi kodrat perempuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan yaitu melahirkan, menstruasi dan sebagainya.
Rima, PPG G2 B.Indonesia tahun 2023 Rombel A
Seperti ‘tertusuk’ membaca ketika teman-teman nenek dulu memberikan contoh bias gender. Semoga kelak ketika menjadi guru b.Indonesia juga, kami calon guru bahasa Indonesia tidak menjadi guru tersebut. Aamiin…
Mencuci, memasak, dan membereskan rumah bukan kodrat perempuan. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama yang harus dibagi secara adil. Dengan mengedepankan kesetaraan gender dan komunikasi yang baik pembagian pekerjaan rumah tangga dapat memberikan dampak positif bagi seluruh anggota keluarga.
Cerita di atas menggambarkan pentingnya memahami bahwa pekerjaan tidak memiliki gender tertentu dan bahwa kodrat tidak menentukan batasan dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Melalui percakapan dengan Kakek dan Nenek, Ali memahami bahwa semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, dapat melakukan berbagai pekerjaan dan bahwa kodrat tidak menghalangi seseorang untuk berkontribusi dalam pekerjaan rumah tangga atau profesi tertentu.
Di dalm cerita ini itu dapat di ambil pesan bahwa segala sesuatu pekerjaan itu tidak memiliki gender, di jaman sekarang pun juga sudah banyak laki- laki yang mengerjakn tugas perempuan, begitupun perempuan juga sudah banyak mengerjakan pekerjaan laki-laki yang di rasanya mampu untuk di kerjakannya, memang segala sesuatu itu juga sudah di tentukan sesuai qodratnya tapi kalau kita bisa melakukan sesuatu yang harusnya tidak kita lakukan, kenapa tidak kan
Jihaan Faadhilah
23016021
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dari cerita ini bisa kita simpulkan bahwa pekerjaan tidak memandang siapa yang mengerjakanya tetapi kesungguhanya dalam mengerjakan pekerjaan tersebut berhasil atau tidaknya
Nama : Yulia Eka Putri
Nim : 23016053
Sesi : GTBI -NS-2110
Dapat kita simpulkan bawah teks ini menarik karena menggambarkan interaksi hangat antara cucu dan kakek-neneknya yang penuh dengan kebijaksanaan dan humor.Teks ini juga mengajarkan pentingnya rasa syukur, menghormati orang tua, dan memiliki pikiran terbuka terhadap norma sosial. Dialog yang ringan namun mendalam ini menunjukkan betapa pentingnya peran keluarga dalam pendidikan nilai-nilai kehidupan.
Cerita Ali dan Kodrat, sangat menarik dikarenakan membahas tentang kodrat karena kodrat adalah sesuatu yang ditetapkan oleh Allah SWT, sehingga manusia tidak mampu untuk merubah atau menolak.
Nama: Suci Indah Lestari
Nim: 23016048
GWA: GTBI-NS-2110
Cerita ini menggambarkan percakapan yang hangat dan penuh makna antara cucu dengan kakek dan neneknya. Melalui dialog mereka, kita diajak untuk merenungkan konsep kodrat dan bias gender, sambil mempertimbangkan peran gender dalam pekerjaan rumah tangga. Dengan humor dan bijaknya, kakek dan nenek memberikan wawasan yang berharga tentang pemahaman tradisional dan modern tentang peran gender. Cerita ini mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan dan memperluas pandangan kita tentang apa yang dianggap sebagai pekerjaan “laki-laki” dan “perempuan”.
Nama: Zahwa Asysyifa
Nim: 23016130
Gwa: GTBI-NS-2110
cerita “Ali dan Kodrat” tampaknya berusaha menyampaikan pesan tentang pentingnya menerima dan memaknai kodrat Tuhan dalam kehidupan manusia, serta menumbuhkan sikap pasrah dan tawakkal sebagai cara untuk menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan hidup.
