A. Pengantar
Salah satu gene teks bahasa Indonesia adalah teks cerita. Tentu saja, yang dimaksudkan dengan “teks cerita” adalah seluruh subgenre yang difungsikan untuk menyampaikan opini kreatif dalam bentuk cerita. Oleh sebab itu, teks-teks yang ada, baik dalam Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka 2022 atau sekarang dikenal dengan Kurikulum Nasional (Kurnas) dapat berupa subgenre: fabel, cerpen, hikayat, anekdot, cerita inspiratif, cerita fantasi, legenda, novelet, dan novel.
B. Pembahasan
1. Unsur Cerita
Dalam kajian teks cerita, sering dikemukakan konsep dua unsur utama yang dikenal dengan unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik. Unsur ekstrinsik sering dikategorikan sebagai unsur pembangun yang berasal “dari luar cerita”. Unsur-unsur tersebut mencakup segala sesuatu yang terkait dengan faktor ekonomi, sosial, budaya, agama, seni, politik, dan IPTEKS. Artinya, diyakini bahwa unsur-unsur sosial, politik dan sebagainya itu secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi karakteristik suatu teks cerita. Misalnya, novel Indonesia tahun 1920 berbeda “pengaruh ekstrinsiknya” terhadap novel, novel Indonesia 1930, 1945, 1966, dan seterusnya. Tentu saja, unsur ekstrinsik akan memengaruhi unsur intrinsik yang digunakan penulis/pengarang dalam menyusun cerita. Sebaliknya, unsur intrinsik diyakini sebagai unsur yang memengaruhi suatu teks cerita “dari dalam”. Oleh sebab itu, unsur intrinsik ini ada dua yang “pada masa lalu” diyakini sebagai unsur: (a) struktur dan (b) isi cerita. Konsep “struktur” pada masa lalu hendaknya dikembalikan kepada esensinya, yaitu unsur-unsur utama yang secara langsung membentuk dan memengaruhi teks cerita.
Unsur-unsur utama yang secara langsung membentuk dan memengaruhi teks cerita ada lima. Kelima unsur tersebut adalah: (a) tokoh, penokohan, dan perwatakan, (b) latar (yang dapat diperluas menjadi latar tempat, waktu, dan sosial), (c) pusat pengisahan atau sudut pandang, yaitu bagaimana pengarang memosisikan dirinya dalam cerita apakah sebagai tokoh utama, tokoh ketiga, atau “di luar cerita”, (d) peristiwa-peristiwa yang membentuk alur dan pengaluran, dan (e) gaya bahasa.
Selain unsur-unsur utama, ada unsur isi yang merupakan konsekuensi dari penataan unsur-unsur utama teks cerita, yaitu tema dan amanat. Tema adalah pokok permasalahan atau pokok persoalan yang disajikan dalam suatu teks cerita sedangkan amanat adalah pesan-pesan yang dimuat dalam teks cerita tersebut. Sesuai dengan namanya, tema dirumuskan dalam bentuk nonkalimat atau bukan berupa kalimat, misalnya perselisihan antarsuku, kematian misterius, keindahan masa remaja, dan sebagainya. Sebaliknya, amanat selalu dirumuskan dalam bentuk kalimat karena merupakan pesan-pesan, terutama pesan moral, misalnya “Seorang anak hendaknya tidak mendurhakai ibunya”, “Orang tua selalu menghendaki sesuatu yang terbaik bagi anak-anaknya”, dan sebagainya.
Semenjak diorientasikan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, sering timbul kekacauan pendapat tentang “benang merah” antara unsur dan struktur cerita. Apa sebenarnya keterkaitan antara keduanya itu?
Perlu diingat, salah satu ciri utama kajian keilmuan adalah kajian tentang struktur. Apa pun ilmunya, pasti fokus utamanya adalah struktur. Misalnya, ilmu tentang kalimat yang lazim dikenal dengan sintaksis, pasti awal pembahasannya akan difokuskan pada permasalahan struktur, tentu saja struktur kalimat. Struktur adalah “kerangka” tentang suatu bidang kajian. Dalam sosiologi, misalnya, kajian awal pasti akan dikaitkan dengan struktur sosial, antropologi dikaitkan dengan struktur budaya, dan sebagainya.
Dengan demikian, untuk mempersingkat pembahasan tentang benang merah antara unsur dan struktur dalam teks cerita, diajukan simpulan sederhana yaitu: struktur cerita adalah penataan unsur-unsur utama teks cerita. Misalnya, dalam struktur orientasi, hal utama yang perlu disajikan dalam orientasi adalah pengenalan tokoh dan latar. Hal inilah yang akan dibahas lebih lanjut dalam deskripsi tentang struktur teks cerita.
2. Struktur Teks Cerita
Sekali lagi, perlu dipahami bahwa teks cerita adalah karya kreatif (antonim dari karya ilmiah) meskipun karya kreatif bukan hanya berupa teks cerita. Genre puisi (termasuk pantun, syair, puisi, dan gurindam) dan genre teks drama juga merupakan karya kreatif. Dampak dari keberadaan teks cerita sebagai karya kreatif adalah adanya kebebasan penulis (pengarang) teks untuk menggunakan struktur cerita secara independen. Misalnya, A.A. Navis memiliki tendensi menggunakan struktur teks yang berbeda dibandingkan dengan Darman Moenir, Andrea Hirata, N.H. Dini, dan sebagainya dalam menulis novel.
