Back to top
.widget {
display: none;
--color-primary: #0288D1;
--color-primary-contrast: #FFFFFF;
--color-secondary: #DDDDDD;
--color-secondary-contrast: #FFFFFF;
--color-background: #f2f2f2;
--color-background-contrast: #FFFFFF;
--color-dark: #666666;
--color-dark-contrast: #FFFFFF;
--scheme: var(--scheme-light);
--size: var(--size-regular);
--space: var(--space-normal);
--radius: var(--radius-sharp);
}
.widget {
display: none;
--color-primary: #0288D1;
--color-primary-contrast: #FFFFFF;
--color-secondary: #DDDDDD;
--color-secondary-contrast: #FFFFFF;
--color-background: #f2f2f2;
--color-background-contrast: #FFFFFF;
--color-dark: #666666;
--color-dark-contrast: #FFFFFF;
--scheme: var(--scheme-light);
--size: var(--size-regular);
--space: var(--space-normal);
--radius: var(--radius-sharp);
}
3 comments
Puisi singkat, sederhana. Namun, hati-hati dengan metafora yang digunakan penyair. Penafsiran bisa sangat subyuktif dan dinamis. Jangan-jangan, yang “tewas” tengah malam itu “kepribadian” atau “keagungan” sang Buya. Hidup dalam dua dimensi: cerah dan gelap. Saat gelap, semua kecerahan tercampakkan.
nada puitis dan mungkin mencerminkan pandangan terhadap tokoh agama dengan penggambaran ciri fisik yang khas, seperti sorban, jenggot panjang, serta sarung bercorak, yang berkaitan dengan simbol religiusitas. Akhirnya, ada kejutan dengan kematian tokoh tersebut, yang bisa menjadi bahan refleksi atau simbol perubahan atau kesedihan.
Jika ada hal tertentu yang ingin Anda elaborasi dari teks ini atau ingin bantuan dalam memahaminya lebih lanjut, saya bisa membantu!
Dengan gambaran sederhana tentang sosok Buya, kita dibawa pada kehadiran yang penuh kharisma dan ketenangan. Namun, kejutan di akhir, “Buya, tewas tengah malam,” menyelipkan kedalaman makna yang bisa dipahami dalam banyak cara.