Nama: Vanesha Prima Zelin
Nim: 23016118
GWA: GTBI-NS-2110
Cerita ini sangat menginspirasi tentang kehidupan di masyarakat. Persepsi masyarakat tentang kodrat banyak yang keliru karena untuk melakukan suatu aktivitas seperti memasak, menyapu, mengepel, dan lainnya tidak hanya tugas perempuan tetapi lelaki juga bisa mengerjakannya. Karena kodrat dari perempuan itu seperti mengandung, melahirkan, menyusui.
Cerpen “Ali dan Kodrat” adalah cerita yang edukatif dan inspiratif yang dapat membantu anak-anak memahami konsep gender dan kodrat dengan cara yang positif. Cerita ini juga mendorong pentingnya komunikasi dan diskusi terbuka dalam keluarga untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang berbagai isu.
Cerita yang sangat logis karena sesuai keadaan yang umum terjadi di masyarakat. Cerita ini juga menjadi pembelajaran terhadap anak. Seusia ini anak-anak penasaran terhadap sesuatu pembahasan yang baru. Seperti keingintahuan terhadap kodrat laki-laki dan perempuan dan kesetaraan gender apakah mempengaruhi dari segi pekerjaan atau perilaku.
Cerita inspiratif ini juga menjadi pengingat perlunya komunikasi dan wawasan luas terhadap lingkungan keluarga, sehingga anak akan lebih percaya diri jika bertemu orang-orang.
Cerita nya cukup menarik untuk di baca dan inspiratif banyak pelajaran yang dapat kita ambil kayak kodrat di mata masyarakat dengan cara yang menarik
Nama : Muhammad Rizki
Nim : 24030013
GWA : BI-NS-0532-NUA04
Hm,jika di bandingkan dari seri seri sebelumnya cerita yg ini bisa di bilang cukup santay dan membahas persoalan yg tidak terlalu berat,cukup bagus untuk yg tidak terlalu mau berfikir
Namun karna cerita yg terlalu ringan mungkin beberapa orang tidak akan sadar tentang pesan tersirat yg ada di cerita ini
Nama: Rahadatul Fannysa
Nim: 24016088
GWA: SIMAK-0124
Teks cerita diatas benar-benar memberikan inspirasi bahwa kodrat perempuan itu tidak menyapu, mencuci, atau sekedar memasak melainkan kodrat perempuan itu mengandung, melahirkan, dan menyusui. Pandangan tentang menyapu, mencuci, atau memasak yang merupakan kodrat perempuan terkadang menjadikan perempuan harus tunduk dan patuh. Teks cerita diatas juga memberikan inspirasi bahwa perlunya pemahaman dengan keluarga terkait hal-hal yang dianggap salah padahal itu benar.
Cerita ” Ali dan Kodrat” sangat menginspirasi dan memotivasi diri saya. Pesan moral yang terkandung di dalam cerita ini adalah mengenai kodrat laki-laki dan perempuan. Kodrat adalah apa saja yang hanya dapat dialami oleh perempuan dan tidak dialami oleh laki-laki atau sebaliknya. Kodrat perempuan, yaitu mengandung, melahirkan, dan menyusui. Jadi, jika ada laki-laki yang melakukan pekerjaan perempuan, misalnya seperti memasak, mencuci, dan menyapu bukan berarti laki-laki tersebut menjadi perempuan ataupun menyalahi kodrat karena hal itu bukanlah termasuk kodrat.
cerita ini sangat bermanfaat bagi orang2 yang menganggap bahwa pekerjaan rumah hanya akan dikerjakan oleh perempuan
Cerita Ali dan Kodrat merupakan cerita yang sangat menginspirasi tentang kehidupan di masyarakat. Persepsi masyarakat tentang kodrat yang salah, karena penting untuk diingat bahwa kodrat ini tidak menggambarkan kemampuan atau nilai seseorang menghargai kesetaraan gender dan kemungkinan perempuan dan laki-laki untuk mengejar peran dalam kehidupan.
Arhamna BI-0531 NUA 39