Sesuai dengan pemahaman tersebut, pembaca tidak dapat secara membabi-buta menyatakan bahwa struktur pertama teks cerita sesudah judul adalah abstraksi. Dalam realitasnya, sangat jarang penulis/pengarang menggunakan abstraksi dalam mengungkapkan ceritanya. Bahkan, Achdiat K. Mihardja mengawali novelnya yang berjudul Atheis dengan komplikasi, bukan abstraksi atau orientasi. Pengaluran yang digunakan K. Mihardja adalah pengaluran sorot-balik atau dikenal dengan flash-back. Jadi, cermatlah dalam menganalisis struktur teks cerita. Berbeda dengan dalam menganalisis struktur teks opini dan faktual, misalnya. Dalam teks eksposisi, misalnya, dapat dipastikan penulis menggunakan struktur yang seragam yaitu dimulai dengan tesis setelah pengajuan judul dan dilanjutkan dengan argumentasi (serangkaian argumen) hingga akhirnya ditutup dengan reorientasi atau penegasan ulang.
a. Judul Teks
Setiap teks cerita memiliki judul. Tentu saja, hakikat judul dalam teks cerita berbeda dengan judul dalam teks noncerita misalnya teks-teks opini dan faktual. Dalam teks-teks opini dan faktual, sangat dipentingkan agar judul menggambarkan isi teks secara logis. Sementara, dalam teks cerita tidak ada ketentuan tentang hal itu. Mungkin saja, pengarang menggunakan metafora. Sebagai contoh, dalam novel Layar Terkembang pengarang novel, yaitu Sutan Takdir Alisjahbana sama sekali tidak menceritakan tentang kapal atau perahu layar. Dalam novel Belenggu, Armijn Pane sama sekali tidak mengungkit soal belenggu dalam pengertian fisik yaitu borgol, dalam Siti Nurbaya, Marah Roesli menggunakan tokoh utama cerita sebagai judul, dalam Pada Sebuah Kapal N.H. Dini menggunakan peristiwa yang tidak terlalu mengesankan di sebuah kapal sebagai judul novelnya. Jadi, pengarang memiliki kebebasan berkaitan dengan unsur apa yang akan diungkap dalam judul: mungkin unsur tokoh, latar, maupun isi.
b. Abstraksi
Abstraksi sangat jarang digunakan dalam teks cerita. Meskipun demikian, harus dipahami bahwa abstraksi adalah gambaran umum isi cerita. Cermatilah contoh-contoh abstraksi yang ada di “Inspira” (https://inspiraku.id/).
Kompetisi atau perlombaan identik dengan kehebatan orang-orang atau peserta yang ikut dalam lomba tersebut. Namun, belum tentu, peserta lomba yang dalam pandangan orang banyak dikategorikan hebat, akan memenangkan perlombaan. Peserta yang tidak diunggulkan bisa saja membuat kejutan. Hal ini juga dialami oleh para pembuat acara Fear Factor, salah satu acara televisi terpopuler pada tahun 2000-an di Amerika Serikat. Di Indonesia, Indosiar menayang-ulangkan acara ini semenjak April 2014. Inti acara tersebut adalah menguji nyali atau adrenalin para pesertanya.
Itu adalah contoh abstraksi dalam teks anekdot Kesaktian Sumanto dalam Mengatasi Bau Busuk. Penulis “menyiapkan” pembaca untuk memperoleh cerita tentang “kejutan” dari seseorang yang sama sekali tidak diunggulkan dalam lomba yang akhirnya memenangkan lomba.
Tidak semua daerah, kota, atau kawasan tertentu lainnya seperti kabupaten di Indonesia memiliki legenda atau asal-usul penamaan. Salah satu kota di Jawa Timur yang memiliki legenda adalah Kota Banyuwangi. Namun, kita tidak ingin memperdebatkan kebenaran asal-usul penamaan suatu legenda, termasuk legenda Kota Banyuwangi. Hal terpenting dari legenda adalah nilai-nilai, terutama nilai-nilai kemanusiaan, hidup dan kehidupan manusia. Cermatilah legenda berikut ini.
Itu adalah contoh abstraksi dalam teks legenda Asal-Usul Nama Kota Banyuwangi. Penulis “menyiapkan” pembaca agar tidak usah memperdebatkan kebenaran isi cerita karena ada hal yang lebih penting dari hal itu, yaitu nilai-nilai manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan manusia. Ingat, unsur utama abstraksi adalah isi utama cerita.
Lantas, apa pertimbangan penulis untuk membuat atau tidak membuat abstraksi dalam teks cerita yang diungkapkannya? Pertimbangannya adalah segmen pembaca. Untuk pembaca yang “diprediksi” adalah kalangan dewasa dan sudah mampu berpikir logis, sebaiknya tidak usah digunakan abstraksi. Pertimbangan lain, ketika menulis di “Inspira” adalah untuk memberikan contoh berkaitan dengan kemungkinan adanya abstraksi dalam teks cerita.
Sesuai dengan pengalaman, abstraksi ditulis setelah isi cerita diungkapkan. Jadi, identik dengan penulisan abstrak dalam teks karya ilmiah (skripsi hingga disertasi dan artikel jurnal). Dalam pembelajaran tentang teks cerita, terbuka kemungkinan guru/dosen menugasi siswa/mahasiswa untuk membuatkan abstraksi suatu teks cerita yang belum memiliki abstraksi.
c. Orientasi
Secara umum, dikenal bahwa orientasi adalah pengenalan latar dan tokoh cerita. Apakah harus diungkapkan dalam satu paragraf? Tentu saja tidak. Tergantung pada kompleksitas cerita yang akan digarap. Dalam novel, misalnya, orientasi dapat diungkapkan dalam beberapa paragraf, bahkan mungkin beberapa halaman.
Kemungkinan lain, untuk teks cerita yang lebih kompleks seperti dalam novel, orientasi dapat dimunculkan “beberapa” kali, ketika pengarang menyiapkan pembaca untuk menjelajah sesuatu yang baru yang kelak akan dikaitkan dengan pengungkapan isi cerita. Dalam novel Bako karya Darman Moenir, pengarang menyuguhkan lima segmen atau bagian. Bagian-bagian itu adalah “Ayah”, “Ibu”, “Umi”, “Bak Tuo”, dan “Gaek”. Pada setiap awal segmen atau bagian tersebut, pengarang selalu menyajikan orientasi cerita.
Dalam teks cerita yang lebih pendek, orientasi cenderung ditampilkan dalam “satu paparan”. Mungkin berupa satu atau beberapa paragraf. Mungkin juga dibumbui dengan dialog. Cermatilah contoh berikut ini.
Suasana sorga yang tenang. Tapi, saat itu ada seorang bayi yang resah karena siap untuk dilahirkan. Ada sesuatu yang dirasakan asing. Mungkin, ia sedang dilanda kekhawatiran. Kekhawatiran yang tidak diketahui ujung-pangkal penyebabnya.
Dalam cerpen Sang Malaikat Pelindung, penulis tidak menggunakan abstraksi tetapi langsung ke orientasi. Orientasi yang digunakan pun sangat pendek, bahkan sudah tergambar dalam satu kalimat “Suasana sorga yang tenang”. Tanpa membuat paragraf baru, penulis langsung menggambarkan “peristiwa”. Berbeda dengan teks cerita lainnya.
Pada zaman dahulu, di kawasan ujung timur Provinsi Jawa Timur, terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu.
Dalam legenda Asal-Usul Nama Kota Banyuwangi, orientasi digunakan untuk menggambarkan latar waktu dan tempat sekaligus tokoh cerita. Sesuai dengan karakteristik teks legenda, latar waktu yang digunakan juga tidak pasti, “Pada zaman dahulu”, tidak jelas tahun berapa.
c. Rangkaian/Deretan Peristiwa
Inti teks cerita adalah peristiwa atau kejadian atau disebut dengan konflik. Tentu saja, dalam konflik pasti terdapat unsur tokoh, latar (tempat, waktu, suasana), dan kejadian. Sementara dalam pengungkapannya, tergantung pada apa pusat pengisahan yang digunakan pengarang serta ragam bahasanya. Cermatilah peristiwa-peristiwa yang membentuk deretan atau rangkaian peristiwa pada kutipan-kutipan berikut ini yang diambil dari “Inspira”, teks cerpen Abi yang Sakti.
Setelah melewati bangunan yang dulu pernah digunakan sebagai sentra pemeliharaan sapi, Abi dan Zahid memasuki daerah telaga. Orang-orang menyebutnya talaok, ada juga yang menyebut muaro anai. Telaga yang berukuran cukup besar, lebar sekitar 50 meter, dan berlokasi dekat pantai. Sekitar 40 meter dari pantai. Di ujungnya, tampak pintu air yang membelah aliran air masuk ke telaga dan hilir sungai.
Abi membelokkan vespa ke kanan melalui jalan setapak bertepian perdu. Meski kecil, namun becak-motor dan mobil berukuran kecil dapat melalui jalan tersebut.
Sesudah melewati beberapa perahu yang sudah rusak dan jadi bangkai, Abi menghentikan vespanya di dekat sebuah kapal nelayan berukuran menengah. Orang-orang lazim menyebutnya dengan bagan. Zahid pun turun dan menyandang tas pancing. Abi membawa tas plastik besar berisi minuman dan roti. Tangan lainnya menjinjing tas plastik hitam berisi umpan: lumut dan udang.
Tiga kutipan tersebut menggambarkan satu peristiwa ke peristiwa berikutnya. Oleh sebab itu, sesudah orientasi, struktur berikutnya adalah deretan atau rangkaian peristiwa. Rangkaian peristiwa akan menuju pada puncak peristiwa dan penyelesaian. Puncak peristiwa adalah komplikasi dan penyelesaian adalah resolusi.
d. Komplikasi
Seperti diungkapkan, komplikasi adalah puncak peristiwa atau puncak krisis karena teks cerita pada hakikatnya adalah mengungkapkan peristiwa yang mengarah ke konflik. Konflik, pada akhirnya mencapai puncak konflik. Itulah yang disebut komplikasi. Cermatilah kutipan-kutipan berikut ini.
Suasana menjadi kacau. Ternyata, di balik gerbang, di samping kiri-kanan karpet, berjajar kaum nudis yang berpakaian resmi-lengkap. Kaum laki-laki mengenakan sepatu, jas, dan dasi. Kaum perempuan mengenakan pakaian resmi dan bersepatu. Menurut kesepakatan penyambut tamu, tidak sopan jika menyambut rombongan kepala negara jika tetap nudis. Rombongan Obama pun kaget. Mendadak langkahnya terhenti melihat pakaian lengkap para penyambut. Alunan lagu The Star-Spangled Banner terhenti. Sunyi, kaku, dan tegang. Masing-masing pihak tidak tahu apa yang harus dikerjakan.
Kutipan dua paragraf teks anekdot Presiden yang Empatik menunjukkan adanya krisis (peristiwa mulai memuncak) dan puncak konflik (komplikasi). Komplikasi dalam cerita tersebut adalah ketika “Alunan lagu The Star-Spangled Banner (lagu kebangsaan AS) terhenti, Sunyi, kaku, dan tegang ….”. Oleh sebab itu, untuk mengakhiri situasi seperti itu perlu jalan keluar. Jalan keluar cerita adalah resolusi.
e. Resolusi
Resolusi, seperti diungkapkan sebelumnya, adalah jalan keluar atas puncak konflik. Istilah lain untuk resolusi adalah ending. Dalam teks cerita, tentu saja tidak semua cerita diselesaikan melalui resolusi. Ada cerita yang dibiarkan “menggantung” (dikenal dengan open-ending). Penulis menyerahkan penyelesaian cerita kepada pembaca.
Dalam teks cerita yang normal atau yang kebanyakan dan biasanya digunakan dalam pembelajaran, tentu saja dipilih cerita yang memiliki resolusi yang jelas. Cermatilah kutipan-kutipan berikut ini.
Rombongan Obama pun kaget. Mendadak langkahnya terhenti melihat pakaian lengkap para penyambut. Alunan lagu The Star-Spangled Banner terhenti. Sunyi, kaku, dan tegang. Masing-masing pihak tidak tahu apa yang harus dikerjakan.
Untunglah, Jhony Walker, orang yang ditunjuk sebagai ketua penyambutan rombongan kepala negara segera bertindak. Cepat diraihnya mike dan meneriakkan aba-aba agar kawan-kawannya menanggalkan seluruh pakaian. Kembali ke tradisi nudism. Segera, para penyambut tamu pun melakukan perintah Walker. Suasana kembali meriah. Lagu The Star-Spangled Banner kembali dikumandangkan keras.
Kutipan dua paragraf tersebut menunjukkan komplikasi (Rombongan Obama ….) dan resolusi atas puncak konflik tersebut. Resolusinya adalah “Untunglah, ….Cepat diraihnya mike …” hingga “Suasana kembali meriah”.
Dengan lambat, Aku ceritakan bahwa Pak Pran tadi pagi meninggal, Selain itu, Aku ungkapkan juga bahwa almarhum beberapa kali meminta sesuatu yang khas dari Papua kepadaku. Namun, hingga beliau meninggal, permintaan itu belum Aku penuhi. “Emang, apa permintaan beliau?”, tanya Abang dengan penuh rasa ingin tahu. “Maaf, Bang. Itu … beliau minta dikirimi koteka dari Papua”, kataku kurang lancar. Sontak, Abang memalingkan muka sambil menekan sebelah tangannya ke mulut. Yah, pasti Abang sedang susah menahan tawa. “Oalaaah. Itu permintaan beliau? Maaf. Dik, pasti beliau tidak serius tu. Bukankah beliau tahu, pasti. Untuk mengirimkan benda-benda seperti itu sangat susah. Benda itu harus dikarantina dan melalui serangkaian wawancara”. Kata Abang menyentuh bahuku. Meyakinkan.
Berbeda dengan dalam teks anekdot Presiden yang Empatik, dalam Balada Permintaan Terakhir konflik yang berkembang adalah konflik batin (sementara dalam Presiden yang Empati adalah konflik fisik, suasana, atau nyata). Konflik batin yang dialami tokoh Aku dalam Balada Permintaan Terakhir adalah rasa bersalah terhadap Pak Pranap karena merasa telah melalaikan permintaan terakhir Pak Pranap. Resolusi yang diajukan adalah pendapat suami tokoh Aku bahwa permintaan Pak Pranap itu pasti bukan hal yang serius. Akhirnya, tokoh Aku menyadari hal itu dan cerita pun usai.
e. Evaluasi
Seperti dinyatakan sebelumnya, tidak seluruh teks cerita menampilkan resolusi. Jika tidak ada resolusi, tentu tidak akan ada evaluasi. Jadi, evaluasi itu juga bersifat relatif dalam teks cerita. Boleh dinyatakan, boleh juga tidak. Jika hendak dinyatakan, penulis cerita harus memahami bagaimana ending atau akhir cerita yang disuguhkan berdasarkan rangkaian peristiwa sebelumnya. Cermatilah kutipan-kutipan berikut ini.
Obama dan para ajudan melanjutkan perjalanan kunjungan dengan berjalan tegar. Tanpa sehelai benang pun melekat di badan masing-masing. Penanti rombongan juga menyesuaikan. Acara kunjungan kepala negara berlangsung meriah. Namun, jangan harap masyarakat AS maupun dunia menyaksikan tayangan acara kunjungan tersebut. Wartawan foto dan lainnya memang tidak diikutsertakan ... entah apa sebabnya.
Dalam teks anekdot Presiden yang Empatik, evaluasi dinyatakan secara lugas karena cerita ditutup secara happy ending. Pernyataan evaluasi tampak jelas dalam “Acara kunjungan kepala negara berlangsung meriah” hingga “… entah apa sebabnya”. Pernyataan “entah apa sebabnya” merupakan “tindakan pengamanan” yang dilakukan penulis agar pembaca tidak melacak kebenaran isi cerita itu dari internet atau media sosial lainnya.
Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama itu kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.
Evaluasi dalam teks legenda “Asal-Usul Nama Kota Banyuwangi”, evaluasi disesuaikan dengan konflik dan resolusi cerita bahwa tokoh “istri: ingin menunjukkan kebenaran ceritanya melalui pengorbanan, yaitu terjun ke sungai. Pernyataan evaluasi dinyatakan secara jelas dengan “Sejak itu, ….”.
f. Koda
Seperti dinyatakan sebelumnya, tidak seluruh teks cerita menampilkan resolusi dan evaluasi. Logikanya, jika tidak ada hal-hal itu tentunya tidak ada juga koda. Koda atau pesan langsung yang disampaikan pengarang/penulis sesuai dengan isi cerita yang telah diungkapkannya, sangat jarang ditampilkan dalam teks cerita. Jadi, apa pertimbangan seorang penulis untuk memutuskan ceritanya memakai koda atau tidak? Pertimbangan utamanya adalah segmen pembaca yang diprediksi akan membaca teks tersebut. Jika penulis/pengarang memprediksi bahwa segmen pembacanya belum memiliki kemampuan tinggi dalam menyimpulkan dan memetik nilai-nilai dalam cerita, barulah koda ditampilkan. Misalnya, penulis/pengarang memprediksi bahwa segmen pembaca teksnya adalah kelompok siswa SMP, atau SD, atau setara dengan itu. Cermatilah kutipan berikut yang menunjukkan adanya pemakaian koda: koda adalah pesan langsung yang diajukan penulis. Dalam teks-teks cerita di “Inspira”, sangat sukar ditemukan adanya penggunaan koda. Koda hanya digunakan dalam teks legenda “Asal-Usul Nama Kota Banyuwangi”.
Ada ungkapan bijak yang menyatakan, “Penyesalan selalu datang terlambat”. Memang, kesangsian itu manusiawi. Namun, hal terpenting adalah: selalu berpikir positif dan hati-hatilah dengan ucapan kita. Mulut kita adalah harimau kita. Lebih luas dari itu, jejari kita juga harimau kita misalnya berkaitan dengan aktivitas bermedsos. Sebelum penyesalan itu tiba, berhati-hatilah dengan pikiran, mulut, dan jari-jari kita, terutama dalam bermedsos.
C. Penutup
Semoga materi singkat tentang unsur dan struktur teks cerita dapat membantu pembaca, terutama mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Genre Teks Teks Bahasa Indonesia dan Pengembangan Bahan Ajar. Teks-teks cerita, jika ada dikotomi tentang karya tulis, adalah Karya Non-Ilmiah atau lazim disebut sebagai Karya Kreatif. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang terkait dengan unsur dan struktur teks juga bersifat kreatif, tidak bersifat baku. Oleh sebab itu, tidak mungkin konsep tentang struktur teks cerita dipahami dan diwujudkan secara membabi-buta, apa lagi dihafal. Misalnya, asal bagian itu ditampilkan pada awal cerita, pasti itu adalah abstraksi. Atau, pasti itu adalah orientasi, dan seterusnya. Pahami dengan baik esensi struktur teks cerita dan latar belakang penggunaan struktur tersebut.
55 comments
Enia Listikal, PPG G2 Kls Rima
Saya sudah siap membaca tentang unsur dan struktur lengkap teks cerita.
Dari teks diatas saya bisa memahami bahwa struktur teks cerita ada 6 struktur, yaitu; judul, abstrak, orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi evaluasi, dan koda
Amelia Rahma ( PPG G2 Kls Rima)
Dari materi pembelajaran mengenai unsur dan struktur teks cerita, saya dapat memahami tentang teks cerita yang memiliki unsur berupa unsur intrinsik dan ekstrinsik, dan juga struktur pada teks berita yang terdiri dari 6. Hal ini sangat membantu saya dan menambahkan pengetahuan dan pemahaman saya mengenai unsur dan struktur teks cerita
Dari materi yang bapak berikan, saya dapat memahami unsur unsur pada teks cerita yaitu
1. Judul
2. Abstrak
3. Orientasi
4. Rangkaian peristiwa
5. Komplikasi
6. Resolusi evaluasi
7. Koda
Jika unsur tersebut sudah tepat maka cerita yang dibuat pun juga akan tepat
Struktur Dalam teks eksposisi, berbeda dengan teks-teks lainnya. misalnya, dapat dipastikan penulis menggunakan struktur yang seragam yaitu dimulai dengan tesis setelah pengajuan judul dan dilanjutkan dengan argumentasi (serangkaian argumen) hingga akhirnya ditutup dengan reorientasi atau penegasan ulang.
Dari teks cerita diatas saya dapat menyimpulkan bahwa terbagi atas beberap bagian, diataranya judul, abstrak, orientasi, rangkian peristiwa, resolusi, dan koda. Namun pada bagian abstraksi sangat jarang digunakan dalam teks cerita inspiratif .
Liana Aulia Sari (22016123)
Terima kasih karena sudah berbagi ilmu tentang unsur dan struktur teks cerita ini Pak. Dan ternyata teks cerita pun tidak terdiri dari cerpen saja, tetapi juga cerita fantasi, cerita inspiratif, hikayat, fabel, dan sebagainya
Nurul Fitri (22016048)
Dari teks yang saya baca di atas Unsur dan struktur dalam sebuah teks cerita sangat penting untuk membangun narasi yang kuat. Unsur-unsur seperti karakter, setting, plot, konflik, dan tema membentuk kerangka dasar cerita, sementara struktur seperti pengantar, pengembangan, klimaks, dan penutup memberikan alur yang teratur dan memikat pembaca. Dengan unsur dan struktur yang baik, sebuah cerita dapat menjadi memikat dan mendalam.
Selfi Juwita Rizki, PBA-NS-0060
Dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksudkan dengan “teks cerita” adalah seluruh subgenre yang difungsikan untuk menyampaikan opini kreatif dalam bentuk cerita. Oleh sebab itu, teks-teks yang ada, baik dalam Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka 2022 atau sekarang dikenal dengan Kurikulum Nasional (Kurnas) dapat berupa subgenre: fabel, cerpen, hikayat, anekdot, cerita inspiratif, cerita fantasi, legenda, novelet, dan novel.
(FITRIYANI, PPG G2 kelas Rima)
Dari cerita yang disajikan di atas, setelah saya membacanya, saya jadi lebih paham tentang unsur dan struktur yang membentuk sebuah teks cerita. Terimakasih pak
Terima kasih karena sudah berbagi ilmu tentang unsur dan struktur teks cerita ini Pak.
Disini dapat saya pahami bahwa teks cerita tidak terdiri dari cerpen saja, tetapi juga cerita fantasi, cerita inspiratif, hikayat, fabel, dan sebagainya
Dan unsurnya ada 7 yaitu
1. Judul
2. Abstrak
3. Orientasi
4. Rangkaian peristiwa
5. Komplikasi
6. Resolusi evaluasi
7. Koda
Devani, PPG G2 Kls Rima
Dari materi terkait Unsur dan Struktur Lengkap Teks Cerita di atas sangar bermanfaat sekali bagi saya karena menambah pemahaman dan wawasan saya terkait unsur dan struktur yang membangun teks cerita.
[Ayu Anni Safitri, PPG G2 Kls Rima]
Setelah membaca “Unsur dan Struktur Lengkap Teks Cerita”, saya sudah mulai bisa memahami apa saja unsur dan struktur dari teks cerita.
Novrila. Z (PPG G2 Kls Rima)
Terima kasih untuk materi tentang unsur dan struktur teks cerita ini Pak. Materi ini sangat bermanfaat bagi saya. Saya dapat menyimpulkan bahwa unsur utama teks cerita ada unsur ekstrinsik (luar cerita) dan unsur instrinsik (dalam cerita: struktur dan isi cerita).
– Struktur : tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, alur, dan gaya bahasa.
– isi cerita : tema dan amanat.
*Unsur : tokoh, latar, sudut pandang, alur, dan gaya bahasa.
Amelia Putri 22016165, PBA-NS-0060
Terima kasih karena sudah berbagi ilmu tentang unsur dan struktur teks cerita ini Pak. saya dapat memahami tentang teks cerita yang memiliki unsur berupa unsur intrinsik dan ekstrinsik, dan juga struktur pada teks berita yang terdiri dari judul, abstrak, orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi evaluasi, dan koda
Terima kasih ilmu nya pak
Pesti Agusti PBA-NS-0060
Setelah membacanya saya sudah mulai mengerti tentang unsur-unsur utama yang secara langsung membentuk dan memengaruhi teks cerita ada lima. Kelima unsur tersebut adalah: (a) tokoh, penokohan, dan perwatakan, (b) latar (c) pusat pengisahan atau sudut pandang (d) peristiwa-peristiwa yang membentuk alur dan pengaluran, dan (e) gaya bahasa.sedangkan unsur intrinsik dan ekstrinsik nya yaitu ,judul,abstrak,orientasi,rangkaian peristiwa,komplikasi,resolusi evaluasi dan koda.
Unsur dan struktur lengkap teks cerita meliputi pengenalan, konflik, klimaks, penyelesaian, dan penutup. Pengenalan memperkenalkan karakter, latar, dan konflik. Konflik merupakan pertentangan utama dalam cerita. Klimaks adalah puncak ketegangan di mana konflik mencapai titik tertinggi. Penyelesaian adalah penyelesaian konflik. Penutup memberikan kesimpulan atau pesan moral dari cerita.
Putri Ajusti Zalmi, PPG G2 Kls Rima
Dari materi tentang unsur dan struktur teks cerita di atas dapat disimpulkan bahwa struktur lengkap sebuah teks cerita terdiri dari judul, abstrak, orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi, evaluasi, dan koda. Dalam sebuah teks cerita tidak harus diawali dengan abstrak atau orientasi, tetapi juga bisa diawali dengan komplikasi, seperti pada novel yang berjudul “Atheis” karya Achdiat K. Mihardja.
Rahmi Fediza Putri PBA-NS-0060
Dapat di simpulkan bahwa Teks cerita dapat memiliki berbagai macam keunggulan, seperti keunggulan dalam menyajikan informasi, keunggulan dalam menarik perhatian, dan keunggulan dalam membantu memahami isi materi. unsur dan struktur teks cerita dapat membantu pembaca, terutama mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Genre Teks Teks Bahasa Indonesia dan Pengembangan Bahan Ajar.
Atika Aprilia Putri PBA-NS-0060 terimakasih atas ilmu dan pembelajaran yang telah bapak berikan Setelah membaca teks ini saya sudah mulai bisa memahami apa saja unsur dan struktur dari teks cerita.
Septi Putri Alfi, PBA – NS – 0060
Dari yang sudah di sajikan di atas, teks cerita dapat difungsikan untuk menyampaikan opini kreatif dalam bentuk cerita. Dan dapat di pahami bahwa teks cerita tidak hanya terdiri dari cerpen saja, tetapi juga ada cerita fantasi, cerita inspiratif, hikayat, fabel, dan sebagainya.
Terimakasih atas ilmunya pak
Alya Tifatul Sakinah (PBA_NS_0060)
Novia Rahma Rindha, PPG Prajabatan Gelombang 2 Tahun 2023
Dari materi tersebut saya menjadi tahu bahwa unsur cerita terdiri dari unsur ekstrinsik dan intriinsik memiliki benang merah dengan struktur cerita, yaitu struktur cerita adalah penataan unsur-unsur utama teks cerita.. Penulis cerita memiliki kebebasan untuk menggunakan struktur cerita secara independen
Indri Anggiawati PBA-NS-0060
Terima kasih untuk materi yang sangat bermanfaatnya pak, setelah membaca penjelasan mengenai “unsur dan struktur lengkap teks cerita” saya dapat memahami bahwa struktur teks terdiri dari judul, abstrak, orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi, evaluasi, dan koda. Sedangkan unsur teks terdiri dari unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik.
Kartika Kencana, PPG G2 Kls Rima
Saya telah membaca materi tentang Unsur dan Struktur Lengkap Teks Cerita di atas. Dari materi tersebut, dapat dipahami bahwa dalam teks cerita tidak harus diawali dengan abstrak atau orientasi, tetapi juga bisa diawali dengan komplikasi. Struktur lengkap dari sebuah teks cerita terdiri dari:
1. Judul
2. Abstrak
3. Orientasi
4. Rangkaian peristiwa
5. Komplikasi
6. Resolusi
7. Evaluasi
8. Koda
Rima, PPG G2 B.Indonesia tahun 2023
Setelah saya membaca meteri yang disampaikan pak Nung di Inspira ini, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada pak Nung yang telah membuat tulisan ini dengan sangat apik dan mudah untuk dipahami juga disuguhkan contoh agar pembacanya lebih memahaminya. Setelah saya membaca dan mencatatnya, ada kesimpulan yang bisa saya ambil bahwasanya teks cerita itu punya konsep yang perlu dipahami tentang unsur dan strukturnya. Tapi ketika menganalisis sebuah teks cerita, kita tidak boleh membabi-buta terpaku kepada konsep yang kita yakini dan mengatakan salah karya sastra tersebut. Karna teks cerita adalah teks kreatif, jadi untuk unsur dan strukturnya juga kreatif, tidak kaku.
Muhammad Abrar (GTBI-NS-0001)
Sebelumnya Terima Kasih atas penjelasannya mengenai unsur dan struktur cerita pak, dapaat saya tarik kesimpulan bahwa struktur teks cerita terbagi 8
yaitu : Judul, abstrak, orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusis, evaluasi, dan koca
Ratna Syafitri Yanti, PPG G2 Kelas Rima
Dari materi yang paparkan sudah sangat jelas dan dapat di simpulkan bahwa teks cerita memiliki unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik sedangkan untuk strukturnya ada abstraksi, orientasi, rangkaian atau deretan peristiwa, komplikasi, resolusi, evaluasi, dan koda. Dalam sebuah teks cerita tidak selalu di mulai dengan abstraksi dan di akhiri dengan koda, tapi sebagai media pembelajaran tentu harus struktur teks yang diberikan sebagai contoh haruslah lengkap. terima kasih materinya, sangat bermanfaat.
Terima kasih Pak Nung, melalui bahan materi yang Bapak berikan lewat web Inspira ini saya jadi lebih memahami tentang strukur dalam teks cerita. Dengan penjelasan yang mudah dipahami disertai adanya contoh, membuat pemahaman pembaca kian meningkat. Ternyata untuk mengalisis atau menulis sebuah teks itu pasti selalu berkaitan dengan struktur, kita perlu lebih dulu tau dan pahami dengan baik setiap bagian struktur.
Nama: Mochammad Baqi Wahyu Saputra (GTBI-NS-0001)
Dari materi di atas, dapat saya simpulkan bahwa di dalam teks cerita terdapat 2 unsur utama. Yaitu unsur intrinsik dan unsur ektrinsik. Teks Cerita memiliki strukrur: Judul teks, abstraksi (sangat jarang digunakan), orientasi, rangkaian/deretan peristiwa, komplikasi, resolusi, evaluasi, Koda, penutup.
Berdasarkan apa yang saya baca, teks ini menjelaskan unsur dan struktur cerita dengan urutan yang logis dan mudah dipahami. Dimulai dari definisi unsur intrinsik dan ekstrinsik, dilanjutkan dengan penjelasan struktur cerita, dan diakhiri dengan contoh-contoh teks cerita. Tentu ini sangat membantu bagi penulis dalam menulis teks cerita, terutama bagi penulis pemula.
Mona Melinda, PPG G2 Kelas Rima
Dari materi yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa unsur yang terdapat pada teks cerita terbagi atas dua, yaitu unsur instrinsik dan ekstrinsik, yang mana unsur instrinsik terdapat di dalam teks ceita dan unsur ekstrinsik terdapat di luat teks cerita. Sedangkan struktur teks cerita terbagi menjadi delapan yaitu:
1. Judul Teks
2. Abstraksi
3. Orientasi
4. Rangkaian/ Deretaan Peristiwa
5. Komplikasi
6. Resolusi
7. Evaluasi
8. Koda
Uci Permata Sari (dari kelas Rima)
Dari pembahasan diatas saya dapat mengetahui bahwa teks cerita memiliki unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Lalu, untuk strukturnya terdiri dari; abstraksi, orientasi, rangkaian atau deretan peristiwa, komplikasi, resolusi, evaluasi, dan koda.
Alhamdulillah saya sudah selesai membaca tulisan Bapak tentang unsur dan struktur teks cerita. Saya menyimpulkan bahwa tokoh, latar, sudut pandang, alur, gaya bahasa merupakan unsur utama teks cerita. Sedangkan tema dan amanat merupakan unsur isi dari teks cerita.
Setelah membaca tulisan di atas mengenai unsur dan struktur teks cerita, saya jadi memahami bahwa unsur-unsur utama yang memengaruhi teks cerita ada lima, yaitu: a. tokoh, penokohan, dan perwatakan, b. latar, c. sudut pandang, d. peristiwa, dan e. gaya bahasa.
(Dwi Putri Intania PPG Gelombang 2 Kelas Rima)
Terima kasih atas pemaparan materi dari Bapak, setelah membaca materi ini saya menjadi lebih paham mengenai unsur dan struktur teks cerita.
Terima kasih sudah memberikan penjelasan mengenai struktur teks cerita Pak. Dengan ini saya tidak lagi berpikir dan berpatokan bahwa sebuah teks cerita selalu dan harus mempunyai rumus yang lengkap. Pikiran mengenai struktur cerita harus lengkap baru dapat dikatakan sebagai teks cerita membuat saya kebingungan dalam memahami sebuah teks cerita. Tetapi sekarang saya dapat mengerti bahwa teks cerita merupakan teks yang terbuka yakni teks kreatif yang ditulis untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan penulis secara bebas sehingga tidak ada aturan khusus mengenai keharusan struktur yang lengkap dalam sebuah teks kreatif.
Nama: Hasta Henwi Mincia
Nim: 21042152
GWA: BI-NS 0102
Teks cerita merupakan salah satu genre teks bahasa indonesia, yaitu seluruh subgenre yang difungsikan untuk menyampaikan opini kreatif dalam bentuk cerita.
struktur yang terdapat dalam teks cerita yaitu:
1. judul teks
2. abstraksi
3. orientasi
4. rangkaian peristiwa
5. komplikasi
6. resolusi
7. evaluasi
8. koda
Nama: Indah Ayu Safitri
Nim: 23058021
Seksi: BI-NS0071
Saya sudah membaca Unsur dan Struktur Lengkap Teks Cerita
Qolbi Thohir 23064013 BI-NS-0071
terimakasih atas materinya pak
Dari pemaparan materi yang bapak sampaikan di atas, dapat saya simpulkan bahwasanya teks cerita yang merupakan salah satu subgenre teks bahasa Indonesia, juga merupakan bagian dari karya kreatif. Kemudian, pengkajian teks cerita, memuat unsur cerita berupa unsur ekstrinsik (unsur yang membentuk cerita dari faktor luar cerita) dan unsur intrinsik (unsur yang membentuk cerita dari faktor dalam cerita), struktur cerita berupa penataan unsur-unsur utama teks cerita, seperti: judul teks, abstraksi, orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi, evaluasi, dan koda. Serta isi cerita seperti: tema dan amanat cerita.
Terimakasih penjelasan tentang unsur intrinsik, unsur ekstrinsik, dan struktur ceritanya pak. Dengan ini tidak ada lagi kekeliruan bagi saya tentang struktur teks cerita.
Melati Sukma PBA-NS-0060
Jadi setelah saya membaca materi yang bapak kasih dapat saya pahami bahwa teks cerita tidak terdiri dari cerpen saja, tetapi juga cerita fantasi, cerita inspiratif, hikayat, fabel, dan sebagainya.
Dan unsurnya ada 7 yaitu judul, abstrak, orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi evaluasi, koda.
Suci Indah lestari, GTBI NS-2110
Setelah membacanya saya jadi mengetahui tentang apa saja unsur teks cerita dan struktur teks cerita.
Rezqy alhadi 0071
Setelah saya membaca dan memahami nya saja jadi tau unsur teks cerita
Elfira Rosa Karnaini 0071
Terimakasih atas materinya pak
Dapat kita simpulkan bahwa unsur dari teks cerita terdiri dari unsur intrinsik (dalam cerita) dan ekstrinsik (luar cerita).
Kemudian struktur teks cerita terdiri dari judul teks, abstraksi, orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi, evaluasi dan koda.
Nama : Nurul Afriani
NIM : 23033025
Seksi : BI-NS-0102
Dari teks diatas saya bisa memahami bahwa struktur teks cerita ada 8 struktur yaitu :
1). judul,
2),abstrak,
3). orientasi,
4). rangkaian peristiwa,
5). komplikasi,
6). resolusi
7). evaluasi, dan
8). koda
Nama: Tiara jayani
No urut: 08
GWA: GTBI_NS_0001
Terimakasih Pak telah memberikan pemaparan mengenai struktur cerita, sehingga nantinya lebih paham mengenai struktur cerita dan memudahkan juga untuk membuat cerita. Dan dapat saya simpulkan bahwa kita nggak boleh hanya berpatokan atau melihat konsep tertentu, karena akan membuat kita stak di situ. Karena itulah membuat cerita sekreatif mungkin tetapi perlu di ingat juga jangan lari dari konsep, karena konsep tersebutlah yang memandu kita.
Terimakasih atas ilmunya pak, dari yang sudah saya pahami bahwa teks cerita memiliki beberapa struktur yaitu:
Judul, Abstrak, Orientasi, Rangkaian Peristiwa, Komplikasi, Resolusi, Evaluasi, dan Koda.
Sangat bagus, terdapat banyak informasi dalam satu rangkap penjelasannya, susunan teks yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit dalam cara pengembangannya🙏
Nama : Fuji Extri Al Gusni
Nim : 23016148
GTBI-NS-2110
Dari paparan diatas dapat mengembangkan kekuatan dalam karya yang di buat dan meningkatkan kualitas cerita yang dihasilkan, memberikan pengalaman membaca yang lebih memuaskan dan berkesan bagi pembaca.
Struktur teks cerita dapat menjadi panduan dalam menulis cerita, namun tidak harus menjadi batasan. Penulis bebas berkreasi dan mengekspresikan diri mereka melalui cerita tanpa terikat pada struktur yang baku. Yang terpenting adalah makna dan pesan yang ingin disampaikan tersampaikan dengan jelas kepada pembaca.
Terima kasih karena sudah berbagi ilmu tentang unsur dan struktur teks cerita ini Pak.
Arhamna BI-0531 NUA 39